Peringati Hari Perempuan Internasional, PSGA UIN Jakarta Ulas Peran Perempuan di Indonesia dan Iran

Peringati Hari Perempuan Internasional, PSGA UIN Jakarta Ulas Peran Perempuan di Indonesia dan Iran

Gedung Rektorat, BERITA UIN Online- Dalam rangka memperingati hari perempuan internasional. Pusat Studi Gender dan Anak UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bekerjasama dengan Konselor Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Islam Iran, menggelar webinar “Moving Forwards: The Roles of Womens and Drivers of Socio-Cultural Transformation in Iran and Indonesia” pada Rabu (13/03/2024) melalui zoom meeting

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Kelembagaan, Din Wahid, M.A, Ph.D, Konselor Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Islam Iran di Jakarta, Dr. Mohammad Reza Ebrahimi, dua narasumber dari Iran, Zaeinab Rastegarpanah, Ph. D, dan Fateme ebrahimi Varkiani, Ph. D, serta dua narasumber dari UIN Jakarta, Prof. Amelia Fauzia, dan Prof. Dzuriyatun Toyibah, M.Si, M.A

Konselor Kebudayaan Iran, Reza Ebrahimi dalam sambutannya berharap, dengan adanya kerjasama antara PSGA UIN Jakarta dengan Kedutaan Besar Iran, semoga akan terjalin kerjasama yang aktif dan baik bagi perempuan Indonesia dan Iran pada berbagai bidang

“Salah satu cara untuk menjalin persahabatan adalah dengan adanya webinar ini, semoga dari webinar ini mendapatkan hasil positif bagi perempuan Indonesia dan Iran,” ujarnya

IMG-20240314-WA0098

Sementara itu, Zaenab salah satu narasumber asal Iran, menjelaskan bagaimana perempuan Iran sebelum revolusi terjadi. Sebelum revolusi, perempuan Iran masih belum bisa menjalankan peran di berbagai bidang. Saat itu kaum perempuan hanya bisa memamfaatkan perannya di bidang sosial dan ekonomi saja. Sementara setelah revolusi, perempuan Iran mulai memiliki banyak aktivitas lain. 

“Setelah revolusi terjadi, perempuan tidak hanya dilihat dari gendernya saja, kaum perempuan sudah mulai bisa mengembangkan potensi yang dimiliki,” tambahnya 

Selain itu, Zaenab juga mengungkapkan bahwa untuk terwujudnya keamanan dalam aktivitas yang dilakukan oleh perempuan, pemimpin Iran menghadirkan hijab Islam Iran yang diperuntukan bagi kaum perempuan. Aturan pemakaian hijab tersebut merupakan suatu perlindungan bagi perempuan muslim dari kejadian yang tidak diinginkan. Namun perlindungan tersebut bukan hanya untuk perempuan saja, tetapi juga untuk melindungi lingkungan sekitar agar terbebas dari perihal negatif.

Kemudian narasumber lain yang juga berasal dari Iran, Fateme menjelaskan bagaimana partisipasi perempuan Iran di tengah masyarakat. Partisipasi perempuan Iran dimotori oleh Imam Rahollah Khomieni, pemimpin yang melahirkan revolusi Iran. Masa kepemimpin Khoeimini banyak memberikan kemajuan bagi perempuan Iran.

Fateme menerangkan bahwa dimasa pemimpinan Khomieni perempuan diwajibkan serta bertanggung jawab untuk mengikuti kegiatan pembangunan masyarakat. Kemudian setelah masa pimpinan Rahollah Khomieni berkahir, dilanjutkan oleh Ali Khomieni yang juga memberikan banyak kemajuan bagi kaum perempuan di Iran. Khomeini memerintahkan perempuan untuk berpartisipasi dalam perubahan Iran, ia juga menekankan bahwa dalam aktivitas yang dilakukan oleh perempuan tidak ada perbedaan dengan laki-laki.

“Imam Khomieni menyampaikan bahwa perempuan memiliki sepenuh kekuatan di masyarakat. Perempuan memiliki kekuatan dalam mendidik anak-anak yang dimana anak-anak nantinya akan beraktivitas di masyarakat,” terang Fateme

Fateme juga menceritakan bahwa perempuan Iran setelah revolusi mempunyai banyak ruang, aktivitas dan perolehan, baik di bidang pendidikan, seni, kedokteran dan pengadilan. Saat ini sebanyak 30 % dosen di perguruan tinggi negeri Iran terdiri dari perempuan, 49 % mahasiswa perempuan, 98 % dokter melahirkan perempuan, dan terdapat 1,121 hakim perempuan, tidak hanya itu saat ini Iran juga memiliki 28.800 penulis perempuan yang menulis di berbagai bidang. 

“Sebagai kaum perempuan baik di Indonesia maupun di Iran, perempuan memiliki tugas yang sama, yaitu membangun keluarga dan bangsa. Saat ini perempuan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam membangun keluarga yang baik. Jangan sampai perempuan terpengaruh dengan gerakan anti keluarga, karena gerakan ini semakin gencar,” ucapnya di akhir

Selain itu, Dekan FISIP juga mengakui bahwa perempuan di Iran mengalami kemajuan setelah revolusi, hal itu dapat dilihat dari Human Develoment Index (HDI) 1990-2021, Berdasarkan data HDI Iran mengalami peningkatan. 

“General womens di Iran ditolong oleh kaum laki-laki jadi mengalami kemajuan,” ujar Dzuriyatun

Sementara menurut guru besar Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Jakarta, Prof Amelia Fauzia,  perempuan memiliki posisi unik dalam membantu transformasi masyarakat di bidang sosial dan budaya. Dalam bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, perempuan berkontribusi terhadap perubahan komunitas dengan halus melawan masyarakat patriarki. 

“Saat ini filantropi Islam menjadi sektor unggulan di Indonesia dalam bidang kesejahteraan, sosial dan pembangunan. Partisipasi perempuan Indonesia dalam pengelolaan organisasi filantropi Islam terus meningkat,” ujar Amel.

IMG-20240314-WA0097

(Linda Yuliani/Fauziah M/Noeni Indah)