Redam Intoleransi, Kesejahteraan Guru Perlu Ditingkatkan
Jakarta, BERITA UIN Online— Temuan riset Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta merekomendasikan peningkatan kesejahteraan guru. Ini diperlukan guna menekan persebaran sikap intoleransi dan radikalisme kalangan pendidik karena pertaliannya dengan tingkat kesejahteraan guru.
Demikian rekomendasi atas temuan riset nasional Sikap Keberagaman Guru Sekolah/Madrasah di Indonesia yang diluncurkan PPIM UIN Jakarta di Jakarta, Selasa (16/10). Survei ini dilakukan pada 2.237 guru muslim dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di 34 Provinsi di Indonesia dari 6 Agustus sampai dengan 6 September 2018.
Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Dr. Saiful Umam, mengungkapkan riset menunjukkan bahwa 63,07 persen guru yang menjadi responden menunjukan opini intoleran terhadap pemeluk agama lain. Artinya hanya 36,92 persen guru yang menunjukkan opini toleransi.
Saiful menuturkan, prosentase tersebut didapat dari pengukuran Implisit Association Test (IAT). Sedangkan hasil yang diperoleh dengan alat ukur kuesioner (eksplisit) pun tidak jauh berbeda hasilnya di mana sebanyak 56,09 persen guru memiliki opini intoleran pada pemeluk agama lain.
“Tapi kedua-duanya (alat ukur) kita bisa melihat bahwa persentasinya sudah di atas 50 persen,” ujarnya.
Pengukuran tingkat radikalisme di kalangan guru dengan menggunakan alat ukur kuesioner (eksplisit) menunjukkan, sebanyak 14,28 persen mempunyai opini yang sangat radikal dan radikal. Sedangkan dengan menggunakan alat ukur implisit (IAT) menunjukkan sebanyak 46,09 persen mempunyai opini yang sangat radikal dan radikal.
Dalam hal opini radikal dan intensi-aksi radikal menunjukkan bahwa 33 persen guru setuju untuk menganjurkan orang lain agar ikut berperang mewujudkan negara Islam. Dan 29 persen guru setuju untuk ikut berjihad di Filipina Selatan, Suriah, atau Irak dalam memperjuangkan berdirinya negara Islam.
Menurut Saiful ada tiga faktor yang dapat dikaitkan dengan intoleransi dan radikalisme guru. Pertama adalah pandangan Islamisme. Kedua, aspek demografis dan ketiga adalah peran ormas dan sumber pengetahuan ke-Islam-an.
Faktor Islamisme jadi salah satu variable penting terkait dengan intoleransi dan radikalisme guru. Pandangan Islamisme berkontribusi pada opini dan intensi aksi intoleran. Dalam opini maupun intensi aksi itu berhubungan. Begitu juga pandangan islamisme punya kontribusi pada opini dan intensi aksi radikal. (farah nh/yuni nk/zm)