Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024

Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024

Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2024

Penamaan IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tidak hanya sekadar tradisi, melainkan juga sebuah penghormatan yang mendalam terhadap salah satu tokoh sentral dalam sejarah Islam di Nusantara, yaitu Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari sembilan Walisongo yang memiliki peran besar dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Sunda Kelapa yang kemudian menjadi Jakarta.

Lahir di negeri Arab pada tahun 1448 M, Syarif Hidayatullah memiliki latar belakang keluarga yang terhormat, sebagai putra dari Nyai Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi dari Pajajaran, dan Syarif Abdullah. Ia menerima gelar-gelar yang mencerminkan kedalaman ilmu dan spiritualitasnya, seperti Muhammad Nuruddin, Syekh Nurullah, Sayyid Kamil, dan lain-lain.

Peran besar Syarif Hidayatullah dalam menyebarkan Islam di Jawa, terutama bagian barat, terbukti dari dakwahnya yang bijaksana dan inklusif. Ia berdialog dengan pemimpin masyarakat dan bangsawan setempat secara lembut dan penuh toleransi. Metode dakwahnya yang berlandaskan pada pertukaran pikiran dari hati ke hati, peringatan yang lemah lembut, dan debat yang bijaksana telah berhasil menarik simpati masyarakat.

Selain sebagai seorang dai, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya. Ia tidak hanya membantu secara moril, tetapi juga secara materil kepada rakyat miskin dan menderita. Bergaul dengan bahasa yang sederhana, ia berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan masyarakat, sehingga ajarannya dapat diterima dengan mudah.

Keberagamaan dan toleransi menjadi nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh Syarif Hidayatullah. Ia menjalin tali perkawinan dengan berbagai etnis dan latar belakang budaya, sebagai upaya untuk memperkuat harmoni dan kerukunan antarumat beragama. Penamaan Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai inspirasi bagi sivitas akademika dalam pengembangan Islam di Indonesia adalah bentuk penghargaan atas kontribusi besar dari sosok yang berperan dalam mengukuhkan kekuasaan Islam di wilayah tersebut.

Dengan mengambil nama Syarif Hidayatullah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengikat dirinya pada warisan nilai-nilai keagamaan, toleransi, dan kemanusiaan yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati. Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kampus dan masyarakat luas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan pada tanggal 20 Mei 2002 Masehi, bersamaan dengan tanggal 7 Rabi’ul Awal 1423 Hijriyah, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002. Universitas ini merupakan hasil perubahan status dari Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 pada tanggal 24 Agustus 1960, bertepatan dengan 2 Rabi’ul Awal 1380 H. Sebelumnya, institusi ini awalnya berdiri sebagai Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1957, dan menjadi dasar penetapan Dies Natalis Universitas.

Lambang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi sebuah karya seni simbolis yang sarat makna, menggambarkan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh institusi tersebut. Setiap elemen pada lambang tersebut memiliki makna mendalam yang mencerminkan identitas dan tujuan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

