Perkuat Wawasan Lintas Iman dan Kebangsaan, Studium Generale SPS UIN Jakarta Soroti Relasi Katolik-Islam di Indonesia

Perkuat Wawasan Lintas Iman dan Kebangsaan, Studium Generale SPS UIN Jakarta Soroti Relasi Katolik-Islam di Indonesia

Auditorium Sekolah Pascasarjana, Berita UIN Online - UIN Jakarta adakan Studium general Sekolah Pascasarjana (SPS) lintas iman dan kebangsaan dengan tema Relasi Gereja Katolik dan Umat Islam Indonesia dengan Socius Konferensi Yesuit Asia Pasifik, Dr. Greg Soetomo, SJ di Auditorium Prof. Dr. Suwito, M.A., Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta, pada Rabu (19/11/2025).

Ia Merupakan seorang rohaniwan Gereja Katolik Roma, tepatnya seorang imam dari Ordo Serikat Yesus. ia alumnus Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta dengan konsentrasi Studi Pemikiran Islam. Selain itu, Romo juga banyak menulis esai, karya ilmiah, dan mempublikasikan sejumlah artikel, Romo Greg juga menulis beberapa buku antara lain berjudul Sains dan Problem Ketuhanan (1995); Kekalahan Manusia Petani (1997); Revolusi Damai (1998); Krisis Seni Krisis Kesadaran (2003); dan Semangat Lebih Yesuit (2009).

Dalam kesempatan Studium general, ia juga memperkenalkan buku baru yang sedang ia susun, 100 Tema Relasi Gereja Katolik dengan umat muslim di Indonesia yang berisi 100 topik yang paling sering ditanyakan umat Katolik tentang Islam serta refleksi perjumpaannya dengan masyarakat Muslim selama masa studinya di UIN Jakarta.

Ia menyampaikan bahwa buku itu merupakan rangkuman pengalamannya sebagai pemuka agama Katolik yang belajar di kampus Islam negeri. “Ini masih draft sebenarnya, tetapi sebut saja saya mengatakan 95 persen itu sudah jadi,” ujarnya. Ia menambahkan “Kira-kira yang mau saya katakan itu 100 topik-topik yang sering ditanyakan oleh orang Katolik… dan kemudian saya tuliskan kurang lebih seperti itu topik-topiknya,” jelasnya. 

Menurutnya, pertanyaan-pertanyaan tersebut mencerminkan ketertarikan sekaligus kebingungan umat Katolik tentang ajaran Islam, terutama dalam isu-isu hubungan antaragama, kehidupan sosial, hingga pengalaman kultural di Indonesia.

Beberapa topik disebutnya bersifat ringan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti interaksi budaya di Yogyakarta. “Topik-topik yang sederhana begitu, hobi main jazz di Yogyakarta… itu juga saya tulis,” tambahnya.

Karena itu, menurutnya belajar agama lain menjadi bagian penting dalam pelayanan. “Kalau saya jadi pastor di Bali… panggilan kekatolikan saya itu saya harus belajar agama Hindu,” jelasnya.

Ia kemudian mengutip pesan Paus Fransiskus mengenai pentingnya membangun jembatan kemanusiaan. “Paus kita kerap kali mengatakan orang Katolik yang hanya memikirkan membangun tembok, itu bukan Katolik. Kita itu bikin jembatan,” terangnya.

UIN Jakarta sebagai leading Islamic university disebutnya memiliki peran penting dalam menghidupkan moderasi beragama di Indonesia. Pengalaman pastor sebagai mahasiswa non-Muslim di kampus Islam negeri menunjukkan bahwa UIN Jakarta menyediakan ruang yang aman dan inklusif bagi perjumpaan lintas iman.

“Kampus ini setelah empat tahun bergumul, punya banyak teman saya… saya senang pada dasarnya,” ucapnya.

(Nosa Idea L./Zaenal M./Fauziah M./Nazwa Adawiyah S./Foto:Tiara Abdhie)