Respon “Kampus Merdeka”, Direktorat Diktis Redesain Kurikulum PTKIN

Respon “Kampus Merdeka”, Direktorat Diktis Redesain Kurikulum PTKIN

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Guna merespon gagasan tentang kampus merdeka dan merdeka belajar, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama saat ini tengah merancang ulang (redesain) kurikulum pembelajaran bagi mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi keagamaan Islam negeri (PTKIN). Kurikulum baru tersebut juga merupakan bentuk penyesuaian untuk pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Demikian dikatakan Direktur Diktis Arskal Salim saat menjadi pembicara pada Webinar Nasional bertajuk “Pembelajaran Ekonomi Islam dalam Merespon Kampus Merdeka: Kebijakan dan Implementasi dalam Kerangka Link and Match”, Rabu (8/7/2020).

“Kami sedang merancang ulang bagaimana kurikulum pembelajaran di kampus PTKIN dapat dilaksanakan sesuai gagasan kampus merdeka dan menghadapi situasi Covid-19,” katanya.

Beberapa persiapan yang sedang dilakukan Direktorat Diktis, menurut Arskal, di antaranya penguatan pendidikan berkarakter yang berorientasi pada moderasi Islam, mengintegrasikan antara keilmuan Islam dan umum, pembelajaran berbasis dalam jaringan (daring), penyederhanaan birokrasi, peningkatan kompetensi dosen, dan penjaminan mutu pembelajaran.

Di antara beberapa persiapan redesain kurikulum tersebut, Direktorat Diktis terlebih dahulu akan fokus ke pembelajaran daring. Strategi pembelajaran daring, jelas Arskal, merupakan wujud impelemtasi dan inovasi dari merdeka belajar dan kampus merdeka di lembaga pendidikan Islam yang otonom dan fleksibel.

Hal ini juga dapat mendorong terciptanya kultur belajar yang inovatif, partisipatif, dan tidak mengekang. “Artinya sesuai dengan kebutuhan dan minat serta potensi peserta didik,” katanya.

Arskal juga menambahkan, dalam redesain kurikulum melalui pembelajaran secara daring dibutuhkan beberapa langkah strategi. Pertama, menyiapkan perangkat yang dibutuhkan baik software maupun hardware; Kedua, penggunaan metode yang mengenalkan program aneka ragam aplikasi pembelajaran interaktif yang tersedia di internet; Ketiga, dari segi konten materi ajar, dalam redesain kurikulumnya dilakukan melalui dua strategi, yaitu mengubah konsep “jam belajar” menjadi “jam kegiatan”, kurikulum bersifat blended learning, dan mengintegrasikan keilmuan pendidikan Islam.

“Pada abad ke-21 ini, program pembelajaran dan pembekalan bagi peserta didik paling tidak harus memiliki empat keterampilan, yaitu mampu berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir kritis, dan kreatif,” tandasnya.

Webinar diselenggarakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Jakarta bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (DPP IAEI), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (AFEBIS) se-Indonesia, dan IAIN Salatiga, Jawa Tengah.

Selain Arskal Salim, para pembicara lain yang tampil adalah Ainun Na’im (Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI), Bunyamin Maftuh (Pakar Pendidikan, UPI), Euis Amalia (Ketua Bidang Pendidikan DPP IAEI/ UIN Jakarta, AFEBIS), Tika Arundina (Sekretaris VI DPP IAEI/Ketua Prodi Ilmu Ekonomi Islam, FEB UI), Anton Hendrianto (Division Head of People Development & Culture, Bank Muamalat Indonesia), dan Sutan Emir Hidayat (Direktur Bidang Pendidikan & Riset KNEKS). Webinar dipandu  Anton Bawono (Sekretaris Jenderal AFEBIS/DPP IAEI/Dekan FEBI IAIN Salatiga). (ns)