PANORAMA SURGA DI HARI JUMAT

PANORAMA SURGA DI HARI JUMAT

Oleh: Syamsul Yakin Dosen Pascasarjana KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Syaikh Hamami Zadah dalam Tafsir Surah Yasin mengungkap kembali riwayat tentang panorama surga di hari Jumat. Diceritakan, manakala datang hari Jumat, para malaikat menjambangi penghuni surga sambil berkendara Buraq yang bersayap. Malaikat mengajak penghuni surga menaiki Buraq. Sepanjang perjalanan mereka menyaksikan gunung-gunung yang terbuat dari gula.

Menariknya, gunung-gunung itu mengalirkan mata air-mata air dan sungai-sungai. Dari sumber air itu, tumbuhlah aneka pepohonan yang berupa-rupa warnanya. Sementara pepohonan itu dihiasi dengan bermacam-macam burung. Tak pelak, suasana di hari Jumat itu ramai dengan kicauan burung dengan suara merdu mereka masing-masing. Inilah, “Panorama yang menyedapkan mata” (QS. al-Sajadah/32: 17). Berikutnya, diceritakan mereka turun di satu tempat dimana mereka tinggal sementara di sana. Mata air-mata air dan sungai-sungai yang mereka saksikan menjadi minuman mereka. Allah SWT juga menghidangkan burung panggang untuk mereka. Setelah itu, mereka meneruskan perjalanan. Dari udara mereka menyaksikan pegunungan yang beraroma misik. Sementara sungai Salsabil dan Zanjabil mengalir di bawahnya. Selain panorama itu, mereka juga diperlihatkan Allah SWT istana-istana, menara-menara, singgasana-singgana dari batu Yaqut yang memanjakan mata. Tak dinyana, di atas singgasana-singgasana itu mereka melihat para nabi dan syuhada sedang duduk-duduk santai. Para nabi dan syuhada menyambut kedatangan mereka. Mereka diberi makan dan minum dengan gelas dari batu Yaqut hingga puas. Dalam pada itu, angin berhembus dari bawah gunung menerpa wajah para penghuni surga ditimpali dengan cahaya berbinar silih berganti berkilatan tiada henti. Atas izin Allah SWT, cahaya-cahaya itu mengeluarkan bergelas-gelas minuman suci langsung ke tangan mereka masing-masing, tanpa terlihat makhuk yang mengantarkannya. Dalam hadits qudsi, surga itu, “Belum pernah terlintas di hati manusia” (HR. Muslim). Selanjutnya mereka mendengarkan sebuah pengumuman, “Wahai orang-orang yang bertakwa saat berada di dunia. Dulu kalian dilarang menikmati kelezatan dunia, maka sekarang kalian bisa menikmatinya dengan meminum air suci dan menikmati makanan dengan segala kelezatan yang tiada tara”. Mereka menjawab, “Ya Tuhan kami, Engkau telah berjanji kepada kami dapat memandang wajah-Mu. Sungguh, Engkau mustahil ingkar janji”. Sejurus, datang sejenis awan yang bagai lampu bercahaya. Bertepatan dengan itu Allah mengangkat hijab (penghalang) mereka sehingga mereka dapat melihat dengan jelas cahaya keindahan Allah SWT. Kalau digambarkan, saat itu cahaya keindahan Allah SWT laksana bulan purnama. Allah SWT berfirman, “Wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhan-nya mereka melihat” (QS. al-Qiyamah/75: 22-23).(sam/mf)