PSGA Akan Gelar Seminar Internasional Peran Perempuan di Era Society 5.0

PSGA Akan Gelar Seminar Internasional Peran Perempuan di Era Society 5.0

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Guna memperingati Hari Ibu pada 22 Desember 2021, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Jakarta akan menggelar seminar internasional bertajuk “Peran Perempuan di Era Society 5.0”. Seminar digelar secara hybrid (offline dan online) dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari kalangan pejabat pemerintah RI dan akademisi.

Untuk membahas bagaimana peran perempuan di era “Society 5.0”, panitia mengundang empat narasumber, yakni I Gusti Ayu Bintang Darmawati (Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Lena Mariana Mukti (Duta Besar RI untuk Kuwait), Reini Wairahadikusumah (Rektor Institut Teknologi Bandung), dan Ida Fauziyah (Menteri Tenaga Kerja).

Ketua PSGA Ulfah Fajarini dalam keterangan tertulisnya yang dikirim ke BERITA UIN Online, Rabu (8/12/2021), mengatakan, seminar bertujuan di antaranya untuk meningkatkan peran perempuan dalam membangun peradaban dan kerja sama antarnegara serta dalam berbagai bidang lain, seperti pendidikan, ekonomi, keluarga, dan perdamaian dunia berdasarkan era Society 5.0.

Ulfah menilai bahwa dunia kini telah memasuki era Society 5.0. Karena itu peran perempuan Indonesia harus siap menjawab tantangan zaman yang dihadapinya. Perempuan harus cerdas dan diharapkan tidak kalah dengan kecerdasan buatan (artificial intelegent).

Berkaitan dengan hal tersebut, Hari Ibu merupakan momentum tepat dalam melakukan refleksi dan meneguhkan harapan bagi perempuan Indonesia untuk bergerak maju dan menunjukkan kemampuan serta jati dirinya sebagai “ibu bangsa” yang produktif, inovatif, kreatif, dan inklusif.

“Ke depan, tantangan bagi perempuan dalam menjalankan peran dan fungsinya di era digital tentu tidak mudah,” katanya.

Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan itu juga menegaskan bahwa Society 5.0 dibuat sebagai solusi Revolusi 4.0 yang dikhawatirkan akan mendegradasi umat manusia dan karakter manusia. Oleh karena itu, di era Society 5.0 tersebut, nilai karakter harus dikembangkan, empati dan toleransi harus dipupuk seiring dengan perkembangan kompetensi serta berfikir kritis, inovatif, dan kreatif.

“Society 5.0 bertujuan untuk mengintegrasikan ruang maya dan ruang fisik menjadi satu, sehingga semua menjadi mudah dengan dilengkapi kecerdasan buatan,” jelasnya.

Kecerdasan buatan, imbuh Ulfah, juga akan mentransformasi ke dalam big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan. Selain itu juga menjadi suatu kearifan baru yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan.

Transformasi tersebut akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna di mana sentuhan humanisme dalam konsep Society 5.0 akan menjadi modal dasar.

Kemajuan teknologi di era Society 5.0, menurut Ulfah, memunculkan berbagai peluang dengan meningkatkan akses perempuan terhadap pendidikan, karir, dan aktualisasi diri. Tapi di sisi lain juga akan memunculkan berbagai tantangan, antara lain dunia kerja yang semakin kompetitif, berubahnya pola asuh anak, serta bagaimana membagi dan menyeimbangkan peran perempuan.

Oleh karena itu agar perempuan dapat menangkap peluang dan mengatasi tantangan tersebut, salah satu solusinya adalah dengan mengokohkan kembali peran keluarga dengan cara meningkatkan relasi antaranggota keluarga, meningkatkan fungsi keluarga, mengembangkan standar norma dan kultural, membentuk keluarga melek media dan informasi, serta menerapkan pola komunikasi yang demokratis.

Seminar internasional tentang perempuan akan dibuka Rektor UIN Jakarta Amany Lubis. Selain seminar, kegiatan di Hari Ibu itu juga akan diuncurkan dua buah buku dan pameran foto karya Amany Lubis, pemberian gelar Doktor Honouris Causa (HC) kepada aktivis feminis muslim Indonesia Lies Marcoes, serta pemberian penghargaan kepada fakultas dan lembaga berpretsasi di UIN Jakarta. (ns)