Team Teaching untuk Integrasi Sains dan Agama
Apa itu Team Teaching?
Dengan mengadaptasi pengertian yang dikemukakan oleh Merrill L Meehan, dari Pennsylvania State University, dalam papernya yang disampaikan pada pertemuan tahunan Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), berjudul What about Team Teaching, pada tahun 1973, bahwateam teaching adalah memberikan dua atau lebih dosen untuk bertanggung jawab pada satu mata kuliah yang diikuti sejumlah besar mahasiswa dengan ukuran kelas yang lebih besar dari rata-rata kelas pada umumnya, atau menyatukan beberapa fokus pembahasan dari beberapa dosen dalam satu mata kuliah, atau menyatukan beberapa spesialisasi atau metodologi. Disuksi asosiasi supervisi dan ahli kurikulum tentang team teaching di tahun 1970-an ini menunjukan bahwa model pembeljaran dengan penugasan beberapa dosen pada satu mata kuliah di dalam satu kelas, dan masuk pada jam yang sama, merupakan kebijakan lama yang sudah berkembang sejak pertengahan ke-dua abad ke-20, dan dikembangkan dalam dua konteks, ukuran kelas besar dengan jumlah mahasiswa di atas kelas normal, atau untuk bertanggung jawab pada pokok bahasan yang berbeda dalam satu kelas yang sama, atau untuk menjelaskan spesialisasi-spesialisasi tertentu atau metodologi tertentu dalam satu mata kuliah, yang tidak mampu diselesaikan oleh dosen inti.
Merril lebih lanjut menjelaskan bahwa team teaching juga bisa dilaksanakan dengan mengembangkan suasana belajar, di mana dua atau lebih dosen yang memiliki keahlian saling melengkapi, secara bersama-sama merancang sebuah pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran untuk satu kelompok mahasiswa dengan menggunakan jadwal yang fleksibel, dan teknik pengelompkan yang luwes untuk mencapai tujuan pembelajaran dan kebutuhan para mahasiswa. Target utama pembelajaran adalah learning outcome dan kebutuhan para mahasiswa sebagai pembelajar, bukan penyempurnaan penugasan dosen sebagai pegawai. Dosen hanyalah kekuatan yang mendukung proses pembelajaran. Oleh sebab itu, gagasan ideal, dan keinginan utama untuk mempersiapkan profesional santri melalui proses pembelajaran, disain layanan bisa dikembangkan secara lebih fleksibel, apakah sole teaching atau team teaching. Integrasi sains pada agama dalam proses pembelajaran bisa dilakukan oleh satu orang dosen inti mata kuliah sains, sosial atau humaniora, pada saat yang sama dosen yang bersangkutan menguasai metodologi kajian keagamaan sebagaimana penguasaan terhadap materi ilmu-ilmu keagamaan dengan baik, yakni menguasai obyek formal sebaik penguasaan obyek material ilmu-ilmu keagamaan tersebut. Akan tetapi, jika mereka tidak memiliki penguasaan sebagaimana diharapkan dalam kualifikasi pembelajaran integratif, maka format ideal adalah team teaching yang saling melengkapi satu sama lain.
Team teaching merupakan tradisi akademik yang sudah dikembangkan di hampir seluruh belahan dunia. Berbagai penelitian tentang team teachingsudah dilakukan baik evaluasi efektifitasnya dalam meningkatkan prestasi para mahasiswa, maupun pengembangan model-modelnya. Salah satu hasil penelitian evaluatif yang dilakukan Syh Jong Jang, dari Chung Yuan Christian University, Taiwan, dengan judul “Effects of Team Teaching Upon Two Secondary School Teachersâ€, dan dipublikasikan dalam jurnal Educational Research Vol. 48 No. 2, tahun 2006, oleh Centre of Teacher Education, Chung Yuan Christian University. Setidaknya ada tiga (3) temuan hasil penelitian, yaitu:
- Hasil penelitian menunjukkan bahwa ujian akhir para siswa yang dilakukan terhadap kelompok eksperimen dengan team teaching jauh lebih baik daripada hasil ujian para siswa yang belajar dengan teknik tidak team teaching.
