Seratus Empat Kitab Untuk Delapan Nabi dan Rasul
Oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Penulis Buku “Milir”
Abu Laits dalam Masail Abi Laits menyebut seratus empat wahyu Allah SWT sebagai kitab, bukan suhuf. Pertama, sepuluh kitab diturunkan kepada Nabi Adam. Sumber lain menyebutkan bahwa yang sepuluh ini diturunkan kepada Nabi Musa, sebelum Allah SWT menurunkan Taurat. Hal ini bisa dimengerti karena kaum Nabi Musa terkenal suka mangkir. Kedua, lima puluh kitab diturunkan kepada Nabi Syits. Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Qathrul Ghaits Syits secara leksikal berarti karunia Allah SWT. Hal ini dapat dimengerti Syits adalah keturunan pertama Nabi Adam diangkat menjadi dan diberikan wahyu yang terbanyak di antara sekian nabi dan rasul. Tentu ini memberi perhatian tersendiri. Selain itu, menurut Syaikh Nawawi Banten, Nabi Syits adalah anak Nabi Adam yang paling tampan dan yang paling mulia akhlaknya. Secara fisik, Nabi Syits berwajah paling mirip dengan Nabi Adam. Ketimbang Qabil dan Habil, yang juga anak Nabi Adam. Nabi Syits wafat setelah dianugerahi usia 712 tahun oleh Allah SWT. Ketiga, tiga puluh kitab diturunkan kepada Nabi Idris. Menurut pengarang Tafsir Jalalain, beliau adalah kakek dari Ayah Nabi Nuh atau buyut Nabi Ibrahim. Tidak seperti Nabi Syits, nama Nabi Idris tertulis dalam al-Qur’an. Misalnya, “Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam al-Quran” (QS. Maryam/19: 56). Karakter Nabi Idris diungkapkan al-Qur’an dengan penegasan, “Sesungguhnya, dia seorang yang sangat mencintai kebenaran dan seorang nabi” (QS. Maryam/19: 56). Oleh karena itu, pantas kalau dalam ayat berikutnya, Allah SWT memuji belia, “Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (QS. Maryam/19: 56). Yang dimaksud dengan “Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi”, menurut pengarang Tafsir Jalalain adalah bahwa Nabi Idris masih hidup hingga kini. Beliau bertempat di langit keempat atau keenam atau ketujuh atau juga di surga. Beliau dimasukkan ke surga setelah merasakan mati. Namun beliau memilih bertahan di surga. Dikatakan oleh Syaikh Nawawi Banten, beliau dinamakan Idris, karena beliau banyak mempelajari berbagai macam kitab. Bahkan, menurut Ibnu Katsir dalam Qishashul Anbiya, Nabi Idris adalah orang yang pertama memperdalam ilmu tafsir dan ilmu hukum. Oleh karena itu studi tentang hermeneutic, kerapa dikaitkan dengan Nabi Idris. Di samping itu, lanjut Syaikh Nawawi Banten, Nabi Idris adalah orang perama yang menulis dengan pena. Jadi pena adalah salah satu peradaban tua. Dalam bidang ilmu, beliau ahli astronomi dan matematika. Di samping itu, pakaian yang dijahit saat ini dan digunakan secara missal oleh manusia, pertama kali diperkenakan oleh Nabi Idris. Keempat, sepuluh kitab diturunkan kepada Nabi Ibrahim. Seperti telah disinggung di atas, kitab yang dimaksud di sini adalah suhuf atau lembaran-lembaran. Hal ini dibenarkan oleh pengarang Tafsir Jalalain bahwa yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Nabi Ibrahin itu adalah suhuf yang berjumlah sepuluh. Persis seperti yang diungkap Abu Laits. Allah SWT berfirman, “Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya” (QS. al-Baqarah/2: 136). Dalam Tafsir Munir, Syaikh Nawawi Banten juga menyinggung bahwa suhuf Nabi Ibrahim itu berjumlah sepuluh. Suhuf inilah yang kemudian diimani oleh keturunan beliau seperti Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya, yakni Yusuf dan sebelas saudaranya. Mereka tunduk patuh kepada suhuf tersebut seakan-akan diturunkan kepada mereka. Menurut Al-Sa’di dalam tafsirnya, isi suhuf Nabi Ibrahim terekam dalam ayat al-Qur’an. Misalnya, “(Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)” (QS. al-Najm/53:38-40). Sisanya, seperti sudah dijelaskan di atas, bahwa Allah SWT menurunkan satu kitab saja kepada Nabi Musa, yakni Taurat. Satu kitab kepada Nabi Daud, yakni Zabur. Satu kitab kepada Nabi Isa, yakni Injil, dan satu kitab kepada Nabi SAW, yakni al-Qur’an. Menurut Syaikh Nawawi Banten, seorang Muslim harus mengenal kitab yang empat itu.(sam/mf)