Webinar Fikes: Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan

Webinar Fikes: Pengaruh Agama Terhadap Kesehatan

Ciputat, BERITA UIN Online-- Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) UIN Jakarta menggelar Webinar Nasional bertajuk “Moderasi Beragama dalam Pengembangan Ilmu Kesehatan” pada Sabtu (4/4/2021).

Webinar yang bertujuan menambah pengetahuan terkait moderisasi bergama serta meningkatkan ukhuwah antar umat beragama ini dibuka Dekan Fikes UIN Jakarta Dr Apt Zilhadia MSi.

Zilhadia dalam sambutannya menyampaikan masyarakat di Indonesia sebenarnya sudah terbiasa dengan kultur moderat. Namun moderasi beragama ini memang perlu digaungkan lebih keras lagi.

Sementara Fajar Ariyanti SKM MKes PhD dosen Prodi Kesehatan Masyarakat Fikes yang didapuk sebagai narasumber menyampaikan beberapa pandangan terkait bagaimana agama dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengatasi penyakit dan mempengaruhi keputusan medis pasien.

“Keyakinan terhadap agama mempengaruhi keputusan medis pasien, dapat bertentangan dengan perawatan medis dan dapat mempengaruhi kepatuhan dengan perawatan tersebut,” ujar Fajar pada webinar yang diikuti mahasiswa Fikes dan peserta umum itu.

Keyakinan terhadap agama dokter sendiri, lanjut Fajar, dapat mempengaruhi keputusan medis yang mereka buat dan mempengaruhi jenis perawatan yang ditawarkan kepada pasien.

Pada kesempatan yang sama, Muhammad Hanifuddin sebagai tokoh agama yang turut mengisi webinar ini menyampaikan materi terkait moderasi beragama dalam sudut pandang Islam. Dalam pandangannya, umat Islam harus bisa menjauhi sikap berlebihan dan tetap berada di tengah- tengah.

“Seorang muslim harus memiliki rasa moderasi dalam beragama, karena Indonesia merupakan negara yang heterogen dengan keragamannya. Namun, perbedaan ini harus tetap dihargai,” ungkapnya.

Sedangkan Idris Hemay MSi manambahkan tentang moderasi beragama dan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, alumni atau mahasiswa kesehatan harus memiliki wawasan yang luas tentang kesehatan, kemasyarakatan, dan keagamaan yang moderat, serta menghargai perbedaan dan toleran.

“Dalam melayani dan menjaga kesehatan masyarakat, tidak boleh membeda-bedakan suku, agama, etnis, dan budaya masyarakat. Semua harus bisa bekerjasama dengan tim yang berbeda agama, suku, bahasa dalam membangun kesehatan masyarakat,” ujar Idris.

Sebagai penutup Idris Hemay menyampaikan perlunya menjaga kesepakatan bersama dalam menjalankan kehidupan sosial-politik dan dapat memecahkan masalah apapun dengan cara yang damai (no-violence). (mf/fikes journalist team)