  1. Bayang-bayang Bola Dunia (Biru):
      • Makna: Melambangkan wawasan global UIN dan misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).
      • Interpretasi: Menunjukkan bahwa UIN memiliki pandangan yang luas, tidak terbatas pada ruang geografis tertentu, dan berkomitmen untuk menyebarkan rahmat Islam ke seluruh dunia.
  2. Garis Edar Elektron (Biru):
      • Makna: Menggambarkan keilmuan, dinamika, keajegan hukum alam (sunnatullah).
      • Interpretasi: Mewakili kegiatan ilmiah dan penelitian yang dinamis, mengikuti sunnatullah atau hukum-hukum alam yang mengatur kehidupan.
  3. Bunga Lotus (Sidrah, Kuning):
      • Makna: Mencerminkan cita-cita setiap mukmin untuk mencapai pengetahuan kebenaran tertinggi (ma’rifatul haq) demi kemaslahatan bersama.
      • Interpretasi: Lotus adalah simbol kemurnian dan pencarian pengetahuan. Sidrah menjadi representasi cita-cita tinggi untuk mencapai pengetahuan tertinggi demi kebaikan bersama.
  4. Kitab (Putih):
      • Makna: Menggambarkan himpunan ilmu pengetahuan, petunjuk kehidupan, moral, serta sumber inspirasi dan kaidah hukum dari al-Quran dan al-Hadis.
      • Interpretasi: Kitab sebagai sumber kebijaksanaan dan pedoman hidup, menunjukkan bahwa UIN berakar pada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kitab suci.
  5. Garis Putih Tulisan UIN (Biru):
      • Makna: Melambangkan tali pengikat UIN sebagai universitas yang kuat, istiqomah, teguh berpendirian, dan senantiasa mengedepankan kejernihan intelektual dan moral.
      • Interpretasi: Garis putih sebagai tali yang mengikat, menegaskan komitmen UIN untuk menjaga integritas intelektual dan moral, serta kesetiaan pada prinsip-prinsip yang dianut.
  6. Warna Biru (Bola Dunia dan Tulisan UIN):
      • Makna: Menggambarkan kedalaman ilmu, kedamaian, dan kepulauan Nusantara yang menjadi pertemuan berbagai peradaban dunia.
      • Interpretasi: Warna biru mencerminkan kedalaman ilmu dan kearifan, sementara kepulauan Nusantara menjadi pusat peradaban dan kerukunan antarbangsa.
  7. Warna Kuning (Garis Edar Elektron dan Bunga Lotus):
      • Makna: Menggambarkan cita-cita UIN menuju masa keemasan, kecemerlangan, dan kejayaan.
      • Interpretasi: Warna kuning mencerminkan keceriaan dan harapan untuk mencapai prestasi gemilang di masa depan.
690px-Logo_UIN_Syarif_Hidayatullah_Jakarta

 

Penamaan IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tidak hanya sekadar tradisi, melainkan juga sebuah penghormatan yang mendalam terhadap salah satu tokoh sentral dalam sejarah Islam di Nusantara, yaitu Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari sembilan Walisongo yang memiliki peran besar dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Sunda Kelapa yang kemudian menjadi Jakarta.

Lahir di negeri Arab pada tahun 1448 M, Syarif Hidayatullah memiliki latar belakang keluarga yang terhormat, sebagai putra dari Nyai Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi dari Pajajaran, dan Syarif Abdullah. Ia menerima gelar-gelar yang mencerminkan kedalaman ilmu dan spiritualitasnya, seperti Muhammad Nuruddin, Syekh Nurullah, Sayyid Kamil, dan lain-lain.

Peran besar Syarif Hidayatullah dalam menyebarkan Islam di Jawa, terutama bagian barat, terbukti dari dakwahnya yang bijaksana dan inklusif. Ia berdialog dengan pemimpin masyarakat dan bangsawan setempat secara lembut dan penuh toleransi. Metode dakwahnya yang berlandaskan pada pertukaran pikiran dari hati ke hati, peringatan yang lemah lembut, dan debat yang bijaksana telah berhasil menarik simpati masyarakat.

Selain sebagai seorang dai, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya. Ia tidak hanya membantu secara moril, tetapi juga secara materil kepada rakyat miskin dan menderita. Bergaul dengan bahasa yang sederhana, ia berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan masyarakat, sehingga ajarannya dapat diterima dengan mudah.

Keberagamaan dan toleransi menjadi nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh Syarif Hidayatullah. Ia menjalin tali perkawinan dengan berbagai etnis dan latar belakang budaya, sebagai upaya untuk memperkuat harmoni dan kerukunan antarumat beragama. Penamaan Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai inspirasi bagi sivitas akademika dalam pengembangan Islam di Indonesia adalah bentuk penghargaan atas kontribusi besar dari sosok yang berperan dalam mengukuhkan kekuasaan Islam di wilayah tersebut.

