Rektor: Puluhan Profesor Perkuat Tradisi Keilmuan UIN Jakarta
Auditorium Utama, BERITA UIN Online— Kehadiran para guru besar atau profesor berbagai bidang ilmu di lingkungan fakultas dan program studi diyakini memperkuat tradisi keilmuan UIN Jakarta. UIN Jakarta sendiri berkomitmen melanjutkan program akselerasi dalam menambah jumlah guru besar.
Demikian disampaikan Rektor UIN Jakarta Prof. Dr. Hj. Amany Lubis MA saat memberikan sambutan dalam sidang senat terbuka pengukuhan dua guru besar UIN Jakarta di Auditorium Utama, Rabu (14/9/2022). "Puluhan guru besar ini dipastikan menciptakan optimisme tersendiri dalam memperkuat dan membesarkan UIN Jakarta yang kita banggakan," katanya.
Pertambahan guru besar di UIN Jakarta, ungkap Rektor, terus mencatatkan angka signifikan. Pada tahun 2020, UIN Jakarta berhasil menambah 12 guru besar. Lalu di 2021 kembali bertambah 16 guru besar. Sehingga, total guru besar di lingkungan UIN Jakarta saat ini mencapai 82 orang.
"Tahun ini, sedang diajukan lagi 16 orang guru besar yang akan diproses, baik melalui Kementerian Ristek dan Dikti dan Kementerian Agama RI," ungkapnya.
Merujuk data Bagian Organisasi, Kepegawaian dan Perundang-undangan (OKP) Biro Administrasi Umum dan Kepegawaian (AUK), puluhan guru besar UIN Jakarta ini tersebar hampir merata di berbagai fakultas dan sekolah pascasarjana. Secara keilmuan, masing-masing profesor merepresentasikan bidang keilmuan Islam maupun keilmuan umum.
Dalam memperkuat tradisi keilmuan melalui kehadiran para profesor ini, sambung Rektor, UIN Jakarta berkomitmen melanjutkan program akselerasi guru besar. Tahun ini, UIN Jakarta melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) melangsungkan Coaching Clinic dan Akselerasi Guru Besar sepanjang September-Oktober 2022.
"Program akselerasi guru besar yang sudah dilakukan selama ini, kita lanjutkan secara maksimal," tuturnya..
Terkait itu, Rektor berharap para dosen di lingkungan UIN Jakarta melanjutkan atau menyelesaikan pendidikan doktoralnya. Jenjang pendidikan ini menjadi salah satu prasyarat utama para dosen UIN Jakarta mencapai karir akademik sebagai pofesor.
Terakhir, Rektor Amany mengingatkan para guru besar untuk terus melakukan riset akademik dan mempublikasikan karya ilmiahnya baik dalam jurnal nasional berakreditasi maupun jurnal internasional berakreditasi.
"Dalam tiga tahun, profesor wajib memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah nasional, jurnal internasional bereputasi, atau karya seni monumental lainnya," tuturnya.

Apresiasi Dua Guru Besar Baru
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Amany menyampaikan apresiasi atas pencapaian dua dosen UIN Jakarta yang berhasil mencapai jabatan guru besar. Keduanya, Profesor Ahmad Tholabi Kharlie dan Profesor Abdul Wahid Hasyim.
Tholabi dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Islam di Fakultas Syariah dan Hukum. Sedang Wahid dikukuhkan menjadi Guru Besar Bidang Ilmu Sejarah Islam Indonesia pada Fakultas Adab dan Humaniora.
"Atas nama pribadi dan sivitas akademika UIN Jakarta, dan dengan penuh bangga saya ingin memberikan selamat kepada dua guru besar dan juga apresiasi atas tercapainya gelar akademik tertinggi kepada Profesor Abdul Wahid Hasyim dan Profesor Ahmad Tholabi Kharlie," katanya.
Rektor Amany menuturkan, raihan gelar profesor keduanya merupakan prestasi yang prestisius karena tidak semua orang bisa meraihnya. Sebagai jenjang tertinggi akademik, jabatan profesor didapat melalui serangkaian perjuangan luar biasa dan pengorbanan tidak sedikit.
"Untuk itu, proses pengukuhan ini penting dilaksanakan sebagai apresiasi dan legitimasi status sebagai Guru Besar UIN Jakarta dalam capaian tertinggi bidang akademik yang membanggakan," paparnya.
Dalam pengukuhan keduanya, masing-masing menyampaikan orasi ilmiah dari perspektif bidang ilmu masing-masing. Wahid menyampaikan orasi berjudul Politik untuk Pemberdayaan Umat: Potret Persentuhan Kiai dengan Politik di Era Reformasi, sedang Tholabi menyampaikan orasi berjudul Koeksistensi Hukum Nasional: Reformulasi Hukum Keluarga dan Hukum Administrasi di Indonesia.
Menanggapi orasi ilmiah Profesor Wahid, Rektor Amany menggarisbawahi pentingnya studi dalam menyorot keterlibatan kyai dalam politik praktis. Ia melihat para kyai memiliki peran signifikan dalam mendorong keberdayaan masyarakat dalam berbagai aspek politik, sosial, dan ekonominya.
Sedang merespons orasi Profesor Tholabi, Rektor Amany berharap terbangun koeksistensi hukum nasional sehingga terhindar dari benturan antara norma hukum. Hal ini diperlukan agar tidak selalu terjadi kekisruhan dalam praktik hukum di tanah air. (Foto: Hermanuddin/Teks: Zaenal Muttaqin)