Ulas Tarekat Sammaniyah di Indonesia, Antropolog UIN Jakarta Terbitkan Buku
Auditorium Prof. Suwito, Berita UIN Online — Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Studium Generale sekaligus peluncuran buku Tarekat Sammaniyah di Indonesia: Transmisi, Diversifikasi, dan Transformasi, karya Prof. Dr. Zulkifli, M.A., diterbitkan oleh Rajawali pers, di Auditorium Prof. Suwito Pascasarjana UIN Jakarta Senin (4/8/2025).
Acara ini menandai peluncuran karya terbaru Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta Prof. Dr. Zulkifli, M.A., yang mengangkat fenomena perkembangan tarekat Sammaniyah di Indonesia. Diskusi dalam Studium Generale ini turut menghadirkan dua narasumber utama, yakni Guru Besar Sosiologi Agama UIN Jakarta Prof. Arif Zamhari, M.Ag., Ph.D., serta dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Tommy Christomy, S.S.A., Ph.D., mahasiswi Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, Risa Alivia sebagai moderator.
Prof. Zulkifli, M.A., menceritakan awal mula ketertarikannya pada kajian tarekat Sammaniyah yang telah ia tekuni lebih dari tiga dekade.
“Saya pertama kali membaca buku The Sanusi of Cyrenaica karya Evans-Pritchard pada bulan Januari 1992 saat berada di Australia. Buku itu menjadi pemicu awal ketertarikan saya terhadap studi tarekat, khususnya tarekat Sammaniyah. Sejak saat itu, saya terus menekuni ini secara mendalam,” ungkap Prof. Dr. Zulkifli, MA. Guru Besar Antropologi Sosial Budaya di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri (FISIP UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang saat ini menjabat Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta. Selain itu, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta ini juga menekankan bahwa karya akademik adalah napas utama bagi seorang dosen dan peneliti. Ia menyampaikan bahwa konsistensi dalam berkarya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas akademisi.
“Saya kan sebagai akademisi, sebagai dosen, saya menegaskan bahwa akademisi itu ada kalau dia berkarya. Kalau dia tidak berkarya, dia bukan akademisi. Jadi itu sudah melekat dalam diri seorang akademisi bahwa dia harus melakukan penelitian dan mempublikasikan karya-karyanya dalam bentuk buku ataupun dalam bentuk artikel jurnal. Nah, secara rutin saya melakukan itu dan ini adalah produk dari perjalanan panjang lebih dari 30 tahun menekuni topik ini dan akhirnya jadi buku yang dipublikasikan,” tegasnya.
Dalam proses penyusunan buku ini, Prof. Zulkifli mengakui bahwa tantangan terbesarnya justru terletak pada bagaimana ia membagi waktu di tengah padatnya aktivitas akademik.
“Tantangan terbesar yaitu bagaimana membagi waktu, membagi tugas di antara mengajar, bagaimana mengatur itu semua agar dapat produktif,” ungkapnya.
Melengkapi diskusi, dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Tommy Christomy, S.S.A., Ph.D., mengajak peserta untuk melihat dimensi yang lebih dalam dari keberadaan tarekat.
“Ontologi itu bagaimana hakikat bisa dipahami. Tarekat itu hanya satu, yang lainnya adalah teori. Secara empiris, pertanyaannya adalah: bagaimana cara seorang sufi mendapatkan teori tarekat itu?” ungkapnya, menekankan pentingnya pengalaman batin sebagai sumber epistemologi dalam dunia sufi.
Ia juga menyoroti pentingnya keselarasan ajaran dalam praktik tarekat.
“Seorang penganut tarekat, apa yang disampaikan dan apa yang dilakukan harus sama,” tegasnya.
(Nosa Idea L./Zaenal M./Nabila Azzahr S./Foto: M. Ghifari Rahman)