- Kemajuan para siswa dalam berbagai aspek yang diharapkan, mencpai level kemajuan yang signifikan.
- Bahwa team teaching sangat membantu para siswa dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang ditemuai para siswa dalam proses pembelajaran, sehingga tidak ada satu pun problem yang tidak terselesaikan, dan prestasi mereka bisa meningkat secara signifikan.
Eksperimen ini dilakukan pada sekolah menengah pertama. Namun gambaran hasil evaluasi terhadap model layanan pendidikan dengan team teachingbagi siswa sekolah menengah ini, juga bisa dijadikan rujukan utama dalam pengembangan model layanan yang sama di perguruan tinggi, karena pada hakikatnya belajar dengan guru adalah mempercepat proses pemahaman dengan bantuan mereka yang sudah terlebih dahulu memahami struktur keilmuan yang mereka pelajari. Bantuan tersebut sangat bermanfaat bagi semua pembelajar, tidak saja siswa tapi juga para mahasiswa dengan fungsi yang berbeda secara dinamis. Para siswa memerlukan pelayanan yang sangat personal dari para gurunya, untuk bertanya, berdiskusi tentang pelajaran yang sedang dipejarai, dan juga untuk mengatasi kesulitan pemahaman bahkan terkadang untuk menghilangkan kejenuhan. Sementara untuk para mahasiswa, mereka memerlukan penjelasan tentang semua fokus yang sedang didalami dari ahlinya. Bersamaan dengan itu, team teaching akan mempercepat proses pemahaman para mahasiswa, karena jika mereka mencari sendiri dan mempelajari sendiri tanpa bimbingan dosen sebagai seniornya, dia akan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk menemukan struktur keilmuannya itu. Sementara dosen sebagai akademisi senior, sudah sangat memahami struktur keilmuan yang diajarkannya, sehingga dapat memberi kemudahan-kemudahan bagi para mahasiswa untuk memahami subject matteryang mereka dalami.
Berbagai Teknik
Lynn Cook dari California State University Northridge (CSUN), dalam tulisannya berjudul Co-Teaching Principles, Practice and Pragmatic, yang diterbitkan Public Education Department pada tahun 2004, menjelaskan, bahwa mengajar dengan pelibatan lebih dari satu dosen dalam kelas bisa dilakukan dalam berbagai teknik, yakni one teach one observe, one teach one drift, parallel teaching, station teaching, alternative teacahing dan team teaching. Keenam teknik ini disebut sebagai co-teaching[1]. Penjelasan dari masing-masing teknik ini adalah sebagai berikut.
- 1. One Teach One Observe: satu orang mengajar sementara satu orang lainnya mengobservasi keadaan kelas. Mereka harus menyepakati tentang data apa yang seharusnya dikumpulkan selama proses pembelajaran tersebut, lalu mereka melakukan analisis bersama, dan menindak lanjuti hasil analisis tersebut untuk melakukan perbaikan layanan proses pembelajaran. Pendekatan one teach one observe ini, sangat baik digunakan untuk kelas baru pelajaran baru, ketika dosen menyampaikan pertanyaan untuk para mahasiswa, dan untuk mengukur kemajuan-kemajuan para mahasiswa, dan bahkan untuk melakukan analisis perbedaan antara mahasiswa yang bermasalah dengan yang tidak bermasalah.
- 2. One teach one drift: yakni satu orang mengajar satu lagi berada dalam kelas, dan berputar melayani para pembelajar. Pendekatan ini, lebih tepat untuk level rendah, dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar leraning outcomenya sempurna, atau memang seorang pengajar sangat memiliki keahlian tertentu, dan menyampaikan keahliannya itu.