Dengan mengambil nama Syarif Hidayatullah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengikat dirinya pada warisan nilai-nilai keagamaan, toleransi, dan kemanusiaan yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati. Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kampus dan masyarakat luas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan pada tanggal 20 Mei 2002 Masehi, bersamaan dengan tanggal 7 Rabi’ul Awal 1423 Hijriyah, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002. Universitas ini merupakan hasil perubahan status dari Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 pada tanggal 24 Agustus 1960, bertepatan dengan 2 Rabi’ul Awal 1380 H. Sebelumnya, institusi ini awalnya berdiri sebagai Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1957, dan menjadi dasar penetapan Dies Natalis Universitas.

Lambang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi sebuah karya seni simbolis yang sarat makna, menggambarkan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh institusi tersebut. Setiap elemen pada lambang tersebut memiliki makna mendalam yang mencerminkan identitas dan tujuan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

  1. Bayang-bayang Bola Dunia (Biru):
      • Makna: Melambangkan wawasan global UIN dan misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).
      • Interpretasi: Menunjukkan bahwa UIN memiliki pandangan yang luas, tidak terbatas pada ruang geografis tertentu, dan berkomitmen untuk menyebarkan rahmat Islam ke seluruh dunia.
  2. Garis Edar Elektron (Biru):
      • Makna: Menggambarkan keilmuan, dinamika, keajegan hukum alam (sunnatullah).
      • Interpretasi: Mewakili kegiatan ilmiah dan penelitian yang dinamis, mengikuti sunnatullah atau hukum-hukum alam yang mengatur kehidupan.
  3. Bunga Lotus (Sidrah, Kuning):
      • Makna: Mencerminkan cita-cita setiap mukmin untuk mencapai pengetahuan kebenaran tertinggi (ma’rifatul haq) demi kemaslahatan bersama.
      • Interpretasi: Lotus adalah simbol kemurnian dan pencarian pengetahuan. Sidrah menjadi representasi cita-cita tinggi untuk mencapai pengetahuan tertinggi demi kebaikan bersama.
  4. Kitab (Putih):
      • Makna: Menggambarkan himpunan ilmu pengetahuan, petunjuk kehidupan, moral, serta sumber inspirasi dan kaidah hukum dari al-Quran dan al-Hadis.
      • Interpretasi: Kitab sebagai sumber kebijaksanaan dan pedoman hidup, menunjukkan bahwa UIN berakar pada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kitab suci.
  5. Garis Putih Tulisan UIN (Biru):
      • Makna: Melambangkan tali pengikat UIN sebagai universitas yang kuat, istiqomah, teguh berpendirian, dan senantiasa mengedepankan kejernihan intelektual dan moral.
      • Interpretasi: Garis putih sebagai tali yang mengikat, menegaskan komitmen UIN untuk menjaga integritas intelektual dan moral, serta kesetiaan pada prinsip-prinsip yang dianut.
  6. Warna Biru (Bola Dunia dan Tulisan UIN):
      • Makna: Menggambarkan kedalaman ilmu, kedamaian, dan kepulauan Nusantara yang menjadi pertemuan berbagai peradaban dunia.
      • Interpretasi: Warna biru mencerminkan kedalaman ilmu dan kearifan, sementara kepulauan Nusantara menjadi pusat peradaban dan kerukunan antarbangsa.
  7. Warna Kuning (Garis Edar Elektron dan Bunga Lotus):
      • Makna: Menggambarkan cita-cita UIN menuju masa keemasan, kecemerlangan, dan kejayaan.
      • Interpretasi: Warna kuning mencerminkan keceriaan dan harapan untuk mencapai prestasi gemilang di masa depan.
690px-Logo_UIN_Syarif_Hidayatullah_Jakarta

 

Penamaan IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tidak hanya sekadar tradisi, melainkan juga sebuah penghormatan yang mendalam terhadap salah satu tokoh sentral dalam sejarah Islam di Nusantara, yaitu Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari sembilan Walisongo yang memiliki peran besar dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Sunda Kelapa yang kemudian menjadi Jakarta.

