PERLUNYA PEDAGOGI DIGITAL KRITIS DALAM PEMBELAJARAN DI ERA BARU (2)

PERLUNYA PEDAGOGI DIGITAL KRITIS DALAM PEMBELAJARAN DI ERA BARU (2)

Oleh : Abdul Rozak*

Dosen Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pemerhati Pendidikan dan Tim Pengembang Pendidikan Profesi Guru (PPG).

“There is no such thing as a neutral educational process.”  (Tidak ada yang namanya proses pendidikan yang netral.” (Paulo Freire, dalam Pedagogy of the Oppressed)

Bagaimana Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) Mengubah Pembelajaran

Penelitian menunjukkan bahwa fitur atau gambaran penting dari pendidikan abad ke-21 meliputi pembelajaran yang dipersonalisasi; kesetaraan, keragaman, inklusivitas; belajar melalui tindakan atau melakukan (L. Lunevich DOI: 10.4236/ce.2021.129154 2017). Untuk itu diperlukan model dan orientasi baru dalam pendidikan abad 21 yang menekankan pada terjadinya pendidikan kreatif sebagai titik pijak dalam pendidikan abad 21 yang dapat mendorong adanya perubahan signifikan pada peran guru; hubungan masyarakat; teknologi; dan profesionalisasi guru (Smith & Jeffry, 2013; Smith, 2021; Rogers, 2013; Pestalozzi, 2010). Menurut Smith (2021), profesionalisasi guru "merupakan persiapan dan pengembangan profesional harus dikerjakan ulang dan berkelanjutan untuk memasukkan materi dan pelatihan dalam mengajar sebagai kompetensi utama." (Smith, 2021). Guru abad ke-21 harus tahu bagaimana memberikan kesempatan belajar siswa yang didukung kemajuan teknologi dan memahami caranya teknologi bekerja agar dapat mendukung pembelajaran (Smith, 2021; Mynbayeva, 2018).

Secara khusus, ada lima langkah yang berkaitan dengan pemanfaatan teknologi yang mendukung pembelajaran kreatif yaitu persiapan, presentasi, asosiasi, generalisasi, dan aplikasi (Smith, 2021). Hal tersebut menegaskan bahwa "pedagogi digital kritis berhubungan dengan pendidikan kreatif" dan memiliki asumsi bahwa sebagai pendidik dituntut untuk memiliki  seperangkat kemampuan tertentu yang disiapkan dengan sengaja untuk tujuan akhir dalam pendidikan-pembelajaran kreatif” (Smith, 2021; Soldatova, 2015; Jadi, 2013). Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) juga berkaitan dengan langkah melibatkan siswa dalam semua hal dengan memperhatikan gaya belajar, dengan asumsi bahwa setiap individu memiliki minimal dua atau tiga gaya belajar (Smith, 2021). Gaya belajar siswa harus dipertimbangkan ketika pembelajaran berlangsung secara online dan dalam mode blended atau campuran (tatap muka dan daring).

Aspek keterampilan dalam pedagogis digital kritis yang penting dan harus dikuasai bagi guru mencakup kapasitas guru untuk merencanakan, menginisiasi, memimpin, dan mengembangkan pembelajaran dengan titik tolak pada pengetahuan umum dan khusus terkait dengan mata pelajaran yang dipelajari siswa” (Hadziristic, 2017; Hegenan & Olson, 2004; Inggris, 2015). Aspek keterampilan dalam pedagogis digital kritis juga termasuk kapasitas guru dalam menilai keterampilan digital dan gaya belajar siswa, menghubungkan kegiatan pembelajaran dengan penelitian tentang subjek atau pokok masalah yang diminati (Rogers, 2013; Alexander, 2008). Pedagogi digital kritis adalah hubungan antara teknik belajar, budaya dan lingkungan sosial yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran (MacNeill, 2003, Mynbayeva & Sadvakasova, 2007). Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) mendorong dan memberikan dasar keyakinan kepada seorang pendidik tentang bagaimana pembelajaran berlangsung secara bermakna sejalan dengan kondisi zaman, tempat dan dinamika sosial.

Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) membutuhkan ruang kelas yang bermakna sebagai wahana interaksi antara pendidik dan peserta didik (Lewin & Lundie, 2016; Lunevich, 2021; Mynbayeva & Anarbek, 2016). Tujuannya adalah untuk membantu siswa membangun sebelumnya belajar dan mengembangkan keterampilan dan sikap terlepas dari apakah mereka berada di kelas atau daring. Pedagogi digital kritis harus relevan secara budaya: harus fokus pada berbagai aspek prestasi siswa dan faktor yang mendukung siswa untuk menjunjung tinggi identitas budaya (Kukushkina, 2002; Kupsevich, 1986). Pedagogi digital kritis yang relevan secara budaya juga meminta siswa untuk mengembangkan perspektif kritis terhadap suatu keadaan yang menantang ketidaksetaraan masyarakat (Lunevich, 2021; Smith, 2021). Selanjutnya, ada lima prinsip pedagogi digital kritis yang perlu diperhatikan dalam desain pembelajaran yaitu motivasi, eksposisi, arah kegiatan, kritik, dan mengundang imitasi (Soldatova, 2016; Mynbayeva & Anarbek, 2016; Rogers, 2013).

Dampak Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) dalam Pembelajaran

Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) sebgai pedagogi baru secara intrinsik memberikan dampak signifikan terkait dengan perencanaan dan praktik pembelajaran yang dirancangkan dan dilaksanakan oleh guru atau dosen. Karena itu diperlukan penataan dan perbaikan pembelajaran agar dapat mewujudkan growth mindset sebagai salah satu aspek capaian pembelajaran. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam aktivitas guru/dosen dalam pembelajaran yaitu :

  • Faktor-faktor baru apa yang harus dipertimbangkan oleh guru atau dosen dalam pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) terkait dengan pembuatan desain (RPP/RPS) seperti materi, media, metode, asesmen dan unsur-unsur praktik kelas apa yang dipertahankan dan masih relevan dalam pembelajaran di er digital ?
  • Tingkat kebutuhan peserta didik seperti apa yang perlu diidentifikasi, dipreferensi, diperhatikan, dan ditetapkan tingkat keberhasilannya dengan menggunakan pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) ?
  • Apa yang dapat mengejutkan dan yang membuat peserta didik senang, nyaman, penuh motivasi dan merasa tertantang serta semangat belajar berkelanjutan dalam pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning)di era digital ?
  • Bagaimana cara guru atau dosen memanfaatkan penelitian yang relevan terkait dengan gaya belajar peserta didik dan pentingnya peserta didik mengkonstruksi pengetahuan baru baik secara individual maupun secara kolektif melalui pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran berbasis masalah, dan pembelajaran kolaboratif ke dalam desain pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning)?
  • Kekuatan dan keterbatasan apa yang dapat diidentifikasi dalam pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) yang terkait dengan materi yang guru atau dosen siapkan dan sumber daya lainnya?
  • Pendekatan baru apa untuk penilaian pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) yang guru atau dosen adopsi – apakah desain baru ini berfokus pada penilaian berkelanjutan dan autentik?

Selanjutnya dampak dari Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) pada aktivitas peserta didik dalam pembelajaran. Aktivitas pembelajaran peserta didik merupakan komponen kunci dari Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy). Karena fokus orientasi dalam pedagogi ini yaitu memberdayakan potensi, memerdekakan ruang berpikir (membangun growth mindset) dan membangun kapasitas peserta didik dengan menumbuhkan kemandirian dan gaya belajar yang sejalan dengan karaktristik dan potensi dirinya. Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy) memberikan ruang pada pengembangan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking (HOTs) yang diwujudkan dalam 3CAR yaitu critical thinking, creative thinking, computational thinking, analogical thinking dan reflective thinking sebagai target dengan capaian keberhasilan pembelajaran dalam era digital yang sarat dengan situasi yang disruptif. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam aktivitas peserta didik dalam pembelajaran yaitu :