- 3. Parallel Teaching: pendekatan ini dilakukan jika ukuran kelasnya besar, dan mereka memerlukan pencapaian hasil belajar yang optimal, maka para mahasiswa bisa dibagi dalam beberapa kelas, dan diajar beberapa dosen. Mereka mengajar bahan yang sama dengan learning outcome yang sama. Oleh sebab itu, mereka harus mempersiapkan program pembelajaran bersama, mengembangkan bahan ajar secara bersama-sama pula, sehingga para mahasiswa tidak ada yang dirugikan.
- 4. Station Teaching: adalah pendekatan pembelajaran yang membagi bahan-bahan ajar menjadi beberapa bagian, dan membagi mahasiswa pada sejumlah penggalan bahan ajar. masing-masing dosen berputar dari satu dosen pada yang lainnya, sehingga pada putaran akhir mereka memperoleh bagian akhir dari program pembelajaran. Pendekatan ini dilakukan jika bahan ajar itu sangat kompleks tapi tidak hiearkis, sehingga perputaran dari satu dosen pada yang lain tidak mengganggu pemahaman para mahasiswa.
- 5. Alternative Teaching: Pendekatan ini bisa dilakukan jika para mahasiswa dituntut memperoleh penguasaan sangat baik, sementara bahan ajarnya terdiri dari konsep-konsep yang sangat kompleks, sehingga sebahagian mahasiswa memerlukan perlakuan ekstra dari dosennya, dan membentuk sebuah kelompok kecil, sementara sebahagian besar mahasiswa merasa tidak memerlukan perlakuan tambahan, sehingga bisa membentuk kelompok besar. Dua dosen mengajar bahan ajar yang sama, satu pada kelompok kecil dengan perhatian ekstra, satu lagi kelompok besar dengan perlakuan biasa.
- 6. Team Teaching: Dalam pendekatan ini, dua orang atau lebih dosen mengajar dalam kelas yang sama, mengajar pokok bahasan yang sama, tapi masing-masing memiliki pengalaman yang berbeda, sehingga bisa saling melengkapi satu sama lain.
Integrasi sains dan agama melalui proses pembelajaran dengan menggunakan team teaching antara dosen sains dan dosen ilmu keagamaan, bisa menggunakan salah satu atau beberapa dari enam pilihan co-teaching yang diperkenalkan oleh Lynn Cook, dengan definisi mirip atau sama dengan team teaching. Akan tetapi, dari keenam pendekatan ini, nampaknya yang paling relevan untuk memenuhi kebutuhan idealitas learning outcome adalah pendekatan 6, 5 dan 4. Pendekatan ke-1 dan ke-2, lebih dibutuhkan untuk mengembangkan efektifitas pembelajaran pada tingkat dasar dan menengah, sementara pendekatan ke-3, dibutuhkan untuk semua level tapi tidak dalam konteks integrasi sains dan agama, atau interdisciplinary study.
Beberapa Saran untuk Pelaksanaan Team Teaching
Bagaimana penyiapan dan pelaksanaan team teaching agar efektif menghasilkan learning outcome sesuai dengan harapan?. Dengan mengadaptasi tulisan Amanda Little dan Anne Houl berjudul Interdisciplinary Team Teaching an Effective Method to Transform Student Attitudes dalam  the Journal of Effective Teaching (JET), yang diterbitkan di Wisconsin-Stout University, Menomonie, Wisconsin pada tahun 2011, bahwa untuk peningkatan efektifitas pembelajaran dengan pendekatan team teaching dalam pembelajaran interdisciplinary yang diprogramkan untuk “integrasi sains dan agamaâ€, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
- Beritahu mahasiswa sejak awal tentang program interdisciplinary yang melibatkan beberapa fokus kajian dari beberapa disiplin keilmuan, supaya mereka siap mengikuti program tersebut dengan berbagai implikasinya. Khusus untuk UIN Jakarta, pendekatan interdisciplinary tersebut dikembangkan dalam rangka integrasi sains dan agama, yang juga harus disampaikan dosen pada seluruh mahasiswanya, agar mereka siap untuk mengikuti program tersebut, sebagai program wajib yang harus mereka tempuh.
