Ulasan Artikel Riset: Menjembatani Polarisasi Keagamaan di Nusantara
Indonesia dengan keragaman agama dan keyakinan, terus menghadapi kompleksitas dinamika keagamaan yang membutuhkan pemahaman mendalam dan pendekatan arif. Dalam lanskap keberagamaan yang dinamis, kelompok-kelompok keagamaan berinteraksi, berdialog, dan kadang berseberangan dalam memaknai teks keagamaan, yang tidak sekadar menjadi persoalan teologis, melainkan memiliki implikasi signifikan terhadap kohesi sosial dan harmoni masyarakat.
Artikel ini mengulas pemahaman politik keagamaan di Indonesia, khususnya perbedaan antara kelompok arus utama, seperti Nahdhatul Ulama (NU), dan kelompok sempalan, seperti Khilafatul Muslimin. Penelitian yang dilakukan oleh Nunung Khoiriyah dan Kabir Al Fadly dalam jurnal Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan pada 2023 lalu, menunjukkan bahwa perbedaan pendekatan ini berpotensi menimbulkan polarisasi di masyarakat.
Pendekatan Tekstual vs. Kontekstual
Khilafatul Muslimin memiliki pendekatan tekstual yang cenderung fanatik terhadap teks-teks keagamaan, mengabaikan konteks sosial yang berkembang. Hal ini terlihat dari sikap mereka yang berusaha mendominasi realitas dengan interpretasi teks yang kaku, misalnya dalam isu khilafah. Sebaliknya, NU mengadopsi pendekatan kontekstual yang lebih fleksibel, menyesuaikan pemahaman dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat Indonesia. Pendekatan ini memungkinkan NU untuk merespons tantangan zaman dengan lebih adaptif.
Dinamika Komunikasi Antar Kelompok
Komunikasi antar kelompok memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan antara kedua pihak. Penelitian ini menekankan bahwa dialog dan kompromi diperlukan untuk mencari titik temu antara pemahaman tekstualis dan kontekstualis. Melalui komunikasi yang konstruktif, kedua kelompok dapat menemukan solusi bersama untuk isu-isu yang memecah belah.
Pentingnya Tafsir Semi-Tekstual
Penulis menyarankan perlunya tafsir semi-teks yang menggabungkan prinsip tekstual dengan konteks realitas kekinian. Dengan pendekatan ini, pemahaman terhadap teks-teks keagamaan dapat diaplikasikan secara relevan dalam konteks sosial Indonesia, sehingga mengurangi potensi konflik dan meningkatkan toleransi antar kelompok.
Dalam menghadapi tantangan politik keagamaan di Indonesia, penting bagi kelompok arus utama dan sempalan untuk menjalin komunikasi yang baik. Hanya dengan cara ini, polarisasi dapat diminimalisir dan masyarakat dapat hidup dalam harmoni meskipun terdapat perbedaan pandangan. Dialog terbuka dan tafsir yang adaptif akan menjadi kunci untuk menciptakan pemahaman yang lebih inklusif dalam konteks keindonesiaan.
(Rizkiyah Gustiana/Fauziah M./Raihan Lail Ramadhan)
Sumber Artikel Jurnal
Judul Penelitian : Komunikasi Antar Kelompok Arus Utama Dan Kelompok Sempalan Mengenai Pemahaman Politik Keagamaan (Perspektif Tekstualis Dan Kontekstualis)
Publikasi Jurnal : Jurnal Dakwah: Jurnal Kajian Dakwah dan Kemasyarakatan
Penulis : Nunung Khoiriyah dan Kabir Al Fadly
Link Artikel: https://journal.uinjkt.ac.id/index.php/dakwah/article/view/36706
**Ulasan Artikel Riset adalah tulisan review dari artikel jurnal penelitian yang ditulis oleh para dosen di UIN Jakarta yang membahas isu terkini yang dekat dengan masyarakat sebagai rekomendasi atau studi kasus pada fenomena sosial.