TIGA ISYARAT BASMALAH

TIGA ISYARAT BASMALAH

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syaikh Nawawi Banten mengungkap dalam Fath al-Shamad bahwa kata basmalah mengandung tiga isyarat. Pertama, isyarat ihwal eksistensi Allah. Kedua, isyarat ihwal eksistensi Nabi SAW. Ketiga, isyarat ihwal eksistensi seluruh makhluk. Isyarat pertama dapat dipahami dari kata “Allah” sebagai nama untuk Zat yang pasti memiliki eksistensi. Isyarat kedua dapat dipahami dari kata “al-Rahman” yang artinya adalah Zat yang memberi karunia dengan segala karunia yang agung. Seperti diketahui bersama, karunia Allah yang paling agung bagi manusia adalah Nabi SAW. Isyarat ketiga dapat dipahami dari kata “al-Rahim” yang berarti Maha Pemberi karunia yang halus. Seperti diketahui bersama bila disandarkan kepada Nabi SAW semua makhluk menjadi karunia yang halus. Meskipun makhluk itu memiliki keagungan pada dirinya sendiri. Sebab Nabi SAW adalah sosok terluhur, teragung, paling sempurna, dan termulia ketimbang karunia lainnya. Segala puji bagi Allah yang telah memuliakan dan mengangkat derajat semua makhluk dengan sebab pemilik kedudukan yang tinggi, yakni Nabi SAW. Kedudukan beliau tidak pernah mampu dicapai nabi lain bahkan malaikat yang selalu merapat kepada Allah. Hal itu nampak saat tubuh dan ruh Nabi SAW di-isra’kan Allah dari Masjid Haram menuju Masjid Aqsha. Begitu juga saat beliau di-mikrajkan yang menembus tujuh lapis langit, lalu ke Sidratul Muntaha, ke al-Mustawa, kemudian ke Arasy dan al-Rafraf. Saat itu Allah berfirman secara langsung kepada Nabi SAW. Tak hanya itu, Nabi SAW melihat Allah dengan dua mata kepala beliau. Saat itu diketahui bahwa Allah ternyata tidak berada di suatu arah dan tempat tertentu. Transformasi sifat-sifat sempurna dan budi pekerti agung kepada kesempurnaan sifat dan budi pekerti lainya yang dialami Nabi SAW tidak mampu digapai oleh makhluk lain, baik malaikat maupun para rasul. Sementara itu, kemuliaan Nabi SAW terus meningkat selamanya dan sepanjang masa. Tak hanya saat Nabi SAW masih hidup namun saat beliau telah wafat. Hal itu terus-menerus terjadi hingga Allah saja yang mengetahuinya. Allah juga yang menyempurnakan kebahagiaan manusia yang penuh keberkahan dengan sebab lahirnya manusia paling mulia dan paling berkualitas. Allah juga menghimpun segala kemuliaan atau keluhuran dan segala keutamaan atau kebaikan. Dengan kelahiran beliau, Allah juga memuliakan ayah dan ibu, kakek dan nenek dari kedua belah pihak. Allah menghamparkan segala yang terwujud, termasuk dari jenis binatang, lagi-lagi karena kemuliaan hati Nabi SAW yang penuh dengan rasa keadilan.*(sam/mf)