  • Tuntutan kompetensi baru apa yang dibuat dan diharapkan peserta didik untuk difasilitasi dan direspon guru/dosen dalam aktivitas pembelajaran yang relevan dengan dinamika dan tantangan era digital ?
  • Pengalaman apa yang peserta didik akan dapatkan terkait dengan kondisi di mana mereka mengalami pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) dalam era digital ?
  • Apakah ada keterbatasan akses, penggunaan teknologi, dan keterampilan teknologi pada peserta didik yang dapat memengaruhi efektivitas pembelajaran mereka (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) di era digital ?
  • Peran baru apa yang diambil dan didapat peserta didik sebagai kompetensi baru dalam pembelajaran (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) dan bagaimana hal ini dapat mengubah praktik mengajar dan pembelajaran ?
  • Faktor-faktor baru seperti apa yang memberikan dukungan kepada peserta didik yang sedang mengikuti pembelajaran untuk dibangun ke dalam struktur pembelajaran efektif (pembelajaran offline, pembelajaran online, atau hybrid learning) dan strategi baru apa yang perlu dikembangkan untuk mewujudkannya?

Penutup

Memasuki era digital dan era society 5.0 keberadaan dan kehadiran pendidik tetap signifikan dalam pembelajaran. Hanya saja paradigma pembelajaran yang digunakan guru/dosen perlu penyesuaian dan bahkan perubahan dari paradigma lama menuju paradigm baru. Dengan kata lain pedagogi yang diterapkan harus dirubah dan digeser dengan menerapkan pedgogi baru yang disebut dengan Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy.

Pedagogi ini menuntut guru/dosen lebih inovatif, kreatif, adaptif, agilitif, memiliki literais digital yang baik, dan mendorong guru mengorientasikan capaian hasil belajar pada adanya growth mindset (pola pikir yang berkembang) yang dapat menghindarkan peserta didik dari maraknya HOAXS, HATE SPEECH dan tindakan destruktif lainnya karena pada diri peserta didik tumbuh kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking).

Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy selain membuat ruang merdeka belajar, memberdayakan dan memandirikan peserta didik, juga memberikan adanya perubahan manajemen dan tata kelola dari semua unsur yang terklibat dalam penyelenggaraan pendidikan serta stakeholders pendidikan, baik pemerintah, pemerintah daerah, swasta (dunia industri dan dunia usaha), pimpinan perguruan tinggi, kepala sekolah/madrasah, guru/dosen dan masyarakat. Tenaga pendidik juga harus memiliki kecakapan abad 21yaitu menerapkan Pedagogi Digital Kritis (Critical Digital Pedagogy dalam pembelajaran dan kemampuan lain seperti kemampuan leadershipdigital literacycommunicationentrepreneurship, dan problem solving dalam menghadapi era digital 4.0 dan era Society 5.0 untuk dapat memberikan layanahn pembelajaran generasi baru (generasi Z dan generasi Alpha) sejalan dengan kemajuan teknologi digital dalam rangka transformasi peradaban manusia.

Daftar Pustaka

Anonim, A New Pedagogy Is Emerging... and Online Learning Is a Key Contributing Factor, TeachOnline.CA, August 04, 2020

Lucy Lunevich (School of Engineering, RMIT University, Melbourne), Critical Digital Pedagogy and Innovative Model, Revisiting Plato and Kant: An Environmental Approach to Teaching in the Digital Era, Australi Creative Education, 2021, 12, 2011-2024 https://www.scirp.org/journal/ce ISSN Online: 2151-4771 ISSN Print: 2151-4755

===============

Abdul Rozak : Dosen Pendidikan IPS FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pemerhati Pendidikan dan Tim Pengembang Pendidikan Profesi Guru (PPG). Nomor Kontak : 081289986677/email : abd.rozak@uinjkt.ac.id

(sam/mf)