UIN Jakarta Bersama Kemendikdasmen dan Kemenag Dorong Kurikulum Cinta dalam Pendidikan Nasional

UIN Jakarta Bersama Kemendikdasmen dan Kemenag Dorong Kurikulum Cinta dalam Pendidikan Nasional

Jakarta– UIN Syarif Hidayatullah Jakarta melalui Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FITK) menggelar forum akademik bertajuk “Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta untuk Dunia yang Damai” di Gedung FITK, Selasa (19/8/2025). Forum ini menghadirkan narasumber kunci dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) serta Kementerian Agama Republik Indonesia, sekaligus menjadi ruang dialog strategis untuk merumuskan arah baru pendidikan Indonesia.

Rektor UIN Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., dalam sambutannya mengatakan bahwa pendidikan Islam harus tampil sebagai kekuatan moral dalam membangun perdamaian dunia. Ia menilai bahwa kurikulum berbasis cinta merupakan manifestasi nyata dari Islam rahmatan lil-‘alamin yang membawa pesan kasih sayang, kedamaian, dan kebermanfaatan bagi seluruh umat manusia. “Dari kampus, kita ingin menanamkan cinta, empati, dan nilai kemanusiaan universal yang berpadu dengan identitas keislaman,” ujarnya.

Menurut Prof. Asep, pelajar dan mahasiswa perlu dibentuk sebagai generasi yang berkarakter, berakhlak mulia, dan mampu menjadikan ilmu pengetahuan sebagai sarana membangun peradaban yang damai. Dengan kurikulum yang berlandaskan cinta, peserta didik didorong untuk menginternalisasi nilai spiritualitas sekaligus keterbukaan dalam menghadapi keberagaman. “Mereka disiapkan menjadi agen perubahan positif di tengah masyarakat,” ucapnya.

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Jakarta, Prof. Siti Nurul Azkiyah, M.Sc., Ph.D., menegaskan bahwa konsep ini bukan utopia. “Cinta bisa diimplementasikan dalam pembelajaran sehari-hari—mulai dari sikap guru yang penuh kasih sayang, metode kolaboratif, hingga penghargaan terhadap perbedaan di kelas,” ungkapnya.

Dalam forum tersebut, Dr. Yogi Anggraena, M.Si dari Pusat Kurikulum Kemendikdasmen RI menjelaskan arah baru kebijakan pendidikan melalui Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025. Regulasi ini menekankan deep learning (pembelajaran mendalam) agar siswa tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu merefleksikan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Salah satu terobosan penting adalah penambahan mata pelajaran pilihan Koding dan Kecerdasan Artifisial (AI) mulai tahun ajaran 2025/2026. “Kami ingin menyiapkan generasi yang kritis, logis, dan tetap beretika di era digital. Pendidikan harus relevan dengan transformasi global,” kata Yogi.

Selain itu, kebijakan baru juga memperkuat kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, termasuk gerakan “7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat”, yang diarahkan untuk membangun karakter, kreativitas, serta kemandirian siswa.

Dari sisi Kementerian Agama, Zulkifli, M.Si (Kasubdit KSKK Madrasah) menyampaikan pentingnya menjadikan kurikulum berbasis cinta sebagai pedoman pembelajaran di madrasah. Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, yang menegaskan Humanity is only one dimana harmoni kehidupan harus berakar pada cinta.

Panduan implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) yang diluncurkan Kemenag, sebutnya, bertujuan menanamkan nilai empati, toleransi, kasih sayang, dan tanggung jawab dalam pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Evaluasi pun tidak semata mengukur akademik, melainkan juga penerapan nilai cinta dalam kehidupan sehari-hari.

“Keberhasilan KBC bergantung pada kolaborasi guru, kepala madrasah, orang tua, dan masyarakat. Pendidikan berbasis cinta bukan hanya teori, tetapi praktik hidup bersama yang damai dan saling menghargai,” ujar Zulkifli.

Forum sendiri menandai langkah penting sinergi pemerintah, perguruan tinggi, dan pemangku kebijakan dalam membangun paradigma pendidikan yang lebih humanis. UIN Jakarta menegaskan komitmennya menjadi pusat pengembangan gagasan dan praktik pendidikan yang berlandaskan cinta, damai, dan keberlanjutan peradaban.

“Jika cinta menjadi dasar kurikulum, maka sekolah dan madrasah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga rumah yang melahirkan generasi penuh kasih sayang, toleransi, dan kepemimpinan yang berintegritas,” pungkas Rektor Asep Jahar. (Rilis Pusat Informasi & Humas LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)