- Yakinkan pada seluruh mahasiswa bahwa integrasi sains dan agama merupakan “core goals of each courseâ€, dan seluruh mahasiswa harus memahami itu. Tekankan bahwa pengalaman melibatkan perluasan pengetahuan dalam lingkungan yang interaktif. Proses belajar akan diwarnai dengan beban awal yang terasa simpang siur dan sangat berat, tapi semuanya harus disikapi positif untuk membangun kohesifitas sikap dalam rangka mencapai tujuan akhir yang sangat ideal.
- Siapkan berbagai macam project yang sesuai dengan fokus integrasi sains dan agama, dan dapat dikerjakan mahasiswa untuk mendorong mereka agar sukses dalam studi dan mampu mencapai tujuan pembelajaran integratif dengan baik, yakni menguasai ilmu dan teknologi dalam bidangnya sehingga bisa menjadi pekerja profesional, namun tetap memiliki komitmen pelaksanaan agama dengan baik.
- Kembangkan program-program yang dapat membina kohesifitas antar berbagai disiplin keilmuan melalui kegiatan akademik dan kemahasiswaan, sehingga mereka bisa saling tukar informasi, dan saling membina satu sama lain.
- Berikan bimbingan untuk para mahasiswa keluar dari comfort zone mereka, dengan memberi tugas penelitian dalam topik-topik yang tidak biasa, sebagai proses dan bagian dari pembinaan. Kemudian berbagi hasil penelitian pada semua kelompok dengan skill dan pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga bisa menghilangkan keraguan untuk memasuki area studi di luar bidangnya.
- Hargai dan kenali model pembelajaran yang berbeda dari yang selama ini digunakan, berikan pujian setulus hati atas prestasi mengembangkan inovsi pembelajaran, dan mintakan penjelasan tentang teknik-teknik mengajar yang kreatif dan inovatif, berikut implikasinya terhadap perubahan prilaku para mahasiswa.
- Yakinkan bahwa masing-masing dosen memiliki posisi dan nilai yang sama dalam konteks membina dan mendidik para mahasiswa. Jika tidak, maka akan ada yang merasa terasingkan, sementara yang lain akan merasa paling bertanggung jawab terhadap mata kliah.
- Jaga fleksibilitas dalam penjadwalan kegiatan harian dan penyampaian informasi, dari dosen pada dosen, dan dari dosen pada mahasiswa.
Inilah beberapa saran untuk pelaksanaan team teaching yang dapat mendorong para dosen untuk bisa berkolaborasi satu sama lain, dalam rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran agar memperoleh hasil yang optimal, menghasilkan sarjana yang profesional dengan keahlian dan kecakapan yang diakui para pengguna, tapi tetap mampu menjaga konsistensi keberagamaan mereka dalam seluruh aspek hidup dan kehidupan. Wallahu a’lam bi al shawab..
DAFTAR RUJUKAN
Cook, Lynn,Co-Teaching Principles, Practice and Pragmatic, California State University
Northridge (CSUN), Education Department pada tahun 2004,
Jang, Syh Jong, “Effects of Team Teaching Upon Two Secondary School Teachersâ€, the Journal Educational Research Vol. 48 No. 2, tahun 2006
Little, Amanda,and Anne Houl, Interdisciplinary Team Teaching an Effective Method to Transform Student Attitudes,the Journal of Effective Teaching (JET), Wisconsin-Stout University, Menomonie, Wisconsin, 2011.
Meehan, Merrill L., What about Team Teaching, Association for Supervision and Curriculum Development (ASCD), Pennsylvania State University,1973[2]
[1]Â Lynn Cook menggunakan istilah Co-Teaching untuk makna team teaching yang dimaksud dalam bahasan ini. Dan Lynn Cook menjadikan team teaching sebagai salad satu pendekatan dari Co-teaching. kendati demikian, tulisan Lynn ini sangat penting untuk dikutip, dalam rangka mengelaborasikan lebih detail tentang teknik-teknik team teaching yang sang at variation, yang bermanfaat untuk dikembangkan di perguruan tinggi kita.