Sambutan Ketua Senat Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Wisuda Sarjana ke-122

Sambutan Ketua Senat Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Wisuda Sarjana ke-122

Sabtu, 13 November 2021, Auditorium Harun Nasution

Oleh Prof. Dr. Abudin Nata, MA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

 Yang terhormat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, MA, Sekretaris Senat Universitas, Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag, para Wakil Rektor, pada Dekan Fakultas, para Guru Besar Anggota prosesi off line dan on line, para orang tua wisudawan/wati, para tamu undangan, wisudawan/wati, hadirin dan hadirat sekalian.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas idzin dan maunahnya, acara Wisuda Sarjana ke-122 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat terselenggara dengan baik. Shalawat dan salam kita sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang setia yang telah menjadi panutan yang baik bagi kita semua.

Selanjutnya atas nama Senat Universitas, kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir pada acara ini. Kehadiran kita merupakan sebuah kehormatan dan sekaligus pengakuan atas kesarjanaan para Wisudawan dan Wisudawati serta kesiapan menerima mereka kembali ke tengah-tengah masyarakat untuk mendarmabaktikan ilmu, keterampilan dan pengalamannya bagi kemajuan masyarakat.

Senat Universitas dan segenap yang hadir pada acara ini mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wati atas keberhasilan studi yang Saudara/Saudari raih, dan sesaat lagi akan dikukuhkan dan dilantik sebagai sarjana, dengan iringan doa, semoga kesarjanaan, ilmu dan kemampuan yang dimilikinya dapat membawa berkah dan manfaat bagi saudara/saudari khususnya, dan bagi masyarakat, bangsa, dan dunia pada pada umumnya.

 Selanjutnya sesuai dengan tema Wisuda kali ini, yakni Menyiapkan Generasi Kreatif dan Inovatif dalam Rangka Pemulihan Pembangunan Pasca Pandemi, izinkan Saya menyampaikan pesan sebagai berikut:

Pertama, bahwa dampak Pandemi Covid-19 bersifat multidimensional: sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Secara ekonomi banyak yang kehilangan pekerjaan, menjadi pengangguran, selanjutnya berdampak pada kesulitan hidup, meningkatnya angka kemiskinan, menimbulkan dampak kerawanan sosial, pencurian, penodongan, perceraian, dan sebagainya. Selanjutnya secara psikologis masyarakat berada dalam kecemasan, kegalauan, ketidakpastian, stres, depresi dan sebagainya, akibat dari kematian orang-orang yang dicintai dan menjadi tulang punggungnya, banyak wanita tanpa suami, anak tanpa ayah, dan sebagainya. Keadaan ini selanjutnya berdampak pada kelangsungan pendidikannya dan sebagainya. Para wisudawan dan wisudawati harus terpanggil untuk ikut mengatasi masalah ini.

Kedua, bahwa guna mengatasi masalah tersebut tidak bisa lagi dengan cara-cara klasik atau konvensional-tradisional tetapi dengan cara yang lebih kreatif dan inovatif, yakni keluar dari kebiasaan  lama (out of the box), tidak hanya mengulang cara-cara lama (not as usual) tetapi dengan cara yang berbeda dengan hasil yang lebih efektif, efisien dan cepat. Ketersediaan berbagai teori perubahan sosial yang didukung oleh kamajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hendaknya diambil manfaat dan berkahnya untuk mengatasi masalah tersebut.

Ketiga, para wisudawan/wisudawati yang berada pada usia yang umumnya masih muda, adalah merupakan generasi yang masih menyimpan motivasi dan etos kerja yang tinggi, menyimpan mimpi-mimpi besar yang ingin diwujudkan, idealisme dan rasa kaingin-tahuan, fisik, tenaga, waktu dan  yang terutama pendidikan yang baik dari perguruan tinggi yang unggul ini, kami yakin para wisudawan/wisudawati akan tampil sebagai generasi kreatif dan inovatif yang mampu melakukan pemulihan pembangunan dalam semua sektor pasca pandemi.

Keempat, untuk menjadi generasi yang kreatif dan inovatif, kita diuntungkan oleh agama Islam yang kita miliki sebagai agama yang mengajarkan kita agar memberi rahmat bagi seluruh alam (Q.S. al-Anbiya, 21:107), menjadi model dan contoh bagi orang lain (Kuntum Khaira Ummah), (Q.S. Ali Imran, 3:130) dan mengajarkan kita agar membuktikan keimanan dalam bentuk amal shalih dan kepedulian sosial (Q.S. al-Ashr, 103:1-3). Selain itu kita juga memiliki Tuhan, Allah SWT sebagai Tuhan yang memiliki sifat al-khaliq (Maha Kreatif), dan al-Mushawwir (Maha Inovatif). Demikian pula Nabi kita Muhammad SAW, sebagaimana juga Nabi Ibrahim dan lainnya adalah Nabi yang mencontohkan kerja cerdas, kerja keras, kerja ikhlas dan kerja tuntas (Lihat Q.S.al-Baqarah, 2;124-127; al-Ambiya, 21:68-69) (tentang  kesiapan nabi Ibrahim dihukum di atas api yang berkobar), al-An’am 6:74-79 (tentang temuan Nabi Ibrahim mengenai teologi monoteisme), surat Ibrahim 14:35-41 (tentang membangun Ka’bah), Q.S. al-Hajjm 22:26-29 (tentang manasik haji), Q.S. Al-Shafat Q.S.103-109 (tentang Qur‘ban).

Kelima, bahwa dalam era revolusi 4.0 dan kini memasuki era 5.0, kita juga harus menjadi SDM unggul yang ciri-cirinya menurut Sonny Harry B. Harmadi dalam Kompas, 10 September 2019:6 adalah mereka yang memiliki lima ciri: 1)Kemampuan berfikir- intelegensia tingkat tinggi (high order thinking) yang dipengaruhi oleh asupan gizi yang baik secara dalam kandungan dan kualitas pendidikan; 2)Kualitas fisik dan kesehatan, dan tingkat kesakitan dan kematian yang rendah; 3)Kesejahteraan individu, kemampuan bekerja, tingkat pendapatan, dan pemenuhan standar hidup bermutu; 4)Kualitas spiritualitas, kematangan emosi dan perilaku; serta 5)Mengenal dan mengembangkan potensi dirinya  dalam hal kepemimpinan, kewirausahaan, kemampuan mengatasi masalah, motivasi, inovasi, kreatifitas dan kerja sama. (sam/mf)