MUKJIZAT RASULULLAH

MUKJIZAT RASULULLAH

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ibnu Jauzi dalam Syarafal Anam melantunkan sebuah syair, “Semoga keselamatan untuk Anda wahai pemilik segala mukjizat”.

Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa syair di atas adalah karya Syaikh Ahmad bin al-Qasim al-Maliki atau yang terkenal dengan nama Syaikh al-Hariri.

Informasi semacam ini misalnya diungkap oleh Syaikh Nawawi Banten dalam karyanya Fathush Shamad. Karya Syaikh Nawawi tersebut adalah penjelasan Syarafal Anam, kitab Maulid Nabi SAW yang masyhur didendangkan di Indonesia.

Syaikh Nawawi dalam Fathush Shamad mengutip satu hadits Nabi SAW yang bersumber dari Ibnu Umar. Ibnu Umar bercerita, “Dalam satu perjalanan, kami bersama Rasulullah SAW. Sekonyong-konyong seorang Arab pedalaman mendekat.

Nabi SAW meresponsnya dengan bertanya, “Wahai kisanak, kamu hendak kemana?” Orang itu menjawab, “Hendak pulang ke keluargaku”. “Apakah kisanak menginginkan kebaikan?”, seloroh Nabi SAW. Orang itu menjawab, “Apakah itu?”

Nabi SAW menjelaskan, “Kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan (kamu bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya”.

Namun orang itu malah berkata, “Siapa saja yang akan bersaksi kepadamu untuk (membenarkan) ucapan tersebut?” Secara tangkas Nabi SAW menjawab pertanyaan orang Arab pedalaman itu, “Pohon ini atau buah ini”.

Pohon tersebut berada di tepi jurang. Karena bumi mendekatkannya, seketika pohon tersebut ada di hadapan Nabi SAW untuk menghadap beliau.

Setelah itu, Nabi SAW bersyahadat tiga kali. Pohon itupun bersyahadat seperti halnya Nabi SAW. Kemudian pohon itu meninggalkan Nabi SAW untuk kembali ke tempat asalnya”.

Dalam riwayat yang berbeda, Syaikh Nawawi dalam Fathush Shamad mengutip satu hadits Nabi SAW yang bersumber dari Abu Said al-Khudri. Abu Said al-Khudri bercerita, “Ketika seorang penggembala sedang menggembalakan kambing-kambingnya, sekonyong-konyong seekor srigala memangsa seekor kambing miliknya. Seketika penggembala itu menyelamatkannya.

Namun srigala itu malah berjongkok seraya berseloroh, “Sebaiknya kamu takut kepada Allah karena kamu telah menghalangi aku untuk meraih rezekiku”.

Dengan penuh rasa heran, penggembala itu berkata, “Sungguh luar biasa, seekor srigala bisa berbicara dengan bahasa manusia”.

Srigala itu malah menanggapi, “Maukah kamu aku informasikan yang lebih luar biasa lagi? Ketahuilah bahwa Rasulullah SAW yang mendiami tempat yang tidak berpasir kerap-kali mengurai cerita kepada khalayak ihwal orang-orang yang hidup pada masa lalu. Didorong penasaran, penggembala itu mendatangi Nabi SAW dan mengadukan ihwal yang dialaminya. Nabi SAW menjawab, “benar”.

Satu lagi, Syaikh Nawawi dalam kitab yang sama menulis satu kisah yang bersumber dari Anas. Anas bercerita, “Sungguh Nabi SAW satu waktu mengambil segenggam kerikil. Sejurus kerikil-kerikil itu mengucapkan tasbih di genggaman beliau hingga kami mendengar ucapan-ucapan tersebut.

Kemudian Nabi SAW memindahkan kerikil-kerikil itu ke genggaman Abu Bakar. Kerikil-kerikil itu juga mengucapkan tasbih. Lalu Abu Bakar memindahkan segenggam kerikil itu ke tangan kami. Namun semua kerikil itu tidak mengucapkan tasbih”.

Kita boleh bertanya, apakah segenggam kerikil tersebut akan bertasbih bila dipindahkan ke tangan kita? (sam/mf)