Suara Partai Islam Terus Menurun
Auditorium Utama, UIN Online - Menurunnya perolehan suara dan tingkat elektabilitas partai-partai Islam di Pemilu 2009, tidak dapat dilihat semata-mata dari pandangan sepintas yakni turunnya kepercayaan umat pada partai Islam, tapi disebabkan akumulasi dari berbagai faktor yang melingkupi situasi dan kondisi politik saat ini. Hal itu dikatakan Wakil Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang Hamdan Zoelva saat berdiskusi Quo Vadis Partai Islam yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) di Auditorium Utama, Kamis (19/11).
Menurut Hamdan setidaknya ada tiga faktor yang mengindikasikan penyebab penurunan tersebut, yakni perubahan pandangan umat atas relasi Islam dan politik, sistem demokrasi dan kebebasan, serta sistem pemilu yang dipilih. “Ketiga hal itu perlu diperhatikan betul oleh partai-partai Islam,†katanya.
Dia menegaskan jika partai politik Islam ingin maju dan meraup suara banyak di masa mendatang maka hendaknya melakukan berbagai pembenahan dan inovasi. Di antaranya partai politik Islam tidak bisa memandang hubungan antara Islam dan negara ke dalam kelompok santri dan abangan, tapi harus dilihat dalam realitas politik yang berubah sangat cepat. Selain itu, partai Islam juga mesti menyesuaikan strategi politiknya sesuai dengan tuntutan perubahan yang terjadi dalam memandang relasi Islam dan negara maupun perubahan sistem demokrasi yang dianut.
“Partai Islam harus memperjelas warna politiknya sehingga rakyat dapat membedakannya secara jelas dengan partai-partai lainya. Prasyarat mutlak yang tidak bisa diabaikan sedikit pun juga tentang penguatan sumber daya kader yang terpola melalui kaderisasi dan pembangunan citra yang baik serta pilihan kebijakan yang pro rakyat,†tegasnya.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta mengatakan penurunan perolehan suara tidak hanya dialami partai berasaskan Islam saja melainkan semua partai mengalaminya. Menurut dia adanya perubahan peralihan generasi dan ide merupakan penyebabnya.
“Ada tiga syarat untuk bisa memimpin atau menang dalam pemilihan, yakni ide, orang dan uang. Jika partai Islam ingin menang maka harus memenuhi ketiga syarat tersebut yang dimunculkan dalam bentuk performance,†kata Anis.
Anis menambahkan beberapa tahun ini identitas Islam dan tingkat religiusitas masyarakat muslim mengalami peningkatan, tapi perolehan suara partai Islam semakin menurun. Logikanya, kata dia, jika tingkat religiusitas meningkat maka suara partai Islam juga ikut meningkat, tapi nyatanya tidak. Religiusitas lebih berhubungan dengan moral bukan ideologi.
Lukman Hakim Syaifuddin menyatakan ada tiga nilai yang mesti diperjuangkan partai Islam jika ingin memperoleh dukungan masyarakat. Pertama memperjuangkan nilai-nilai Islam yang universal seperti keadilan dan kesamaan hak di depan hukum. Kedua memperjuangkan nilai yang kebenarannya diyakini umat Islam saja seperti larangan perjudian dan porstitusi. Ketiga memperjuangkan nilai yang diyakini sekelompok umat Islam tertentu saja seperti jilbab dan hukum rajam.
Mantan Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Saiful Mujani merasa heran atas perolehan suara partai Islam di setiap pemilu yang cenderung terus menurun jika dibandingkan dengan partai nasionalis. “Partai Islam mati di tengah masyarakat Islam sendiri merupakan sebuah ironi,†ungkapnya.
Menurut Saiful jika dibandingkan partai nasionalis maka perolehan suara partai Islam di pemilu cenderung semakin menurun. Sejak pemilu 1955 hingga 2009 suara partai Islam tidak memiliki kekuatan mayoritas. Partai Islam mesti melakukan reorientasi dan mencermati kecenderungan masyarakat yang makin rasional. [Nina Rahayu]