Time to Unmask

Time to Unmask

Ali Rama Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mahasiswa S3 di University of Aberdeen

InsyaAllah, sebentar lagi Scotland dan UK secara keseluruhan akan kembali hidup normal tanpa ada aturan-aturan pembatasan terkait dengan corona lagi. Bahkan di England mulai tanggal 19 July ini sudah bisa lepas masker, pertanda hidup normal lagi.

Tentunya untuk sampai pada tahapan ini, UK sudah banyak yang dilakukan terkait dengan corona ini, di antaranya, lockdown nasional sebanyak dua kali, vaksinisasi secara massal dan gratis, dan tentunya bantuan keuangan bagi yang terkena dampak kebijakan covid-19. Vaksin yang dipakai di UK umumnya pfizer, moderna dan astrazeneca. Ketiga jenis vaksin ini sudah diakui oleh lembaga internasional dan digunakan dibanyak negara terutama negara-negara maju dan tentunya efektif mengurangi tingkat penyebaran covid-19 dan tingkat kematian. Saya sendiri mendapatkan vaksin pfizer untuk dosis pertama dan dosis kedua 2 minggu mendatang jadwalnya.

Kunci yang membuat pemerintah percaya diri untuk menghapus seluruh aturan terkait covid-19 dan kembali hidup normal adalah suksesnya program vaksinisasi. Besarnya jumlah masyarakat yang sudah divaksin sudah dianggap telah memenuhi persyaratan terjadinya herd immunity, semacam kekebalan kawanan. Dan tentunya juga adalah efektifitas dari vaksin itu sendiri dalam menciptakan immune dan proteksi dari tertular covid-19. Ke depannya, virus covid-19 ini akan dianggap seperti virus biasa layaknya flu yang bisa saja tertular tapi sudah tidak dianggap mematikan karena sudah divaksin. Menurut data, tingkat kasus covid-19 di UK sudah sangat rendah dan sekarang ada kecenderungan untuk naik lagi seiring dengan terjadinya pelonggaran aktivitas masyarakat. Kasus bisa saja relatif tinggi tapi sudah dianggap tidak terlalu mematikan. Asumsinya kalau sudah divaksin maka sudah kebal dan mampu memproteksi dari serangan virus.

Di sini, ada juga kelompok yang tidak percaya dengan covid-19 dan pastinya tidak mau divaksin. Kelompok resisten ini ada juga yang berasal dari komunitas agama. Kelompok ini akan dengan sendirinya tersisihkan dengan masivnya edukasi yang dilakukan oleh seluruh elemen terutama tokoh agama dan pemerintah. Kepercayaan terhadap pemerintah dan seluruh tindakan yang diambilnya terkait dengan penanganan pandemi ini dapat mengurangi kelompok resisten ini.

Menariknya, saat kasus-kasus covid-19 di UK berada di puncaknya, yang lebih banyak tampil di publik untuk bicara terkait dengan covid-19 ini adalah kementerian terkait seperti kementerian kesehatan yang didampingin oleh para tim ilmuan yang sangat mumpuni. Sesi tanya jawab, lebih banyak dijawab oleh para ilmuan dibandingkan para politisi pemerintahnya. Artinya, kebijakan publik terkait dengan penanganan covid-19 lebih didasarkan pada pendekatan sains. Argumen kebijakan didasarkan pada data-data yang ada. Data-data dengan mudah diakses oleh publik untuk dinilai sendiri kebijakan yang diambil oleh pemerintah dan tentunya supaya bisa dilakukan analisis pembanding.

Hal lainnya adalah pemerintah sangat konsisten dalam menjalankan aturan lockdown. Pejabat setidaknya memberikan contoh. Ada dua menteri yang mengundurkan diri akibat melanggar kebijakan lockdownnya sendiri, salah satunya menteri kesehatan Inggris.

Sekedar menginformasikan saja, saat lockdown nasional, semuanya tutup kecuali yang bersifat esensial. Masyarakat tidak boleh kemana-mana, kecuali untuk keperluan yang mendesak. Bagi para pekerja yang ‘dirumahkan’ akibat lockdown, pemerintah memberikan kompensasi berupa skema ‘furlough’ semacam ‘uang cuti’ sebanyak 80% dari gaji yang dikirimkan lewat perusahaan tempat kerjanya. Untuk mendapatkan skema ini, perusahaan harus mengajukan ke pemerintah dan mendaftarkan pegawai-pegawainya untuk dapat skema ini. Uang furlough ini diterima setiap bulan langsung ke rekening pekerja melalui perusahaan tempat kerja.

Skema furlough ini sangat membantu bagi kelompok pekerja rentan, terutama bagi pekerja muda yang sangat menggantungkan hidupnya dari bekerja paruh waktu (part-time). Menurut study di UK, pekerja yang paling banyak menderita akibat lockdown adalah pekerja part-time, yang tingkat tabungannya rendah dan bahkan tidak ada, akibatnya sangat rentan terhadap penutupan tempat kerja.

Skema furlough ini tentunya dimaksudkan supaya para pekerja tetap dapat uang selama ‘cuti kerja’ akibat lockdown dan tentunya supaya menghindari terjadinya PHK yang akan meningkatkan tingkat pengangguran. Pemerintah nampak sangat dermawan di masa-masa pendemi ini dengan berbagai bantuan keuangannya bagi yang terkena langsung dampak covid-19. Saya meskipun hanya pekerja paruh waktu (part-time) termasuk yang menikmati skema furlough ini di saat lockdown nasional.

