Sambutan Alumni: Habib Ja’far Ajak Alumni UIN Jakarta Kembalikan Kepakaran Ilmu pada Fitrahnya
Auditorium Harun Nasution, Berita UIN Online — Pendakwah muda, Habib Ja’far mengajak para alumni UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengembalikan kepakaran ilmu pada fitrahnya. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para alumni saat ini adalah fenomena “matinya kepakaran”.
Hal itu disampaikan Habib Ja’far dalam sambutan alumninya pada Sidang Senat Terbuka Wisuda Program Sarjana, Magister, dan Doktor ke-136 hari kedua, Ahad (25/05/2025). “Matinya kepakaran adalah satu bencana besar bagi negara ini, bagi agama ini, dan bagi peradaban,” tandasnya.
Ia menjelaskan bahwa matinya kepakaran merupakan tantangan besar di era kini. Banyak tokoh publik atau figur terkemuka, katanya, menyampaikan pendapat tanpa landasan keilmuan yang sesuai dengan bidang yang seharusnya mereka kuasai. Bahkan, banyak guru besar yang secara akademis sudah teruji, justru tidak didengar atau bahkan dicemooh, hanya karena memiliki pandangan yang berbeda dari mayoritas, khususnya di media sosial.
Karena itu, menurutnya, tugas utama dan pertama alumni UIN Jakarta adalah mengembalikan kepakaran dan keilmuan pada tempat dan fungsinya yang hakiki.
“Alumni UIN Jakarta haram hukumnya berbicara yang tidak sesuai dengan keilmuannya,” ungkapnya.
Ia pun mengajak seluruh alumni untuk kembali merujuk pada pesan al-Qur’an, Surah An-Nahl ayat 43: “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”
Menurutnya, inti dari pesan tersebut adalah pentingnya bertanya kepada orang yang berdzikir—yakni mereka yang bukan hanya mengetahui, tetapi juga mengamalkan ilmunya. Ia menegaskan bahwa alumni UIN Jakarta juga wajib hukumnya untuk berbicara, mengoreksi, dan membantah siapa pun yang menyampaikan sesuatu tidak sesuai dengan ilmunya, selama kita memiliki keilmuan tentang hal tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Habib Ja’far juga mengungkapkan kebanggaannya bisa lulus kuliah pada Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta. Di fakultas ini, pendakwah populer itu menamatkan jenjang pendidikan sarjana Akidah dan Filsafat dan Magister Tafsir al-Qur’an.
Saat ini, ia aktif berdakwah menyampaikan gagasan-gagasan filosofis, keislaman, dan isu-isu yang relevan di kalangan anak muda. Pengaruhnya cukup besar, di mana kaum muda public figure, banyak menyukai ceramah-ceramahnya.
Habib Jafar menuturkan, kesuksesannya saat ini tidak lepas dari bekal pengetahuan yang didapatnya dari para guru di pesantren, hingga di bangku kuliah di UIN Jakarta. UIN Jakarta, menurutnya, telah mengajarkannya untuk berpikir secara filosofis dan logis, serta membentuk cara pandangnya agar mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan ruang.
“Saya, haqqul yaqin, bahwa banyak orang yang menyebutkan saya sukses, bukan semata-mata karena diri saya sendiri, melainkan karena orang tua, guru-guru saya, dan para dosen, civitas akademika di UIN Jakarta yang menjadi bagian di dalamnya,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa UIN Jakarta telah melahirkan banyak sosok berpengaruh di berbagai bidang kehidupan. Karena itu, ia mengingatkan para wisudawan bahwa setelah prosesi ini, perjalanan mereka di dunia keilmuan belum selesai. Justru perjuangan baru akan dimulai, dan tantangan seperti matinya kepakaran harus dihadapi dengan integritas dan tanggung jawab keilmuan yang tinggi.
(Aida Adha S./Fauziah M./Syarifah Nur K./Foto: PIH)