UIN Jakarta Kukuhkan Enam Guru Besar Baru, Dari Ilmu Fikih Sampai Farmakologi

UIN Jakarta Kukuhkan Enam Guru Besar Baru, Dari Ilmu Fikih Sampai Farmakologi

Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online— UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kembali mencatatkan pencapaian akademik penting dengan mengukuhkan enam guru besar baru dalam Sidang Senat Terbuka Pengukuhan Guru Besar di Gedung Auditorium Harun Nasution, Rabu, (7/5/2025). Kehadiran enam guru besar baru diharapkan makin mengokohkan tridarma UIN Jakarta sekaligus kontribusi keilmuan UIN Jakarta. 

Sidang Senat Pengukuhan Guru Besar UIN Jakarta sendiri dibuka langsung oleh Sekretaris Senat Universitas Prof. Dr. Masri Mansoer. Selanjutnya prosesi pengukuhan dilakukan langsung oleh Rektor UIN Jakarta Prof. Asep Saepudin Jahar M.A. Ph.D. melalui penyerahan Surat Keputusan Pengangkatan Guru Besar dan penyematan slempang guru besar. 

Sementara itu, keenam guru besar baru yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. sebagai Guru Besar Ilmu Farmakologi, Prof. Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., Ph.D. sebagai Guru Besar Ilmu Keperawatan Maternitas, dan Prof. Dr. Sum’ainna, M.Si. sebagai Guru Besar Ilmu Matematika Terapan. Masing-masing merupakan pengajar dari Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran, Program Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan, dan Prodi Matematika Fakultas Sains dan Teknologi.

Lalu, Prof. Dr. La Ode Sumarlin, M.Si. sebagai Guru Besar Ilmu Biokimia, Prof. Dr. Endah Wulandari, S.Si., M.Biomed. sebagai Guru Besar Biokimia dalam Ilmu Biomedis/Kedokteran Dasar, dan Prof. Dr. Afidah Wahyuni, M.Ag. sebagai Guru Besar Ilmu Fikih Kontemporer. Masing-masing berasal dari Prodi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi, Prodi Kedokteran Fakultas Kedokteran, dan Prodi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum.

Dalam pengukuhan tersebut, masing-masing guru besar menyampaikan pidato ilmiah dalam topik bidang ilmu mereka. Profesor Flori menyampaikan pidato ilmiah berjudul Bekam, Madu, dan Habbatussauda: Relik Profetik Integrasi Kedokteran, Keislaman, dan Spiritualitas. 

Profesor Irma menyampaikan pidato ilmiah Depresi Postpartum, Kesehatan Perempuan, dan Peran Perawat: Model Integrasi Layanan dalam Konteks Indonesia. Sedang Profesor Suma’inna menyampaikan pidato berjudul Persamaan Navier-Stokes dan Dinamika Fluida: Eksplorasi Kerumitan Matematika untuk Kemajuan Ilmu dan Teknologi

Selanjutnya, Profesor La Ode menyampaikan pidato pengukuhan bertajuk ‘Si Manis’: Anugera Alam untuk Kesehatan Manusia (Studi Mekanisme Madu Terhadap Penghambatan Sel-Help-2 dan A549. Disusul Profesor Endah yang menyampaikan pidato berjudul Peran Molekul, Metabolisme, dan Energi dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat Optimal: Transformasi Program Makan Bergizi Gratis dan Fondasi Menuju Indonesia Emas 2045

Terakhir Profesor Afidah menyampaikan pidato pengukuhan berjudul Fashion Batik Tulis sebagai Halal Lifestyle: Upaya Pemeliharaan Identitas Budaya Indonesia Refleksi Kajian Fikih Kontemporer.

Dalam pembukaannya, Sekretaris Senat Profesor Masri atas nama Senat UIN Jakarta menyampaikan selamat dan apresias atas pengukuhan tujuh guru besar baru. “Semoga dengan bertambahnya jumlah guru besar, kualitas akademik UIN Jakarta semakin meningkat, melahirkan lebih banyak temuan-teori baru, teknologi baru, desain inovatif, serta model keilmuan yang relevan dan aplikatif,” apresiasinya. 

Mewakili senat, ia juga berharap pengukuhan enam guru besar ini memaksimalkan kontribusi UIN Jakarta dalam mendorong perubahan menuju Indonesia yang lebih mandiri dan sejahtera menjadi semakin nyata. Terlebih saat ini, UIN Jakarta menjadi PTKIN dengan guru besar terbanyak dari berbagai bidang keilmuan. 

“Saat ini, UIN Jakarta patut berbangga dan bersyukur karena telah memiliki 144 guru besar yang tersebar di seluruh fakultas. Secara de facto, mereka hadir, mengajar, serta aktif melakukan penelitian dan publikasi ilmiah yang didedikasikan untuk kemajuan UIN Jakarta. Keberadaan para guru besar ini menjadi bukti komitmen institusi dalam membangun tradisi akademik yang kuat dan berdampak luas bagi masyarakat,” paparnya.

Dalam sambutannya, Rektor Asep Jahar turut mengucapkan selamat dan rasa bahagia yang mendalam kepada para Guru Besar yang hari ini dikukuhkan. “Ini adalah pencapaian yang luar biasa dan tidak mudah diraih. Menjadi Guru Besar adalah puncak karier akademik seorang dosen—dalam konteks kampus, ia setara dengan para jenderal. Maka tentu saja, ada tanggung jawab besar yang menyertainya: bagaimana seorang Guru Besar memiliki keilmuan yang paripurna di bidangnya,” tuturnya.

Setelah pencapaian ini, Rektor mengingatkan, tantangan selanjutnya bagi para guru besar baru adalah memperkuat pengabdian. Menurutnya, menjadi guru besar bukanlah akhir dari perjalanan akademik, melainkan awal dari peran yang lebih besar dalam pengembangan ilmu, berbagi pengetahuan dengan kolega, serta membimbing mahasiswa. 

“Jangan sampai status sebagai guru besar menjauhkan kita dari semangat kebersamaan. Justru sebaliknya, karakter seorang Guru Besar adalah rendah hati, santun dalam melayani, serta semakin produktif baik secara akademik maupun sosial,” paparnya. 

Rektor juga mengingatkan bahwa menjadi guru besar juga panggilan untuk meneguhkan visi manusia paling bermanfaat. “Walaupun negara belum memberikan kompensasi yang sepadan, sebagai insan beriman kita percaya bahwa itu bukanlah tujuan utama. Dalam Islam, ada kaidah, khairunnas anfa'uhum linnas, sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesama. Maka sebaik-baik Guru Besar adalah mereka yang menjadi penerang, penenang, dan penyinar bagi masyarakatnya,” pungkasnya.

(Rilis LP2M/PIH UIN Jakarta)