Lahir di negeri Arab pada tahun 1448 M, Syarif Hidayatullah memiliki latar belakang keluarga yang terhormat, sebagai putra dari Nyai Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi dari Pajajaran, dan Syarif Abdullah. Ia menerima gelar-gelar yang mencerminkan kedalaman ilmu dan spiritualitasnya, seperti Muhammad Nuruddin, Syekh Nurullah, Sayyid Kamil, dan lain-lain.

Peran besar Syarif Hidayatullah dalam menyebarkan Islam di Jawa, terutama bagian barat, terbukti dari dakwahnya yang bijaksana dan inklusif. Ia berdialog dengan pemimpin masyarakat dan bangsawan setempat secara lembut dan penuh toleransi. Metode dakwahnya yang berlandaskan pada pertukaran pikiran dari hati ke hati, peringatan yang lemah lembut, dan debat yang bijaksana telah berhasil menarik simpati masyarakat.

Selain sebagai seorang dai, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya. Ia tidak hanya membantu secara moril, tetapi juga secara materil kepada rakyat miskin dan menderita. Bergaul dengan bahasa yang sederhana, ia berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan masyarakat, sehingga ajarannya dapat diterima dengan mudah.

Keberagamaan dan toleransi menjadi nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh Syarif Hidayatullah. Ia menjalin tali perkawinan dengan berbagai etnis dan latar belakang budaya, sebagai upaya untuk memperkuat harmoni dan kerukunan antarumat beragama. Penamaan Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai inspirasi bagi sivitas akademika dalam pengembangan Islam di Indonesia adalah bentuk penghargaan atas kontribusi besar dari sosok yang berperan dalam mengukuhkan kekuasaan Islam di wilayah tersebut.

Dengan mengambil nama Syarif Hidayatullah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengikat dirinya pada warisan nilai-nilai keagamaan, toleransi, dan kemanusiaan yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati. Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kampus dan masyarakat luas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan pada tanggal 20 Mei 2002 Masehi, bersamaan dengan tanggal 7 Rabi’ul Awal 1423 Hijriyah, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002. Universitas ini merupakan hasil perubahan status dari Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 pada tanggal 24 Agustus 1960, bertepatan dengan 2 Rabi’ul Awal 1380 H. Sebelumnya, institusi ini awalnya berdiri sebagai Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1957, dan menjadi dasar penetapan Dies Natalis Universitas.

Lambang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi sebuah karya seni simbolis yang sarat makna, menggambarkan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh institusi tersebut. Setiap elemen pada lambang tersebut memiliki makna mendalam yang mencerminkan identitas dan tujuan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

