PPIM UIN Jakarta: Anak Muda Tidak Religius, Tapi Konservatif
Gedung Rektorat, BERITA UIN Online— Riset PPIM UIN Jakarta menemukan kecenderungan generasi muda, Generasi Milenial dan Generasi Z, memiliki pandangan keagamaan konservatif lebih tinggi kendati tidak cukup religius dan rajin menjalankan ritual keagamaannya.Di sisi lain, media dalam berbagai bentuknya seperti media sosial, televisi, radio, dan podcast menjadi sumber pengetahuan agama yang utama.
Demikian garis besar temuan riset ‘Beragama Ala Anak Muda’ yang dilaksanakan PPIM UIN Jakarta sepanjang Oktober-November 2021. Temuan disampaikan Kordinator riset Iim Halimatussa'diyah Ph.D dalam launching hasil penelitian, Rabu (8/12/2021).
"Tingkat konservatisme antar generasi usia sebetulnya sama. Tapi kalau mau dilihat sedikit perbedaannya, milenial dibanding generasi lain, ternyata menjadi generasi paling konservatif kendati less-spiritualist," ujarnya.
Sikap konservatif dengan religiusitas rendah generasi ini, sambungnya, tidak menunjukan perbedaan baik pada generasi yang sama tinggal di desa maupun di kota. Baik di wilayah urban maupun rural, generasi ini menunjukan kecenderungan sama, yakni kurang religius namun memiliki sikap konservatif lebih tinggi.
"Ketika dilihat dari tingkatan konservatismenya, tidak ada perbedaan yang signifikan antara responden dari desa maupun kota apapun generasinya," tandasnya.
Dalam mengakses pengetahuan agama, survei memperlihatkan bahwa kedua kelompok ini merupakan generasi yang paling banyak menjadikan media sebagai sumber pengetahuan agama. Kelompok ini mendominasi pilihan media dibanding generasi lain, baik media lama maupun media baru seperti podcast dan media sosial.
"Ini menandakan bahwa generasi ini merupakan generasi yang paling semangat belajar agama di media, dan secara bersamaan menandakan bahwa mereka adalah generasi yang paling sering menjadi konsumen konten-konten keagamaan di berbagai jenis media," papar Iim.
Setelah menempatkan media sebagai sumber pengetahuan agama, generasi milenial juga tercatat menjadi generasi yang lebih sering berinteraksi di media sosial. Adapun bentuk-bentuk interaksinya seperti memberi tanggapan (like/dislike), berbagi informasi (share), memberi komentar (comment), dan tentu saja menyaksikan program keagamaan itu sendiri.
Terkait media apa saja yang ditonton di media sosial oleh tiap generasi, generasi Millenial dan Gen Z adalah dua generasi yang paling sering mengakses media moderat, media konservatif, maupun media liberal. Sementara dua generasi yang lebih tua seperti silent/boomer maupun Gen X semakin jarang mengakses channel-channel keagamaan di YouTube.
Dengan sikap konservatif lebih tinggi dan akses media lebih besar dimana media berperan sebagai pengantar pesan sesuai sikap keagamaan konsumen, akses media yang dilakukan generasi muda ini layak dikuatirkan. "Media sosial justru berperan sebagai echo-chamber (ruang bergema) untuk menguatkan paham keagamaan yang telah dimiliki seseorang," tambah Iim lagi.
Riset sepanjang Oktober-November 2021 sendiri dilakukan secara nasional dengan melibatkan 1241 responden Muslim usia 17 tahun ke atas di 34 provinsi. Dari sisi gender, 49.57% responeden laki-laki dan 50.43% responden perempuan.
Dari sisi generasi usia, responden dalam penelitian ini mencakup Generasi Silent/Boomer yang berusia (57-83 tahun di tahun 2021) dengan proporsi sebesar 14.02%, Gen X (usia 41-56 tahun) sebesar 31.62%, Millennial (usia 25-40 tahun) sebesar 40.74% dan Gen Z (usia 17-24 tahun) sebesar 13.62%.
Lalu, dari sisi Pendidikan, mayoritas responden menempuh pendidikan yang tidak terlalu tinggi dengan proporsi tertinggi adalah mereka yang menempuh pendidikan terakhir SMA/MA sebesar 45.01%, disusul oleh mereka yang berpendidikan SD/MI (22.94%), Diploma/S1/Master (16.74%) dan SMP/MTS (15.32%).
Dari sisi pendapatan, responden yang berpendapatan 2 juta – kurang dari 4 juta mencapai 24.93%, dan proporsi terendah adalah responden yang berpenghasilan 4 juta sampai lebih dari 20 juta sebesar 10.87%.
Sementara itu, berangkat dari temuan riset demikian, Iim dan tim peneliti merekomendasikan agar negara dan kelompok sipil terkait untuk lebih memperhatikan media sebagai sumber pengetahuan agama generasi muda. Diperlukan pengarusutamaan pesan dan konten keagamaan yang lebih moderat.
Kelompok moderat juga diharapkan untuk lebih berperan aktif menyuarakan sikap keberagamaan moderat di media. Ini dilakukan untuk mengimbangi pesan-pesan keagamaan konservatif yang banyak mendominasi ruang media.
Pengarusutamaan moderasi beragama juga dinilai perlu dilakukan berkesinambungan dengan melibatkan influencer dengan kemasan lebih diterima generasi muda, terutama Milenial dan Generasi Z. "Kemenag RI melalui penyuluh agama maupun organisasi masyarakat Islam juga perlu berpartisipasi mempopulerkan pesan moderasi beragama," pungkasnya. (zm)