RASULULLAH PELINDUNG TERBAIK

RASULULLAH PELINDUNG TERBAIK

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ibnu Jauzi dalam Syarafal Anam menggubah sebuah syair, “Keselamatan bagi anda Wahai pelindung yang terbaik”. Pelindung terbaik bagi umat Islam dalam syair itu tak lain adalah Muhammad SAW. Sebagai pelindung terbaik, Nabi SAW telah memenuhi tiga hal. Pertama, seperti dikatakan oleh Syaikh Nawawi Banten dalam Fathush Shamad, beliau sebagai penolong dan pemberi rasa aman bagi orang-orang yang sedang merasakan ketakutan. Ketakutan dalam konteks ini bisa beragam rupa. Misalnya kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Sebagai pemberi rasa aman, Nabi SAW mampu meredam gejolak yang timbul akibat ketakutan tersebut. Umat Nabi SAW menjadi orang-orang yang sabar.

Dalam al-Qur’an Allah berfirman, “Dan Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. al-Baqarah/2: 155). Kedua, Nabi SAW adalah penyelamat untuk para pendurhaka dari siksa neraka. Hal ini memberi isyarat bahwa Nabi SAW sebagai pelindung tak hanya hendak memberi rasa aman di dunia tapi juga menyelamatkan umatnya di akhirat.

Sebab apa artinya di dunia terpenuhi rasa aman dengan rasa kenyang, banyak harta, dan berlimpah buah-buahan jika tidak selamat dari siksa neraka. Allah berfirman, “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah” (QS. al-Hasyr/59:18). Ketiga, ciri khas perlindungan Rasulullah SAW adalah bahwa beliau sebagai orang yang sungguh-sungguh dalam berdoa. Baliau memohon kepada Allah agar umatnya dilindungi dari bencana dan malapetaka.

Efek positifnya, pengikut Nabi SAW senantiasa berkomunikasi kepada Allah ihwal segala pemikiran dan gerakan. Mereka meyakini, seperti yang dikatakan oleh Ibn Athaillah al-Sakandari dalam al-Hikam, bahwa ketika Allah membimbing lisan hamba-Nya untuk meminta sejatinya Allah SWT telah menyiapkan yang diminta.

Hanya saja, mereka percaya seringkali Allah memberi hadiah tanpa dibungkus dengan kebahagiaan. Hal ini dilakukan untuk menguji kesabaran.

Dalam al-Qur’an terdapat kreteria orang-orang yang sabar. Mereka adalah, “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, ‘Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un’. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. al-Baqarah/2: 156-157). Satu catatan, kesabaran umat Nabi SAW tidak ada batasnya. Kesabaran yang terbatas adalah ketidaksabaran itu sendiri.

Allah SWT berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat” (QS. al-Baqarah/2: 214).(sam/mf)