  1. Bayang-bayang Bola Dunia (Biru):
      • Makna: Melambangkan wawasan global UIN dan misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).
      • Interpretasi: Menunjukkan bahwa UIN memiliki pandangan yang luas, tidak terbatas pada ruang geografis tertentu, dan berkomitmen untuk menyebarkan rahmat Islam ke seluruh dunia.
  2. Garis Edar Elektron (Biru):
      • Makna: Menggambarkan keilmuan, dinamika, keajegan hukum alam (sunnatullah).
      • Interpretasi: Mewakili kegiatan ilmiah dan penelitian yang dinamis, mengikuti sunnatullah atau hukum-hukum alam yang mengatur kehidupan.
  3. Bunga Lotus (Sidrah, Kuning):
      • Makna: Mencerminkan cita-cita setiap mukmin untuk mencapai pengetahuan kebenaran tertinggi (ma’rifatul haq) demi kemaslahatan bersama.
      • Interpretasi: Lotus adalah simbol kemurnian dan pencarian pengetahuan. Sidrah menjadi representasi cita-cita tinggi untuk mencapai pengetahuan tertinggi demi kebaikan bersama.
  4. Kitab (Putih):
      • Makna: Menggambarkan himpunan ilmu pengetahuan, petunjuk kehidupan, moral, serta sumber inspirasi dan kaidah hukum dari al-Quran dan al-Hadis.
      • Interpretasi: Kitab sebagai sumber kebijaksanaan dan pedoman hidup, menunjukkan bahwa UIN berakar pada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kitab suci.
  5. Garis Putih Tulisan UIN (Biru):
      • Makna: Melambangkan tali pengikat UIN sebagai universitas yang kuat, istiqomah, teguh berpendirian, dan senantiasa mengedepankan kejernihan intelektual dan moral.
      • Interpretasi: Garis putih sebagai tali yang mengikat, menegaskan komitmen UIN untuk menjaga integritas intelektual dan moral, serta kesetiaan pada prinsip-prinsip yang dianut.
  6. Warna Biru (Bola Dunia dan Tulisan UIN):
      • Makna: Menggambarkan kedalaman ilmu, kedamaian, dan kepulauan Nusantara yang menjadi pertemuan berbagai peradaban dunia.
      • Interpretasi: Warna biru mencerminkan kedalaman ilmu dan kearifan, sementara kepulauan Nusantara menjadi pusat peradaban dan kerukunan antarbangsa.
  7. Warna Kuning (Garis Edar Elektron dan Bunga Lotus):
      • Makna: Menggambarkan cita-cita UIN menuju masa keemasan, kecemerlangan, dan kejayaan.
      • Interpretasi: Warna kuning mencerminkan keceriaan dan harapan untuk mencapai prestasi gemilang di masa depan.
690px-Logo_UIN_Syarif_Hidayatullah_Jakarta

 

Penamaan IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tidak hanya sekadar tradisi, melainkan juga sebuah penghormatan yang mendalam terhadap salah satu tokoh sentral dalam sejarah Islam di Nusantara, yaitu Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati merupakan salah satu dari sembilan Walisongo yang memiliki peran besar dalam penyebaran dan pengembangan Islam di Pulau Jawa, khususnya di wilayah Sunda Kelapa yang kemudian menjadi Jakarta.

Lahir di negeri Arab pada tahun 1448 M, Syarif Hidayatullah memiliki latar belakang keluarga yang terhormat, sebagai putra dari Nyai Rara Santang, putri dari Prabu Siliwangi dari Pajajaran, dan Syarif Abdullah. Ia menerima gelar-gelar yang mencerminkan kedalaman ilmu dan spiritualitasnya, seperti Muhammad Nuruddin, Syekh Nurullah, Sayyid Kamil, dan lain-lain.

Peran besar Syarif Hidayatullah dalam menyebarkan Islam di Jawa, terutama bagian barat, terbukti dari dakwahnya yang bijaksana dan inklusif. Ia berdialog dengan pemimpin masyarakat dan bangsawan setempat secara lembut dan penuh toleransi. Metode dakwahnya yang berlandaskan pada pertukaran pikiran dari hati ke hati, peringatan yang lemah lembut, dan debat yang bijaksana telah berhasil menarik simpati masyarakat.

Selain sebagai seorang dai, Syarif Hidayatullah juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya. Ia tidak hanya membantu secara moril, tetapi juga secara materil kepada rakyat miskin dan menderita. Bergaul dengan bahasa yang sederhana, ia berhasil menjalin hubungan yang akrab dengan masyarakat, sehingga ajarannya dapat diterima dengan mudah.

Keberagamaan dan toleransi menjadi nilai yang sangat dijunjung tinggi oleh Syarif Hidayatullah. Ia menjalin tali perkawinan dengan berbagai etnis dan latar belakang budaya, sebagai upaya untuk memperkuat harmoni dan kerukunan antarumat beragama. Penamaan Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai inspirasi bagi sivitas akademika dalam pengembangan Islam di Indonesia adalah bentuk penghargaan atas kontribusi besar dari sosok yang berperan dalam mengukuhkan kekuasaan Islam di wilayah tersebut.

