Rektor UIN Jakarta: Kajian Gender Perlu Terus Digalakkan

Rektor UIN Jakarta: Kajian Gender Perlu Terus Digalakkan

Gedung Rektorat, BERITA UIN OnlineRektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis meminta sivitas akademika UIN Jakarta untuk terus menggalakkan kajian gender. Ini diperlukan sebagai dukungan bagi terciptanya keadilan gender yang masih banyak dialami perempuan.

Demikian disampaikan Rektor Amany saat diskusi buku karyanya 'Perempuan dan Islam di Indonesia' yang diluncurkan hari ini, Selasa (7/6/2022). Peluncuran buku yang diinisiasi Pusat Perpustakaan UIN Jakarta dan Pusat Studi Gender dan Anak UIN Jakarta ini digelar sebagai rangkaian perayaan Milad ADIA/IAIN/UIN Jakarta ke-65 tahun.

Rektor Amany menuturkan, kajian gender perlu terus digalakkan mengingat masih banyaknya perempuan yang masih tertinggal secara sosial, ekonomi, pendidikan, politik, dan kesehatan. Ini terutama dialami perempuan yang tinggal di kawasan pesisir, perdesaan, dan wilayah kultural ekonomi tertinggal lainnya.

"Karena itu, kajian gender perlu terus digalakkan. Memang di UIN Jakarta misalnya hampir 70 persen menempati berbagai lini dan prestasi. Tapi di luar UIN Jakarta, di pesisir, di perdesaan, banyak perempuan yang masih kesulitan," paparnya.

Salah satu isu yang perlu jadi fokus kajian gender adalah regulasi yang dibutuhkan dalam menciptakan keberpihakan kepada kelompok perempuan. "Kita tidak su'udhon dengan peraturan-peraturan yang ada, tapi jika ada yang belum sempurna, tugas kita untuk bersama-sama menyempurnakan," lanjutnya.

Isu lain yang perlu diperkuat dalam penguatan kajian gender adalah peran keluarga. Kelurga berperan besar dalam menciptakan kestabilan masyarakat sekaligus penonjolan peran perempuan di dalamnya.

Hal lain, isu perempuan di wilayah konflik seperti berlangsung di negara-negara yang masih terjebak dalam pusaran politik dalam negerinya. Misalnya perempuan di Afganistan yang masih alami ketertinggalan pasca diberlakukannya kebijakan pemisahan fasilitasi pendidikan bagi laki-laki dan perempuan di Afganistan, sementara infrastrukturnya sendiri belum memadai.

Khusus kasus Afganistan, jelasnya, UIN Jakarta sendiri telah membuka diri menerima perempuan Afganistan untuk belajar di berbagai jenjang pendidikan yang ditawarkannya. Namun hingga saat ini, seluruh pelajar yang diutus belajar dari negara ini adalah laki-laki. (zm)