Selain skema furlough, pemerintah juga memberikan bantuan keuangan bagi anak-anak sekolah terutama yang usia dini dengan nama ‘free school meal’. Bahkan sampai saat ini, anak saya (Raisa dan Imam) masih mendapatkan ‘school meal’ selama liburan musim panas ini, yaitu sebanyak £25 (Rp 500 ribu) per dua pekan untuk masing-masing anak dalam bentuk voucher yang bisa dipakai belanja di super market yang ada. Skema free school meal ini sempat mau dihentikan khususnya di wilayah England, namun berkat kampanye Marcus Rashford, sang pemain bola asal klub MU, untuk tetap dilanjutkan akhirnya pemerintah England tetap mempertahankannya. Ini contoh bagaimana figuritas seseorang yang funya follower jutaaan di media sosial bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah. Rashford meskipun gagal ‘mengcoming homekan’ trophy Euro 2020 karena gagal finalty saat England vs Italy dan sempat mendapatkan perlakuan racisme di media sosial dari para fans Inggris, namun dia tetap menjadi pahlawan bagi anak-anak sekolah di seluruh Inggris terutama jasanya dalam kampanye ‘free school meal’ tersebut.

Seminggu sebelum liburan musim panas, anak saya (Raisa) dan seluruh teman kelasnya disuru isolasi mandiri gara-gara ada yang positif covid-19 di kelasnya. Di hari kedua isolasi mandiri, anak saya dapat voucher £10 (Rp 200 ribu) sebagai bantuan dari pemerintah yang masuk lewat email orang tua.

Selain itu, saat ada salah satu teman PhD saya positf covid-19 dan kami sempat berinteraksi di ruangan PhD maka saya diminta untuk tes covid-19 secara mandiri. Dengan mudahnya saya bisa mendapatkan test kit, yaitu dengan hanya datang ke toko pharmacy terdekat dari tempat tinggal dan meminta instant test secara gratis. Saya dapat test kitnya yang jumlahnya bisa 7 kali test. Test kit ini hasilnya bisa diketahui 30 menit paska test sendiri. Selain itu, saya juga memesan peralatan test PCR secara online dan datang dalam waktu sehari ke alamat saya dan inipun secara gratis. Di sini sangat terlihat bahwa seluruh pelayanan dasar yang terkait dengan covid-19 digratiskan, tidak boleh mengambil keuntungan di tengah pandemi. Vaksin gratis, peralatan test mandiri gratis dan pelayanan rumah sakit jika terinfeksi covid-19 juga gratis. Ada juga yang berbayar, seperti kalau mau melakukan test dan mendapatkan keterangan bebas covid-19 untuk kepentingan perjalanan keluar negeri dan isolasi mandiri di hotel setelah perjalanan luar negeri.

Di kampus saya sendiri ada skema ‘hardship fund’ bagi mahasiswa yang terkena dampak covid-19. Saya dapat email dari kampus dan setelah saya baca persyaratannya, saya coba daftar dan isi formulirnya serta menjelaskan bagaimana kebijakan lockdown pandemi ini berdampak pada studi saya dan menkuantifikasi berapa cost kerugian saya. Hanya berselan 3 hari saya dapat email dari kampus bahwa aplikasi saya diterima dan mendapatkan bantuan £1,500 (Rp 30 juta) yang kemudian uangnya masuk seminggu kemudian ke rekening saya. Setelah saya dapat konfirmasi bantuan ini, sontak saja saya bagi-bagikan pengalaman ini ke teman-teman group dan PhD. Dan Alahmdulillah banyak yang dapat dengan variasi angka bantuannya.

Jadi intinya, di sini banyak skema bantuan dari pemerintah selama pandemi ini untuk membantu ekonomi yang terkena dampak, selama kita mau daftar aja. Pemerintah tentunya berkepentingan dengan bantuan keuangan ini, yaitu selain untuk membantu tetapi juga untuk menjaga daya beli masyarakat supaya ekonomi tetap jalan. Menurut teorinya Keynes, sang begawan ekonom asal Inggris, di saat krisis ekonomi, pemerintahlah yang harus banyak melakukan pengeluaran untuk mendorong permintaan agregat dan akhirnya ekonomi bisa bergerak kembali.

Sebaiknya kita belajar dari negara yang relatif sukses menangani pandemi covid-19 ini, salah satunya dari UK. Mari kita berdoa semoga kita tetap sehat dan dijauhkan dari berbagai bentuk penyakit dan virus yang menderitakan. Ya Allah angkatlah semua penyakit-penyakit yang ada di sekitar kami.

Itulah kira-kira pengalaman saya selama pandemi ini di UK. Boleh jadi ada pelajaran yang bisa diambil dan dipraktekkan di negara lain sesuai dengan kepentingan negara masing-masing.

Bagi teman-teman di Indonesia yang saat ini lagi banyak kasus covid-19 tetaplah hati-hati, ikuti dan taati aturan terkait dengan covid-19. Banyak berdoa kepada Allah dan jaga immune. InsyaAllah musibah ini akan terlalui. (sam/mf)