PPIM UIN Jakarta Luncurkan Temuan Riset Dakwah di Televisi

PPIM UIN Jakarta Luncurkan Temuan Riset Dakwah di Televisi

Ciputat, BERITA UIN Online— Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat atau PPIM UIN Jakarta meluncurkan riset tentang dakwah di televisi dengan tajuk ‘Dakwah Digital: Narasi Agama di Platform Online dan Televisi Indonesia’, Kamis (29/4/2021). Riset menemukan TV non-konvensional berbasis internet aktif memproduksi narasi keagamaan yang beriorentasi konservatif.

Temuan riset dipresentasikan Kordinator Riset Iim Halimatussa’diyah Ph.D dan Data Scientiest Taufik Sutanto, Ph.D. Sejumlah pakar juga hadir menjadi pembahas temuan riset seperti Pengajar Departemen Ilmu Komunikasi UI Dr. Ade Armando, Indonesianis pada Departement of Religion Emory University Profesor James B. Hoesterey, dan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Nuning Rodiyah.

Dalam presentasinya, Iim menungkapkan, riset yang dilakukan timnya dilatarbelakangi masih tingginya peran televisi sebagai media dakwah dan narasi keagamaan masyarakat. Televisi aktif mendiseminasikan isu-isu agama dalam bentuk edutainment, talkshow, dan ceramah monolog.

“Beberapa data survei misalnya menunjukan bahwa popularitas televisi sebagai sumber pengetahuan agama di kalangan generasi muda mencapai lebih dari 30%,” terangnya.

Risetnya sendiri, sambung Iim, fokus mengkaji konstruksi dan diseminasi narasi dan paham keagamaan di televisi serta motivasi dan proses produksi acara agama di televisi. Penelitian dilakukan pada kedua tipologi televisi, yaitu televisi konvensional dan non-konvensional.

Televisi konvensional merupakan televisi yang memanfaatkan sumber frekuensi satelit terestrial konvensional. Adapun televisi non-konvensional dimaknai sebagai televisi yang memanfaatkan internet (Youtube) untuk menyiarkan program agama.

Secara akademik, riset sendiri menggunakan metode gabungan atau mixed method antara metode kuantitatif dan kualitatif. Sedang data dalam penelitian ini mencakup dua jenis data, yaitu data berupa teks dari 1010 video program keagamaan di TV dan wawancara dan FGD online dengan timproduksi program keagamaan di televisi, representasi pemerintah dan organisasi masyarakat.

Lima Temuan Riset

Riset sendiri mencatat lima temuan penting. Kelimanya mencakup perkembangan program keagamaan televisi, kontrol negara dan kontestasi paham keagamaan, dan adanya dominasi konservatisme agama. Selanjutnya, motivasi program keagamaan dan popularitas program keagamaan di televisi.

Pada perkembangan program keagamaan di televisi, riset mencatat adanya tiga fase perkembangan. Ketiganya, fase TV konvensional sepanjang 1962-1998 dimana narasi keagamaan banyak berupa ceramah monolog dan tilawah al-Quran, fase TV konvensional swasta 1998-2011 dengan orientasi profit , dan fase TV non-konvensional yang aktif memanfaatkan bentuk media baru.

Pada TV konvensional, narasi keagamaan tidak lepas dari kontrol negara melalui Komisi Penyiaran Indonesia sehingga narasi cenderung moderat dan konservatif. Pada TV non-konvensional, kontrol negara relatif terbuka sehingga mempengaruhi corak narasi keagamaannya. Kontestasi narasi keagamaan juga berlangsung ketat.

Riset selanjutnya menemukan kecenderungan dominasi narasi konservatisme agama. Proporsi narasi konservatif mencapai 46.3% disusul narasi paham moderat (33.4%), liberal (0.6%), Islamis (0.4%), dan radikal (0.1%).

Dari sisi motivasi, sebagai bagian dari industri hiburan yang memenuhi keinginan pasar, televisi konvensional memproduksi tidak hanya narasi keagamaan moderat tetapi juga narasi konservatif yang sama-sama menarik penonton.

“Basis ekonomi dan pertimbangan keuntungan lebih mewarnai motivasi dan proses produksi acara keagamaan di televisi konvensional,” tutur Iim.

Hal sebaliknya terjadi di televisi nonkonvensional. Dakwah berdasarkan ideologi agama menjadi motivasi utama dalam membangun narasi dan berpengaruh besar dalam proses produksi. Dampaknya, berbagai paham keagamaan yang tidak terakomodir di televisi konvensional kemudian secara bebas beredar di televisi non-konvensional.

“Tidak hanya paham moderat dan konservatif, pemahaman agama yang condong pada cita-cita politik islam (paham islamis) dan paham liberal turut tumbuh subur di televisi non-konvensional. Konservatisme agama juga makin menguat melalui televisi jenis ini,” tambahnya.

Selanjutnya, penelitian juga mencatat acara keagamaan di TV non-konvensional lebih populer dibanding di televisi konvensional. Narasi keagamaan konservatif dan islamis cenderung juga lebih populer dibanding narasi moderat dan liberal. Sosok yang membawakan narasi tersebut turut mempengaruhi kecencerungan ini. (zm)