Puasa Pertama seusai Covid-19 Reda
Nadirsyah SAg LLM, Dosen Hukum Islam Program Studi Perbandingan Mazhab Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bulan Ramadan tahun 2022 ini menjadi spesial. Inilah bulan puasa yang pelaksanaan umrah sudah dibuka kembali. Covid-19 juga sudah melandai. Syiar Islam akan kembali semarak di bulan suci ini.
Pada dua tahun sebelumnya, pelaksanaan buka puasa bersama, tarawih, iktikaf dan salat Id serta mudik dibatasi oleh pemerintah karena covid-19 masih menjadi pandemik.
Kita akan melihat kondisi yang berbeda tahun ini, insya Allah. Kondisi dan situasi terkini ini berlaku di seluruh dunia muslim.
Lantas bagaimana kita mensyukuri pelaksanaan ibadah puasa pertama setelah covid-19 mereda?
Dua belas jam atau lebih, tergantung berada di belahan dunia yang mana, kita menahan lapar dan haus di dalam Bulan Suci Ramadan.
Saat menjelang sore, angan-angan kita akan makanan dan minuman semakin menjadijadi. Pancaindera kita menjadi sensitif.
Bau asap knalpot tercium seperti bau orang membakar satai, serangga lewat bisa silap terlihat seperti buah kurma, dan suara azan di waktu Asar dianggap mirip azan Magrib.
Begitulah kondisi kita pada umumnya. Akan tetapi, ketika tiba waktunya berbuka puasa, hanya dengan segelas air dan kolak pisang hilang sudah segala lapar dan dahaga.
Semua angan-angan sebelumnya buyar begitu saja. Bahkan mereka yang dengan lahap langsung mengonsumsi makanan ternyata juga merasa kenyang hanya dengan duatiga suap saja.
Niat menggebu menghabiskan tiga piring ternyata tidak terpenuhi. Cuma seperti itu saja kemampuan kita memuaskan diri.
Inilah kenikmatan sesaat yang Allah SWT ajarkan kepada kita lewat ibadah puasa.
Apa yang tidak kita miliki akan terkesan begitu indah dalam angan-angan. Seandainya kita punya harta, jabatan, atau apa pun yang kita inginkan. Faktanya, begitu kita memiliki apa yang kita sangat inginkan, ternyata biasa saja.
Itu sebabnya banyak yang lupa diri dan malah mengingin kan hal-hal berikutnya untuk memuaskan keinginan. Angan-angan menjadi ukuran kepuasan diri.
Ibadah puasa memberi ki ta pemahaman bahwa kenikmat an yang kita kejar itu ha nya sesaat rasanya. Puasa akan mengajarkan kita bahwa kepuasan itu bukan pada tercapainya keinginan, tapi pada mensyukuri apa yang Allah SWT berikan.
Mensyukuri Kesehatan
Pengalaman berpuasa di ma sa pandemi dua tahun se belumnya telah mengetuk sisi kemanusiaan kita yang terdalam.
Puasa yang sejatinya memiliki hikmah berorientasi pada solidaritas sosial telah menjadi amat terbatas. Relasi sosial kita dipagari oleh covid-19.
Dimensi spiritual menjadi kering ketika dalam dua tahun terakhir ini ibadah puasa menjadi ibadah pada level individu semata. Ada sesuatu yang hilang rasanya.
Puasa pertama di era covid mereda, meski tetap dengan kewaspadaan karena virus ini belum benar-benar lenyap, akan menjadi ajang bagi kita untuk mensyukuri kembali nikmat kesehatan yang telah Allah SWT berikan. Semoga ibadah puasa kembali terasa nikmat lewat rasa syukur kita kepada Allah SWT.
Seraya mengenang mereka yang telah wafat di masa pan demi, Ramadan ini kita ha rapkan menjadi momen kem balinya spirit solidaritas sosial. Bismillah.
Sumber: Media Indonesia, 2 April 2022. (sm/mf)