Peran Perempuan dalam Ilmu Pengetahuan
Kesenjangan gender dalam ilmu pengetahuan dan penelitian masih menjadi tantangan serius di Indonesia dan dunia. Meskipun partisipasi perempuan dalam sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM) meningkat, mereka tetap kurang terwakili, terutama di posisi senior dan di antara ilmuwan paling berpengaruh. Analisis data perbandingan gender pada "Top 2% Scientist Worldwide" dari Stanford University dan Elsevier tahun 2023 dalam kategori single-year impact mengungkap dominasi ilmuwan pria.
Dari 5,8 juta ilmuwan dunia yang dianalisis, meskipun partisipasi perempuan meningkat, pria tetap mendominasi, khususnya di antara mereka dengan dampak sitasi tertinggi. Untuk ilmuwan yang mulai mempublikasikan sebelum 1992, rasio pria terhadap wanita adalah 3,93:1. Bagi mereka yang mulai menerbitkan setelah 2011, rasio ini menurun menjadi 1,36:1. Namun, di antara 2 persen penulis dengan sitasi terbanyak, pria masih lebih banyak dengan rasio 3,21:1.
Di Indonesia, kesenjangan ini lebih mencolok. Berdasarkan data "Top 2% Scientist Worldwide" tahun 2024, dari 150 ilmuwan Indonesia yang masuk daftar, 133 adalah laki-laki dan hanya 17 perempuan—rasio 8:1, jauh lebih tinggi dari rasio global 3:1. Dalam peringkat 1–50 ilmuwan Indonesia, hanya terdapat tiga peneliti perempuan. Mereka adalah Iis Fatimah dari Universitas Islam Indonesia di bidang material (peringkat 11 di Indonesia dan 29.254 dunia). Maila Dinia Husni Rahiem dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di bidang pendidikan (peringkat 24 di Indonesia dan 70.584 dunia).
Ratih Pangestuti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di bidang teknik mesin dan transportasi (peringkat 35 di Indonesia dan 163.731 dunia). Menariknya, beberapa ilmuwan perempuan mulai menunjukkan upaya berkelanjutan. Iis dan Ratih muncul dalam peringkat selama 2–4 tahun berturut-turut, yaitu pada 2024, 2023, 2021, dan 2020. Sementara Maila masuk peringkat pada 2024 dan 2023. Ketiganya mengalami kenaikan peringkat dunia yang signifikan dalam waktu relatif singkat, mencerminkan dedikasi dan kerja keras mereka.
Hal ini menunjukkan perempuan berupaya untuk terus berkembang dan berprestasi, meskipun keberlanjutan tersebut belum berlangsung lebih lama. Analisis lebih lanjut menunjukkan ilmuwan perempuan di Indonesia cenderung terkonsentrasi di bidang tertentu. Ilmuwan laki-laki tersebar di 48 subbidang utama, termasuk material, ilmu pangan, nanoteknologi, bisnis dan manajemen, serta farmakologi dan farmasi. Sebaliknya, ilmuwan perempuan hanya terdapat di 10 subbidang, seperti material, pendidikan, kecerdasan buatan dan pemrosesan citra, serta farmakologi dan farmasi.
Oleh: Maila Dinia Husni Rahiem, Guru Besar di bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com pada 3 Oktober 2024. Selengkapnya pada tautan berikut