Wujudkan Kampus Inklusif, FGD PSGA UIN Jakarta Dorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan di Ruang Digital
Adia Convention Center, Berita UIN Online – Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta kembali melanjutkan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Teknologi dan Pemberdayaan Perempuan: Memperkuat Akses dan Kesetaraan”, bertempat di Adia Convention Center Kampus 2, pada Jumat (17/10/2025).
FGD hari kedua ini menghadirkan dua narasumber inspiratif, yaitu Dr. (Chand) Angkie Yudistia, S.Si., M.Si., seorang Social Entrepreneur dan mantan Staf Khusus Presiden RI 2019–2024, serta Muhammad Shidqi Aldiansyah, seorang Content Creator yang aktif mengangkat isu kesetaraan gender di ruang digital.
Dalam paparannya, Dr. Angkie Yudistia menyoroti pentingnya peran teknologi dalam meningkatkan akses dan pemberdayaan bagi perempuan dan penyandang disabilitas. Menurutnya, kemajuan teknologi harus dimanfaatkan untuk menciptakan ruang yang adaptif, inklusif, dan membuka kesempatan bagi semua kalangan.
“Peran teknologi hari ini adalah membuat kita adaptif, karena kita hidup di lingkungan yang serba cepat. Bagaimanapun, kita harus mampu membentuk generasi muda yang berpotensi menuju Indonesia Emas 2045,” ujarnya.
Sebagai penyandang disabilitas yang aktif dalam pemberdayaan sosial, Dr. Angkie juga menyampaikan harapannya agar UIN Jakarta menjadi kampus yang semakin inklusif bagi mahasiswa dan mahasiswi penyandang disabilitas. “Harapan saya untuk kampus UIN adalah agar semakin banyak mahasiswa penyandang disabilitas yang diterima untuk belajar bersama. Kampus inklusif akan melahirkan generasi yang setara dan saling menghargai,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Muhammad Shidqi Aldiansyah mengajak mahasiswa untuk berperan aktif dalam menyebarkan nilai-nilai kesetaraan gender serta mencegah kekerasan seksual melalui media sosial. Ruang digital dinilai memiliki kekuatan besar dalam membentuk opini publik dan menumbuhkan kesadaran kolektif.
“Sekarang aksi tidak hanya di lapangan, tapi juga di timeline. Media sosial adalah ruang pabrik opini. Kita punya kekuatan untuk menciptakan kampanye positif yang masif,” ungkapnya.
Mahasiswa didorong untuk berperan sebagai penerjemah antara teori dan realitas sosial dengan menggunakan bahasa yang lebih ringan dan mudah dipahami. “Dosen berbicara soal kesetaraan gender dengan teori, tapi mahasiswa harus bisa menerjemahkannya menjadi bahasa yang dipahami masyarakat luas,” tambahnya.
Selain itu, disampaikan pula pentingnya pendekatan kreatif seperti penggunaan meme, cerita, dan konten reflektif untuk mengedukasi publik. “Kita bisa menyampaikan pesan lewat cerita yang menyentuh. Dari kesadaran itulah perubahan lahir. Edukasi gender bukan cuma tahu aturan, tapi tentang sadar dan peka,” tuturnya.
FGD berlangsung secara interaktif dengan antusiasme peserta yang tinggi. Melalui kegiatan ini, PSGA UIN Jakarta terus menguatkan komitmen untuk memperluas literasi gender dan pemberdayaan perempuan melalui pendekatan teknologi dan kreativitas digital di lingkungan kampus.
(Kareena Auliya J./ Fauziah M./ Zaenal M./ Nabila Azzahra S./ Foto: Aqilah Qurratulaini)