Yaum Al Hasyr

Yaum Al Hasyr

Dr Muhbib Abdul Wahab MAg, Dosen Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hari kiamat mempunyai banyak nama. Salah satu nama lain dari hari kiamat adalah Yaum al-Hasyr. Disebut demikian, menurut ar-Raghib al-Asfahani (w. 502 H), karena pada hari itu seluruh umat manusia dibangkitkan (Yaum al-Ba’ts) dan dikumpulkan di sebuah tempat yang disebut dengan Mahsyar  untuk dihisab (Yaum al-Hisab) atau ditunjukkan hasil perhitungan dan audit Allah atas perbuatan baik dan buruk selama hidup di dunia, kemudian diberikan balasan setimpal (Yaum ad-Din, Yaum al-Jaza’).

Kata “al-Hasyr” merupakan bentuk mashdar (infinitive) dari hasyara – yahsyuru atau hasyara-yahsyiru yang berarti menghimpun, mengumpulkan; dan mengusir. Jadi, yaum al-Hasyr adalah hari di mana seluruh manusia dikumpulkan di padang mahsyar  (ism makan dari hasyr, nomina yang mengandung arti tempat). Secara semantik, “al-Hasyr” berarti pengumpulan secara massif dan serentak di suatu tempat. Menurut Ibn Faris, setiap kumpulan disebut hasyr. Selain hasyr, ada pula derivasi (turunan) lainnya, yaitu hasyrah yang berarti serangga, yang hidupnya berhimpun dan berkelompok. Di antara nama Nabi Muhammad SAW adalah al-Hasyir yang berarti yang menghimpun atau membuat manusia berkumpul di hadapannya pada hari kiamat untuk mendapatkan syafaatnya.

Dalam al-Qur’an, kata “hasyr” dalam berbagai bentuk dan turunannya digunakan sebanyak 44 kali. Dalam al-Qur’an tidak dijumpai yaum al-Hasyr atau Yaum al-Hasyrah. Akan tetapi, banyak verba (kata kerja) yang menunjukkan makna “pengumpulan” dan pengusiran. Di antaranya adalah: ﴿وَإِذَا حُشِرَ ٱلنَّاسُ كَانُواْ لَهُمۡ أَعۡدَآءٗ وَكَانُواْ بِعِبَادَتِهِمۡ كَٰفِرِينَ ﴾

“Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (QS al-Ahqaf [46]:6)

Selain itu, kata “al-Hasyr” dijadikan sebagai salah satu nama surat dalam al-Qur’an. Dalam hal ini, Allah SwT berfirman:

“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama...” (QS al-Hasyr [5]:2).

Yang dimaksud ahli kitab dalam ayat ini adalah orang-orang Yahudi Bani Nadhir. Merekalah yang mula-mula dikumpulkan untuk diusir keluar kota Madinah.

Membangkitkan (menghidupkan kembali) dan mengumpulkan seluruh manusia di padang Mahsyar pada hari kiamat merupakan salah satu bukti kekuasaan Allah SWT. Tidak seorang pun yang tertinggal di alam kuburnya, tanpa dibangkitkan.

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Kami perjalankan gunung-gunung dan engkau akan melihat bumi itu rata dan Kami kumpulkan mereka (seluruh manusia), dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (QS al-Kahfi [18]:47).

Menurut tafsir Kementerian Agama RI, Kami kumpulkan mereka di Padang Mahsyar, tempat berkumpulnya seluruh manusia baik yang hidup dahulu maupun kemudian, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka di dalam kuburnya, yakni di alam barzakh. Jadi, Yaum al-Hasyr pasti terjadi dan wajib diimani oleh setiap Mukmin yang percaya kepada hari akhir.

Narasi orang-orang yang dikumpulkan oleh Allah di hari kiamat itu setidaknya dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama, orang-orang bertakwa dikumpulkan dengan aura penuh keceriaan dan kebahagiaan.

“Ingatlah hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang bertakwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat” (QS Maryam [19]:85).

Kedua, orang-orang berdosa, orang-orang kafir dan mendustakan ayat-ayat Allah bermuka muram durja.

“Yaitu hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang yang berdosa dengan muka yang biru muram.” (QS Thaha [20]:102).

Selain itu, mereka juga memprotes Allah karena dibangkitkan dan dikumpulkan dalam keadaan buta.

“Dan siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Mengapa Engkau menghimpunku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya  adalah orang yang bisa melihat? Allah menjawab: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu pula pada hari ini kamupun dilupakan.” (QS Thaha [20]:124-126)

Mengimani adanya Yaum al-Hasyr semestinya menggugah kesadaran eskatologis Mukmin bahwa semua yang pernah disikapi, dikatakan, dan diperbuat selama hidup di dunia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah saat dikumpulkan di padang Mahsyar.

Oleh karena itu, Mukmin sejati selalu bersiap diri dan bersikap hati-hati untuk tidak bermaksiat kepada Allah, tetapi berbuat yang terbaik dan beretos fastabiqul khairat (berkompetisi dalam berbuat kebajikan), agar ketika dikumpulkan di padang Mahsyar nanti memperoleh catatan dan timbangan amal kebaikan yang berat. Meyakini kekuasan dan kebesaran Allah pada Yaum al-Hasyr mengharuskan Mukmin meningkatkan bekal dan modal takwa untuk investasi akhirat. Karena, manusia paling mulia di sisi Allah kelak adalah yang paling bertakwa (QS al-Hujurat [49]:13).

Jadi, setia di jalan takwa dan terus bertakwa seautentik dan sebenar mungkin (haqqa tuqatih) merupakan jalan yang mengantarkan kepada surga.

Sumber: Suara Muhammadiyah 11/107| 1-15 Dzulqa’dah 1443 H. (sam/mf)