Peringati Pekan World Antimicrobial Resistance (AMR) Awareness, Kedokteran UIN Jakarta Suarakan Anti Penyalahgunaan Antibiotik
Fakultas Kedokteran, Berita UIN Online — Resistensi antimikroba dalam dunia kesehatan telah menjadi masalah global yang serius dan kini dimasukkan sebagai salah satu indikator utama dalam tujuan pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang diperoleh oleh Berita UIN Online, estimasi kematian global akibat Antimicrobial Resistance (AMR) menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2014, jumlah kematian akibat AMR mencapai 700.000 jiwa. Angka ini meningkat menjadi 1.290.000 pada tahun 2019. Bahkan, proyeksi kematian akibat AMR pada tahun 2050 diperkirakan mencapai angka 10 juta jiwa.
Dalam Seminar World Awareness Week 2024 yang diselenggarakan Jumat (22/11/2024) dengan tema "Antibiotik: Teman atau Musuh", Dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. dr. Erike A. Suwarsono, M.Pd., Sp.M.K., menjelaskan pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak. Menurutnya, antibiotik dapat menjadi teman jika digunakan dengan dosis, durasi, dan jenis yang tepat, khususnya pada kasus-kasus yang terbukti mengalami infeksi, seperti batuk, pilek, dan demam akibat infeksi bakteri.
Namun demikian, antibiotik juga dapat menjadi musuh jika digunakan untuk penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi, digunakan secara berlebihan, atau tidak sesuai dengan dosis dan durasi yang direkomendasikan. World Health Organization (WHO) telah menggalakkan kampanye kesadaran terhadap resistensi antimikroba untuk menekan penyebarannya. Proses penularan antimikroba dapat terjadi dengan cara sederhana, seperti melalui kontak fisik saat bersalaman, serta melalui sektor pertanian, peternakan, dan perikanan.
Kesadaran global terhadap resistensi antimikroba memerlukan tindakan nyata dari berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, tenaga kesehatan, dan pemangku kebijakan, untuk mengendalikan penggunaan antibiotik secara tepat guna. Dengan langkah yang terintegrasi, diharapkan dampak resistensi antimikroba dapat diminimalkan, sehingga kesehatan masyarakat global dapat terjaga.
Seminar ini juga dihadiri oleh anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Indonesia, dr. Nelly Puspandari, Sp.M.K., yang menyampaikan materi berjudul "Menuju Masa Depan Sehat: Mengapa Kita Harus Berhenti Mengandalkan Antibiotik".
Dalam paparannya, dr. Nelly menjelaskan bahwa resistensi antimikroba berarti kemampuan bakteri untuk bertahan terhadap obat yang seharusnya membunuh atau menghambat pertumbuhannya. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang yang mengalami resistensi harus mencari alternatif pengobatan lain, yang sering kali lebih sulit dan mahal.
Oleh karena itu, dr. Nelly menegaskan pentingnya upaya pencegahan resistensi antimikroba dengan penggunaan antibiotik yang bijak dan tepat. Hal ini menjadi langkah penting untuk memastikan masa depan kesehatan masyarakat yang lebih baik tanpa terlalu bergantung pada antibiotik.
Seminar ini menandakan kontribusi aktif UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam upaya pencegahan Antimicrobial Resistance (AMR). Kegiatan ini sekaligus mendukung kampanye WHO dalam mencegah perkembangan resistensi antimikroba yang berpotensi menjadi pandemi di masa depan.
Saksikan rekaman acara pada tautan berikut: https://www.youtube.com/live/9fMylZ-3T6c
(Aida Adha Siregar/Fauziah M./Syarifah Nur Kholidah)