Puji Taklim Al-Qur’an Gelar Khotmul Qur’an dan Nuzulul Qur’an
Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Pusat Kajian Taklim Al-Qur’an (Puji Taklim Al-Qur’an) bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (Fidikom) dan Dharma Wanita Persatuan UIN Jakarta menggelar acara Khotmul Qur’an dan Nuzulul Qur’an secara virtual, Kamis (29/4/2021).
Acara bertema “Aktualisasi Nilai-nilai Al-Qur’an di Lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta” itu diisi dengan Khotmul Qur’an oleh dosen Fakultas Ushuluddin Hasani Ahmad Said dan ceramah agama oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta Ahmad Thib Raya.
Turut hadir, antara lain, Rektor UIN Jakarta Amany Lubis, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswan Arief Subhan, Wakil Rektor Bidang Pengembangan Lembaga dan Kerja Sama Lily Surayya Eka Putri, Dekan Fidikom Suparto, dan Ketua Puji Taklim Al-Qur’an Faizah Ali Sybromalisi.
Rektor Amany Lubis dalam sambutannya menyambut positif diadakannya acara Khotmul Qur’an dan Nuzulul Qur’an oleh Puji Taklim Al-Qur’an. Kegiatan Khotmul Qur’an sebelumnya sudah dilakukan UIN Jakarta sebanyak dua kali dan belum kembali diadakan.
Oleh karena itu Rektor menyatakan bahwa kegiatan Khotmul Qur’an yang diadakan oleh Puji Taklim Al-Qur’an, Fidikom, dan Dharma Wanita dianggap sebagai kegiatan UIN Jakarta.
“Jadi dapat kita katakan bahwa Khotmul Qur’an kali ini sebagai kegiatan UIN Jakarta,” katanya.
Pada bagian lain Rektor Amany Lubis menyatakan bahwa al-Qur’an adalah akhlak Rasulullah. Al-Qur’an harus dijadikan pedoman hidup umat Islam agar selamat di dunia dan di akhirat kelak.
Sementara itu, Ahmad Thib Raya dalam ceramahnya banyak menjelaskan tentang kemukzijatan al-Qur’an sebagai wahyu Allah. Al-Qur’an merupakan kita suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai peringatan bagi seluruh alam, baik alam manusia maupun alam semesta lainnya.
Kemukjizatan atau kemuliaan al-Qur’an, menurut Thib Raya, di antaranya menjadi petunjuk (hudan) dan penuntun bagi manusia yang beriman. Jika manusia sudah mendapatkan hudan maka manusia tidak ada yang tersesat dalam perjalanannya.
Al-Qur’an juga sebagai cahaya (nurun), yaitu menjadi cahaya dan menyinari bagi siapa pun. Al-Qur’an akan menjadi cahaya bagi para pecinta dan pembaca al-Qur’an dan akan menerangi manusia dalam perjalanan hidupnya.
“Kemudian, al-Qur’an sebagai kasih sayang (rahmatan), yaitu al-Qur’an yang dapat memberdayakan bagi siapa saja yang mengkaji dan membacanya,” katanya.
Jadi, barang siapa yang banyak membaca al-Qur’an, mereka akan banyak memperoleh pahala kebajikan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, barang siapa yang membaca satu huruf saja dari al-Qur’an, ia akan memperoleh satu pahala kebajikan yang pahalanya setara dengan 30 kebajikan.
“Nah, membaca ayat alif-lam-mim saja, kata Rasul, kita sudah memperoleh 90 pahala kebajikan. Masya Allah,” tuturnya.
Namun dengan pengertian itu, jelas Thib Raya, jangan kemudian setiap hari ayat yang dibaca hanya alif-lam-mim. Karena yang benar adalah membaca keseluruhan ayat dalam al-Qur’an.
Kemudian, lanjut mantan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan itu, kemuliaan al-Qur’an lain adalah sebagai obat (syifa’un), yaitu menjadi penyembuh yang berbeda dengan dawa’un (obat). Kalau syifa’un sudah pasti akan menyembuhkan penyakit manusia karena adanya proses, tetapi dawa’un belum tentu dapat menyembuhkan.
“Itulah kehebatan-kehebatan al-Qur’anul Karim,” kata Kepala Koordinatorat Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta (Kopertais) Wilayah I Jakarta itu. (ns)