Pusat Bahasa UIN Jakarta, Siap sebagai Penyelenggara TOAFL/TOEFL Berpengalaman
DI era globalisasi, kemampuan berbahasa asing bagi mahasiswa UIN Jakarta tampaknya tak bisa ditawar-tawar lagi. Terlebih UIN Jakarta sebagai kampus bertaraf internasional (world class university).
Guna mewujudkan hal itu, UIN Jakarta antara lain mengambil kebijakan dengan menerapkan pemakaian label berbahasa asing, khususnya Arab dan Inggris, seperti pada papan nama lembaga, penerbitan, dan khutbah Jumat. Tak terkecuali, agar diperoleh kemampuan berbahasa asing dengan baik di kalangan lulusan UIN Jakarta, Pusat Bahasa (Language Center/LC) menerapkan Test of Arabic as a Foreign Language (TOAFL) dan English Proficiency Test (TOEFL-Prediction).
“TOAFL/TOEFL ini sudah diterapkan sejak setahun lalu, baik untuk mahasiswa program S1, S2 maupun S3,” ujar Kepala Pusat Bahasa Dr Atiq Susilo.
Kemampuan agar setiap mahasiswa memiliki kemampuan berbahasa Arab dan Inggris sebenarnya sudah diterapkan sejak tahun 1975-an bersamaan dengan berdirinya Pusat Bahasa. “Tapi namanya waktu itu masih Lembaga Bahasa dan berpusat di kampus I,” jelasnya. Pada masa ini, Pusat Bahasa juga menerbitkan buku pelajaran bahasa Arab, Al-’Ara biyah bi Namadjid, yang mengadopsi sistem English 900. Buku ini sempat menjadi sumber rujukan pelajaran bahasa Arab di hampir seluruh perguruan tinggi agama Islam di Indonesia.
Ujian kompetensi bahasa asing waktu itu dilaksanakan di fakultas dengan memasukkannya sebagai mata kuliah non sks. Namun aspek administratif dan akademiknya tetap dipegang Pusat Bahasa, termasuk kewenangan mengeluarkan sertifikat.
Hanya saja, sempat muncul kendala karena tenaga pengajar untuk kedua bahasa ini masih “mencomot” dari Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Adab, terlebih untuk melayani empat fakultas (Tarbiyah, Adab, Syari’ah, Ushuluddin) dengan jumlah mahasiswa sekitar 3.000-an. Ditambah lagi kendala pengaturan hari dan jam perkuliahan. Akibatnya, output pengajaran bahasa asing ini kurang memadai, bahkan tak sedikit mahasiswa yang terhambat menyelesaikan studinya. Pada tahun 1995 pengajaran bahasa kemudian dikembalikan ke fakultas masing-masing.
Bersamaan dengan itu, fungsi Pusat Bahasa pun diperluas menjadi tak hanya menangani bidang bahasa, melainkan juga masalah kebudayaan. Lalu tahun 1999, lembaga ini berubah nama menjadi Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) atau Center for Languages and Cultures berdasarkan SK Rektor No 003 Tahun 1999.
Namun, seiring dengan perubahan IAIN menjadi Universitas, bidang bahasa asing kembali mendapat perhatian pimpinan UIN Jakarta. Tahun 2006, PBB kembali menjadi Pusat Bahasa tanpa menangani masalah kebudayaan. Bidang kebudayaan diwujudkan dengan didirikannya Pusat Kajian Agama dan Budaya atau Center for the Study of Religion and Culture (CSRC). Kebijakan lainnya, fakultas yang semula diberi kewenangan dalam pengajaran bahasa pun, diminta lebih berkonsentrasi kepada mata kuliah pokoknya.
Menurut Atiq Susilo, sejak kembali menjadi lembaga struktural, peran Pusat Bahasa semakin tertantang untuk mengembangkan penyelenggaraan bahasa asing. Kegiatan-kegiatan kebahasan seperti tes TOAFL/TOEFL dan kursus bahasa terus diperkuat, tak hanya untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa UIN Jakarta, melainkan lebih luas lagi masyarakat umum, baik perorangan maupun kolektif, termasuk lembaga-lembaga pemerintah dan swasta.
Bagi kalangan mahasiswa UIN Jakarta, khususnya calon mahasiswa Sekolah Pascasarjana, TOAFL/TOEFL kini telah menjadi salah satu bahan yang diujikan pada awal pendaftaran masuk. Sementara bagi mahasiswa program S1, sertifikat TOAFL/TOEFL selain sebagai placement, juga kelak akan menjadi salah satu syarat kelulusan pada akhir perkuliahan.
“Sesuai SK Rektor No 241 Tahun 2005, mahasiswa yang akan ujian skripsi wajib memiliki sertifikat TOAFL/TOEFL dengan skor yang ditentukan. Tapi implementasinya baru dimulai Desember tahun ini,” jelasnya.
Sementara itu, Pusat Bahasa dengan sarananya yang lengkap, bertekad menjadi sebuah lembaga penyelenggara TOAFL/TOEFL berpengalaman, terutama bagi peserta di luar UIN Jakarta. Atiq mengungkapkan, TOAFL Pusat Bahasa bahkan kini telah diakui paling bagus dan satu-satunya yang ada di Indonesia.
“Dalam waktu dekat, kami akan mematenkan TOAFL ini,” ujarnya. [Nanang Syaikhu]