OTENTISITAS AL-QUR'AN
oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Terkait dengan otentisitas al-Qur’an, Syaikh Nawawi Banten dalam Qathr al-Ghaits mengungkap bahwa Allah menurunkan sejumlah kitab kepada para nabi secara berangsur-angsur atau dengan perantaraan malaikat Jibril. Kitab-kitab itu sendiri bukan makhluk. Alasannya, karena bukan karangan manusia, namun karangan Allah semata. Di samping itu, kitab-kitab itu qadim (terdahulu). Dari sisi argumen yang dibangun menunjukkan bahwa firman Allah itu qadim (terdahulu). Apalagi terbukti kitab-kitab itu tidak saling bertentangan satu sama lain dalam hal makna. Misalnya, firman Allah pada satu tempat tidak membatalkan firman-Nya pada tempat lain. Untuk itu Allah SWT tegaskan, “Maka tidakkah mereka menghayati (memahami) al-Qur’an? Sekiranya (al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya” (QS al-Nisa’/4: 82). Maksudnya tidakkah mereka berpikir mengenai al-Qur’an? Sekiranya al-Qur’an itu perkataan manusia, pastilah mereka mendapatkan makna yang bertentangan dan susunan yang terbalik-balik. Misalnya, sebagian informasi al-Qur’an tidak sesuai dengan kondisi kekinian. Begitu juga sebagian susunannya bisa dipahami dengan jelas sedangkan yang lainnya membuat bingung. Jadi, kalau al-Qur’an itu bukan bersumber dari Allah, maka setidaknya sedikit atau banyak dapat ditemukan sejumlah perbedaan dan pertentangan (baik makna, susunan dan lainnya). Namun kenyataannya tidak demikian, hingga saat ini tidak ada yang mampu menemukan suatu perbedaan dan pertentangan dalam al-Qur’an, sedikit apalagi banyak. Berdasar semua keterangan di atas, maka siapa saja yang meragukan otentisitas dan validitas kitab-kitab yang diturunkan kepada sejumlah rasul seperti tidak meyakini sama sekali mengenai isi satu ayat atau satu kalimat, maka sungguh orang tersebut dapat dipastikan telah kufur (menutupi kebenaran dan mendustakan kitab-kitab tersebut)..(sam/mf)