Said Nursi Bukan Seorang Sufi
Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}
Reporter: Jamilah
Kampus I, UINJKT Online – Salah satu pembicara dalam simposium internasional Said Nursi dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung Zaprulkhan MSi mengatakan, peran Said Nursi lebih tepat sebagai pemberi pesan moral dibandingkan sebagai tokoh sufi.
“Walaupun ia banyak mengajarkan tasawuf dan memberikan apresiasi besar terhadap sufi namun ia lebih tepat diposisikan sebagai pemberi ajaran akhlaq. Hal itu dapat dilihat dari karya-karyanya yang sangat mengedepankan tema moral,†kata Zaprulkhan dalam simposium internasional Social Harmony and Peace di ruang teater Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Jumat (24/7).
Lebih lanjut, Zaprulkhan mengatakan, Nursi lebih konsern terhadap pemikiran moral ini bisa sangat dipahami karena ia prihatin dan selalu berusaha melawan degradasi moral yang dialami orang Turki. “Sangat banyak pesan moral yang ia tuangkan dalam karya-karyanya dengan tujuan melawan atheis di Turki,†katanya.
Hal senada juga dikatakan pembicara dari Vatikan Prof Dr Thomas Michel, salah satu yang menarik dari Said Nursi adalah ia mendukung pluralisme dan multikulturalisme namun ia tetap tegug terhadap agamanya dan tidak mencampuradukannya.
â€Dari berbagai karyanya termasuk dalam Risalah an-Nur Said Nursi sangat menegdepankan sikap damai dan moral yang baik. Tak sedikit karyanya mengulas tentang tema keikhlasan,†kata Thomas melanjutkan.