Dengan mengambil nama Syarif Hidayatullah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengikat dirinya pada warisan nilai-nilai keagamaan, toleransi, dan kemanusiaan yang diajarkan oleh Sunan Gunung Jati. Sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki tanggung jawab besar untuk meneruskan dan mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan kampus dan masyarakat luas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan pada tanggal 20 Mei 2002 Masehi, bersamaan dengan tanggal 7 Rabi’ul Awal 1423 Hijriyah, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2002. Universitas ini merupakan hasil perubahan status dari Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang sebelumnya didirikan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 pada tanggal 24 Agustus 1960, bertepatan dengan 2 Rabi’ul Awal 1380 H. Sebelumnya, institusi ini awalnya berdiri sebagai Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1957, dan menjadi dasar penetapan Dies Natalis Universitas.

Lambang Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi sebuah karya seni simbolis yang sarat makna, menggambarkan visi, misi, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh institusi tersebut. Setiap elemen pada lambang tersebut memiliki makna mendalam yang mencerminkan identitas dan tujuan dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta:

  1. Bayang-bayang Bola Dunia (Biru):
      • Makna: Melambangkan wawasan global UIN dan misi Islam sebagai rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil alamin).
      • Interpretasi: Menunjukkan bahwa UIN memiliki pandangan yang luas, tidak terbatas pada ruang geografis tertentu, dan berkomitmen untuk menyebarkan rahmat Islam ke seluruh dunia.
  2. Garis Edar Elektron (Biru):
      • Makna: Menggambarkan keilmuan, dinamika, keajegan hukum alam (sunnatullah).
      • Interpretasi: Mewakili kegiatan ilmiah dan penelitian yang dinamis, mengikuti sunnatullah atau hukum-hukum alam yang mengatur kehidupan.
  3. Bunga Lotus (Sidrah, Kuning):
      • Makna: Mencerminkan cita-cita setiap mukmin untuk mencapai pengetahuan kebenaran tertinggi (ma’rifatul haq) demi kemaslahatan bersama.
      • Interpretasi: Lotus adalah simbol kemurnian dan pencarian pengetahuan. Sidrah menjadi representasi cita-cita tinggi untuk mencapai pengetahuan tertinggi demi kebaikan bersama.
  4. Kitab (Putih):
      • Makna: Menggambarkan himpunan ilmu pengetahuan, petunjuk kehidupan, moral, serta sumber inspirasi dan kaidah hukum dari al-Quran dan al-Hadis.
      • Interpretasi: Kitab sebagai sumber kebijaksanaan dan pedoman hidup, menunjukkan bahwa UIN berakar pada nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kitab suci.
  5. Garis Putih Tulisan UIN (Biru):
      • Makna: Melambangkan tali pengikat UIN sebagai universitas yang kuat, istiqomah, teguh berpendirian, dan senantiasa mengedepankan kejernihan intelektual dan moral.
      • Interpretasi: Garis putih sebagai tali yang mengikat, menegaskan komitmen UIN untuk menjaga integritas intelektual dan moral, serta kesetiaan pada prinsip-prinsip yang dianut.
  6. Warna Biru (Bola Dunia dan Tulisan UIN):
      • Makna: Menggambarkan kedalaman ilmu, kedamaian, dan kepulauan Nusantara yang menjadi pertemuan berbagai peradaban dunia.
      • Interpretasi: Warna biru mencerminkan kedalaman ilmu dan kearifan, sementara kepulauan Nusantara menjadi pusat peradaban dan kerukunan antarbangsa.
  7. Warna Kuning (Garis Edar Elektron dan Bunga Lotus):
      • Makna: Menggambarkan cita-cita UIN menuju masa keemasan, kecemerlangan, dan kejayaan.
      • Interpretasi: Warna kuning mencerminkan keceriaan dan harapan untuk mencapai prestasi gemilang di masa depan.
690px-Logo_UIN_Syarif_Hidayatullah_Jakarta