TIGA TANTANGAN ALLAH

TIGA TANTANGAN ALLAH

Oleh: Syamsul Yakin

Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penulis Buku “Milir”

Allah SWT menantang manusia membuat yang serupa dengan al-Qur’an, “Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”' (QS. al-Israa/17: 88).

Bagi Syaikh Nawawi Banten, dalam Tafsir Munir, ayat ini maksudnya seandainya manusia, jin, dan malaikat berembuk untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an dari sisi balaghah, susunan, dan kesempurnaan maknanya, dapat dipastikan mereka tidak akan mampu membuat yang serupa dengan al-Qur’an.

Dalam ayat itu, lanjut Syaikh Nawawi Banten, manusia dan jin disebut secara khusus, karena hanya manusia dan jin yang mengingkari keberadaan al-Qur’an sebagai firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi SAW. Sementara selain dari kedua golongan tersebut, seperti malaikat, mereka selalu tunduk dan patuh.

Dalam tatapan sejarah, manusia yang sering meniru-niru Nabi SAW dan bahkan ikut-ikutan membuat saingan terhadap al-Qur’an adalah Musailamah al-Kadzdzab. Ketika turun surah al-‘Ashr/103 ayat 1-3, Musailamah memandang bahwa dia juga bisa membuat hal yang serupa itu. Tak hanya surat itu saja, ia juga membuat surah palsu lainnya.

Namun, apa yang diungkapkan oleh Musailamah al-Kadzdzab hanya menunjukkan ketidakmampuannya. Inilah yang Allah SWT katakan dalam potongan ayat, “Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain” (QS. al-Israa/17: 88). Kendati, kata Syaikh Nawawi Banten, mereka saling menghimpun kemampuan untuk saling melengkapi.

Lebih ringan lagi, sepuluh surah saja. Allah SWT tegaskan, “Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat a-Quran itu”. Katakanlah, “Maka datangkanlah sepuluh surah seumpamanya dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (QS. Hud/11: 13).

Dalam pandangan pengarang Tafsir Jalalain, ukuran sepuluh ayat itu adalah yang sama dengan al-Qur’an dari sisi kefasihan bahasa dan kualitas sastranya. Inilah tantangan Allah SWT yang kedua agar membuat sepuluh surah yang serupa dengan al-Qur’an. Tapi niscaya mereka tidak bakal mampu, walaupun mereka adalah orang Arab.

Bagi Syaikh Nawawi Banten, ayat ini meruntuhkan argumen mereka yang menyatakan bahwa al-Qur’an itu buatan Nabi SAW dengan mengatasnamakan Allah SWT. Buktinya dari 114 surah tidak ada satu surah pun yang tersaingi. “Surah” al-Difda’ (katak) yang dibuat Musailamah untuk menyangingi surah al-Fil (gajah) sangat lucu dan asal-asalan.

Akhirnya, Allah SWT hanya meminta manusia untuk membuat satu surah saja, seperti firman-Nya, “Atau mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buatnya”. Katakanlah, “Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu orang yang benar” (QS. Yunus/10: 38).

Menurut pengarang Tafsir Jalalain, ayat ini juga masih sama seperti dua ayat di atas, yakni masih menuduh Nabi SAW sebagai pembuat al-Qur’an. Allah SWT juga memerintahkan kepada Nabi SAW agar orang-orang yang menuduhnya mengarang al-Qur’an agar memanggil siapa saja untuk membuat satu surah saja yang serupa dengan al-Qur’an.

Allah SWT berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata, “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” (QS. al-Shaaf/61: 6).

Ayat ini semakin memperjelas al-Qur’an yang dibenarkan oleh kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan Injil dalam percakapan umat masa lalu. Namun lagi-lagi Nabi SAW diingkari, seperti lanjutan ayat tersebut, “Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata” (QS. al-Shaaf/61: 6).

Jadi baik orang kafir Mekah pada zaman Nabi SAW maupun orang Bani Israil pada masa Nabi Isa, dan Nabi Musa mereka mengingkari Nabi SAW dan al-Qur’an. Mengingkari salah satu kitab Allah SWT seperti al-Qur’an berarti mengingkari kitab Allah SWT yang lain. Karena semua kitab tersebut turun dari sumber yang sama, yakni Allah SWT.(sam/mf)