PPIM UIN Jakarta Bedah Buku Doktor Mun’im Sirry
Gedung PPIM, BERITA UIN ONLINE — Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta mengadakan seminar seri ke-44 dengan agenda Bedah Buku: Pendidikan dan Radikalisme pada Jumat (21/7/2023) di Gedung PPIM UIN Jakarta, Cirendeu, Tangerang Selatan. Selain penulis, Mun’im A. Sirry Ph.D, bedah buku juga dihadiri penanggap Direktur Eksekutif PPIM Didin Syafruddin Ph.D dan dipandu peneliti PPIM Haula Noor Ph.D.
Dalam pengantarnya, Mun’im yang juga pengajar Departemen Teologi di Notre Dame University Amerika Serikat ini mengungkapkan jika kegiatan bedah buku ini dimaksudkan untuk melihat topik yang ditulisnya dalam perspektif kritis. Terlebih, ia mengaku, topik buku ini di luar bidang kesarjanaannya yang lebih banyak mengkaji teks dengan lebih condong kepada sisi historis dan teologis.
“Salah satu bentuk kontribusi dari buku ini adalah selain melihat data kesinambungan intoleransi di kalangan siswa dan mahasiswa, tetapi juga menawarkan teori yang sangat kaya. Saya juga menggunakan pendekatan grounded theory untuk memancing teori baru,” tuturnya.
Peneliti PPIM UIN Jakarta sekaligus penanggap, Didin Syafruddin, Ph.D., mengungkapkan alasan ketertarikan terhadap buku ini adalah hal yang didiskusikan sudah menjadi perhatian PPIM UIN Jakarta dalam berbagai risetnya. Terlebih banyak perdebatan teoretis cukup kaya serta ekstensif terhadap topik yang diangkatnya.
“Perlu diingat judul bukunya berkaitan dengan pendidikan khusus Tarbiyah, asosiasi kita mengarah pada kurikulum, buku teks, silabus, dan diskusi sikap guru, serta aspek metode mengajar. Hal mikro yang menjadi tekanan pada pengetahuan, sikap, atau perilaku tidak menjadi fokus dalam riset ini,” ujarnya.
Didin melihat, sang penulis (Mun’im) mencoba menyinggung beberapa penelitian tentang pendidikan di Indonesia. Diantaranya masalah intoleransi dan radikalisasi bersumber dari pandangan madrasah atau sekolah Islam yang tidak mengenalkan agama atau teologi inklusif atau pandangan keagamaan yang menekankan penghargaan pada perbedaan dan keterbukaan.
Terlepas dari sejumlah kelemahan seperti mahasiswa yang menjadi sumber penelitian lapangan merupakan mahasiswa perguruan tinggi umum, namun buku ini menyajikan pengayaan akan topik yang diangkatnya. “Buku ini memberikan enrichment bagaimana memahami intoleransi dan radikalisme di tanah air,” tuturnya.
Dalam paparannya, Mun’im menuturkan, buku yang ditulisnya ini mencoba menghadirkan perdebatan teoretik yang cukup lengkap tentang intoleransi dan radikalisme. “Kontribusi lain buku ini adalah sajian kerangka teoretis yang sangat kuat. Masing-masing judul saya sampaikan kerangka teoretis yang cukup mendalam,” paparnya.
Misalnya dalam mendiskusi kemunculan radikalisme, penulis memanfaatkan conversion theory. “Biasanya teori konversi digunakan untuk menjelaskan pengalaman pindah agama. Padahal teori ini bisa digunakan untuk menjelaksan mengapa orang menjadi radikal,” paparnya lagi.
Dalam menjelaskan fenomena radikalisme, sambungnya, buku berjudul lengkap Pendidikan dan Radikalisme: Data dan Teori Memahami Intoleransi Beragama di Indonesia dan diterbitkan SUKA Press (2023) ini menjelaskkan proses-proses tahapan seseorang menjadi radikal di tanah air. “Berdasar testimoni mahasiswa yang diwawancara kita identifikan sejumlah tahapan bagaimana mereka jadi radikal. Selain karena Allah, sikap radikal juga karena pengalaman traumatik, searching sumber-sumber di Google, atau komunikasi dengan pihak yang pernah terlibat,” tuturnya.
Diakui Mun’im, kelemahan buku yang ditulisnya adalah lebih banyak terfokus pada penelitian tentang intoleransi dan radikalisme di lingkungan siswa dan mahasiswa, tapi tidak mencakup strategi dan kebijakan yang dilakukan sekolah dan perguruan tinggi dalam membendung gejala ini. “Jadi terbatas pada pandangan siswa dan mahasiswa,” imbuhnya.
Untuk itu, sambungnya, penelitian buku ini akan diteruskan dengan menggandeng peneliti dari sejumlah perguruan tinggi di tanah air. Riset terutama difokuskan pada bagaimana lembaga-lembaga pendidikan tersebut membuat kebijakan dan strategis penanggulangan intoleransi dan radikalisme. “Saya ingin berkontribusi mengenai hal-hal yang serius di tanah air,” tambahnya. (Fayza Rasya/ZM)