PROSESI SHALAT IDUL FITRI

PROSESI SHALAT IDUL FITRI

Oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Shalat Idul Fitri layaknya wisuda massal sarjana bagi alumni madrasah Ramadhan. Sedangkan Hari Raya Idul Fitri itu sendiri adalah hari pemberian piala. Maka tak heran kalau pada saat akan shalat Idul Fitri Nabi SAW menganjurkan untuk mandi, memakai minyak wangi, dan berpakaian rapi. Fakih bin Sa’d berkata, “Rasulullah SAW senantiasa mandi pada hari Jumat, hari Arafah, hari Idul Fitri, dan hari Idul Adha” (HR. Ahmad). Nafi berkata, “Abdullah bin Umar senantiasa mandi pada Hari Raya Idul Fitri, sebelum berangkat ke tempat shalat” (HR. Malik). Hari bahagia ini berlaku untuk semua, baik anak-anak maupun orangtua, laki-laki maupun perempuan semua tumpah ruah. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah SAW memerintahkan anak-anak wanitanya dan isteri-isterinya untuk turut serta dalam pelaksanaan shalat Idul Fitri dan Idul adha” (HR. Ahmad).

Tak pelak, suasana jadi penuh suka cita. Ummu Athiyah berkata, “Kami diperintahkan untuk mendatangi tempat shalat, termasuk perawan dalam pingitan dan wanita haid. Posisi mereka di belakang jamaah. Mereka bertakbir dengan takbir kaum muslimin, dan berdoa dengan doa kaum muslimin, dengan berharap keberkahan dan kesucian hari tersebut” (HR. Bukhari).

Untuk menunjukkan syiar Islam, Nabi SAW memerintahkan jamaah shalat Idul Fitri untuk berjalan kaki. Ali bin Abi Thalib berkata, “Termasuk sunah jika kamu keluar mendatangi tempat shalat Idul Fitri dengan berjalan kaki dan memakan sesuatu sebelum datang ke tempat shalat” (HR. Turmudzi). Berbeda dengan shalat Idul Adha yang dianjurkan untuk tidak sarapan. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam Fatwa al-Nabi fi al-Shalat, Nabi SAW mengakhirkan shalat Idul Fitri. Maksudnya, Nabi SAW berangkat ke tempat shalat menjelang matahari terbit. Dari rumah hingga sampai ke tempat shalat Nabi SAW membaca takbir. Sesudah itu, beliau langsung shalat dua rakaat tanpa ada azan dan iqamat. Lagi-lagi untuk syiar Islam yang sangat penting di Madinah pada waktu itu, seusai melaksanakan shalat Idul Fitri, Nabi SAW mengambil jalan pulang yang berbeda dari ketika beliau datang. Bila memungkinkan kita juga dapat melakukan apa yang pernah dicontohkan Nabi SAW ini. Jabir berkata, “Nabi SAW ketika berada di hari Id (ingin pergi ke tempat shalat baik datang maupun pulang), beliau membedakan jalan antara pergi dan pulang” (HR. Bukhari). Ada yang berpendapat bahwa yang dilakukan Nabi SAW ini agar seluruh tempat yang dilewati mendapat rahmat Allah SAW. Prosesi terakhir adalah saling memberi maaf dan meminta maaf. Sebab inilah ciri orang bertakwa, seperti firman-Nya, “(Yaitu) … orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS. Ali Imran/3: 134).

Khalid bin Ma’dan berkata, “Aku menemui Watsilah bin al-Asqa di hari Id. Aku berkata, “Taqabbalallah Minna wa Minka”. Ia menjawab, “Ya, Taqabbalallah Minna wa Minka”. Watsilah berkata, “Aku menemui Rasulullah SAW di hari Id. Aku berkata, “Taqabbalallah Minna wa Minka”, Nabi SAW menjawab, “Ya, Taqabbalallah Minna Wa Minka” (HR. Baihaki). (sam/mf)