Perspektif Kurban di Masa Pandemi

Perspektif Kurban di Masa Pandemi

Ali Rama, Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pada 20 Juli 2021, umat Islam akan kembali merayakan Iduladha di tengah kondisi pandemi Covid-19 di berbagai belahan dunia. Tahun ini, perayaan tersebut terasa lebih berat bagi umat Islam di Indonesia dikarenakan dalam kondisi kasus harian konfirmasi positif covid-19 yang terus meningkat bahkan secara eksponensial.

Kasus positif harian per 16 Juli telah mencapai 54.000 orang dengan jumlah orang meninggal sebanyak 1.205 orang. Rekor harian yang fantastis ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus positif harian dan kematian terbesar di dunia. Dalam kondisi pandemi seperti ini, tentunya berdampak pada bagaimana perayaan Iduladha akan dilaksanakan.

Pelaksanaan salat Iduladha akan terasa sepi dan mungkin tidak layaknya sebuah perayaan keagamaan yang mestinya dihadiri ratusan bahkan ribuan orang dikarenakan adanya larangan berkerumun akibat pandemi Covid-19.

Namun esensi keagamaan yang ingin dicapai dibalik dari perayaan itu masih tidak berubah, bahkan boleh jadi semakin meningkat di tengah pandemi saat ini. Sebagaimana diketahui Iduladha juga umumnya dikenal sebagai hari kurban, yaitu ditandai dengan penyembelihan hewan ternak selama tiga hari (10—13 Dzulhijjah).

Selain dimensi teologi, perayaan kurban punya dimensi sosial dan ekonomi yang tinggi. Pada aspek ekonomi, kurban merupakan salah satu ibadah yang mempunyai manfaat ekonomi besar.

Nilai ekonomi kurban dapat dilihat pada proses produksi, distribusi dan konsumsi hewan kurban. Dari sisi produksi, proses peternakan hewan kurban yang dapat berlangsung sepanjang tahun dapat meningkatkan sektor ekonomi pertanian.

Semakin tinggi semangat berkurban, semakin meningkat permintaan hewan ternak kurban, yang pada akhirnya meningkatkan suplainya. Pada aspek distribusinya, pelaksanaan ibadah kurban telah menciptakan peluang ekonomi baru yaitu rantai pasokan layanan kurban.

Proses transaksi jual-beli hewan kurban bisa dilakukan secara online melalui berbagai bentuk platform digital. Selain itu, donasi kurban secara digital semarak di lakukan oleh berbagai lembaga filantropi untuk mengatasi kendala jarak dan geografis.

Hasilnya, terjadi proses transformasi dari konvensional menuju digitalisasi layanan kurban. Tren digitalisasi ini tentunya meningkatkan efek ekonomi dari ibadah kurban.

Berbagai lembaga riset telah berusaha mengukur nilai moneter dari ekonomi kurban, salah satunya adalah Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS). Menurut lembaga tersebut, potensi nilai ekonomi kurban Indonesia pada tahun ini mencapai sekitar Rp18,2 trilliun yang berasal dari 2,2 juta orang yang berkurban, atau sekitar 1,7 juta hewan ternak.

Angka ini menurun sebesar 13% dibandingkan dengan proyeksi tahun lalu yang diestimasikan mencapai Rp20,5 trilliun dari sebanyak 2,3 juta pekurban. Penurunan partisipasi kurban dari masyarakat muslim jelas dipengaruhi oleh kondisi perekonomian nasional yang mengalami resesi akibat hantaman krisis pandemi sejak setahun lalu.

Pendapatan masyarakat mengalami penurunan, atau terelokasi pada kebutuhan yang mendesak, terutama pada pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan. Akibatnya, jumlah dan nilai kurban tahun ini mengalami penurunan.

Pada aspek sosial, ibadah kurban identik dengan kesetiakawanan, kedermawanan, kepedulian dan distribusi kekayaan. Kurban pada hakekatnya berkorban. Berani mengorbankan harta kekayaan terbaik, layaknya seperti nabi Ibrahim yang akan rela menyembelih anak tercintanya Ismail, atau seperti Habil yang mempersembahkan ternak terbaiknya demi mendapatkan tujuan yang lebih besar, yaitu keridhaan Allah.

Kurban tentunya tidak boleh sekedar dimaknai secara simbolik tetapi juga makna sosial yang ingin dicapai dibalik perintah agama tersebut, yaitu keseimbangan kesejahteraan dan solidaritas sosial. Pesan moral kurban ini menjadi penting di tengah penderitaan masyarakat akibat pandemi saat ini.

Distribusi daging kurban kepada mereka yang kena dampak Covid-19 harusnya menjadi prioritas, terutama menjadi solusi jangka pendek akibat guncangan ekonomi. Keinginan untuk berbagi beban ekonomi di antara masyarakat merupakan modal sosial yang harus ditingkatkan di tengah krisis pandemi. Apalagi saat sumber daya ekonomi pemerintah sudah banyak terkuras.

Kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang sedang terjadi saat ini pastinya berdampak pada pembatasan aktifitas masyarakat, termasuk kegiatan keagamaan. Namun seiring dengan inovasi dan perkembangan teknologi, kegiatan distribusi pelayanan kurban tidak mengalami hambatan yang signifikan di tengan pembatasan mobilitas manusia akibat pandemi.

Transaksi hewan kurban bisa dilakukan secara daring dan ini meniadakan potensi terjadinya kerumunan secara fisik. Digitalisai kurban memungkinkan hewan kurban dijajakan secara online di media sosial atau platform dengan menampilkan gambar atau video dan tentunya beserta spesifikasi beratnya.

Proses transaksinyapun bisa dilakukan secara elektronik melalui fasilitas transfer, kartu kredit/debit, dan sejenisnya. Selanjutnya, proses pengantarannya dapat menggunakan platform seperti Shopee, Bukalapak dan Tokopedia.

Digitalisasi kurban dapat menjadi solusi atas ketimpangan distribusi kurban di Tanah Air selama ini. Kelas menengah muslim banyak terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama di wilayah Jawa, sehingga potensi kurbanpun menumpuk di wilayah-wilayah tersebut.

Bahkan, hewan-hewan kurban didatangkan dari para peternak di desa-desa yang selanjutnya disembeli dan didistribusikan dagingnya di wilayah perkotaan.

Akhirnya, nilai tambah tidak terlalu signifikan bagi penduduk desa. Digitalisasi kurban dapat mendesentralisasi dan memperluas distribusi daging kurban ke berbagai wilayah yang lebih merata. Hasilnya, kurban menjadi sarana untuk menyebarkan gizi dan menggerakkan ekonomi, terutama bagi wilayah perdesaan.

Digitalisasi kurban menjadi solusi maksimalisasi partisipasi pekurban dan penerima manfaatnya di tengah pembatasan-pembatasan sosial akibat kebijakan Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini. (sam/mf)

Terbit juga di Koran Bisnis, Senin, 19/07/2021 https://koran.bisnis.com/read/20210719/244/1419172/perspektif-kurban-di-masa-pandemi#