Mimpi Nabi Yusuf

Mimpi Nabi Yusuf

oleh: Syamsul Yakin Dosen Magister KPI FIDIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

“Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian tabir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh” (QS. Yusuf/12: 101).

Doa Nabi Yusuf ini mengandung empat permohonan. Pertama, “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan”. Penggalan doa ini menurut Sayyid Quthb dalam Fi Dzilal al-Qur’an bermakna, “Engkau telah memberikan sebagian dari hak raja, kekuasaannya, istananya, kehormatannya, dan hartanya. (Namun) itu hanyalah nikmat dunia”. Menurut Syaikh Nawawi Banten, Allah memberikan kerajaan kepada Nabi Yusuf dengan menjadikannya sebagai raja Mesir. Kedua, “Dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian tabir mimpi”. Penggalan doa ini mengonfirmasikan kerendahan hati Nabi Yusuf. Sayyid Quthb memaknainya, “Dengan memberitahukan kepadaku tentang tanda-tanda mimpi dan tabir tentangnya”. Nabi Yusuf menyadari, “Itu hanya nikmat ilmu pengegetahuan” yang dikaruniakan Allah kepadanya. Tentang kebenaran tabir mimpi Nabi Yusuf terurai indah dalam dialog pada ayat 43-49 surat Yusuf. “Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering”. Hai orang-orang yang terkemuka, “Terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi” (QS. Yusuf/12: 43). Raja yang dimaksud dalam ayat ini adalah Fir’aun. “Mereka menjawab. ‘(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu. Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya, ‘Aku akan memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) menabirkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya)” (QS. Yusuf/12: 44-45). Menurut Pengarang Tafsir Jalalain, “orang yang selamat di antara mereka berdua” adalah salah satu di antara kedua teman sepenjara Nabi Yusuf. Selain itu, menurut Syaikh Nawawi, dia adalah pemberi minum raja. Ia bercerita kepada raja bahwa di penjara ada seorang laki-laki utama dan shaleh, banyak ilmunya serta sangat taat. Orang itu berkata, “Aku dan pembuat roti telah menceritakan mimpi yang kami alami kepadanya. Ternyata tabirnya benar tanpa ada kekeliruan kehuruf pun. Semua terjadi sesuai dengan yang ditabirkannya. Jika engkau mengizinkan aku untuk menemuinya, niscaya aku akan berangkat menemuinya dan membawa jawaban darinya kepadamu”. “(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru), “Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya” (QS. Yusuf/12: 46). Menurut Syaikh Nawawi, yang dimaksud ”Agar mereka mengetahuinya” adalah “agar mereka mengetahui keutamaan dan ilmumu (Nabi Yusuf)”. Inilah jawaban Nabi Yusuf, “Yusuf berkata, ‘Sebaiknya kamu bertanam selama tujuh tahun sebagaimana biasa. Namun apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan” (QS. Yusuf/12: 47). Penggalan ayat, “Sebaiknya kamu bertanam selama tujuh tahun sebagaimana biasa” menurut pengarang Tafsir Jalalain, yakni Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli adalah tabir tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk. Begitu juga menurut Wahbab al-Zuhaili dalam karyanya Tafsir Munir. Sedangkan makna, “hendaklah kamu biarkan dibulirnya”, menurut Syaikh Nawawi, “Hendaklah kamu biarkan tetap pada bulir dn gabahnya, jangan kamu tumbuk agar tidak terkena ulat. Karena sesungguhnya cara penyimpanan ini lebih awet dan lebih tahan lama”. Lalu makna, “Kecuali sedikit untuk kamu makan”, yakni kecuali sebagian kecil untuk dimakan, baru boleh ditumbuk dan digiling pada tahun-tahun itu. Inilah tabir mimpi dari tujuh ekor sapi yang gemuk dan tujuh bulir gandum yang hijau. “Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan” (QS. Yusuf/12: 48). Menurut Jalaluddin al-Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, “tujuh tahun yang amat sulit” adalah tabir dari tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus. Termasuk juga, kata Syaikh Nawawi, tujuh bulir gandum yang kering. Sedangkan memakan hasil yang dipanen pada masa-masa subur di masa-masa sulit adalah tabir dari sapi yang kurus memakan sapi yang gemuk. “Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur. Raja berkata, ‘Bawalah dia kepadaku’. Maka tatkala utusan itu datang kepada Yusuf, berkatalah Yusuf, “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakanlah kepadanya bagaimana halnya wanita-wanita yang telah melukai tangannya. Sesungguhnya Tuhanku, Maha Mengetahui tipu daya mereka” (QS. Yusuf/12: 49-50). Hal ini memberi informasi bahwa Nabi Yusuf ingin agar raja membersihkan namanya dari berbagai tuduhan terkait dengan wanita-wanita yang menggodanya. Ayat berikut ini dapat menjelaskan yang diinginkan Nabi Yusuf, “Raja berkata (kepada wanita-wanita itu), ‘Bagaimana keadaanmu ketika kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?’ Mereka berkata, ‘Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya’. Berkata isteri al-Aziz, ‘Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang benar” (QS. Yusuf/12: 51). Isteri al-Aziz ini menurut Syaikh Nawawi adalah Zulaikha yang menggoda Nabi Yusuf namun beliau masih menghormatinya. Ketiga, penggalan ayat, “(Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat”. Ini juga termasuk doa. Karena ada dua macam doa. Pertama dengan kalimat yang berisi meminta. Kedua, dengan kalimat yang berisi memuji. Penggalan kalimat ini doa dengan cari memuji Allah SWT. Nabi Yusuf memuji Allah yang telah menciptakan keduanya dari tidak ada menjadi ada. Makna, “Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat” menurut Syaikh Nawawi adalah “Engkaulah yang menangani kebaikan dalam tugas-tugasku”. Sayyid Quthb menambahkan, “Ya Allah sesungguhnya aku tidak memohon kekuasaan, kesehatan, dan harta benda. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memohon sesuatu yang lebih kekal dan berharga”. Keempat, doa yang dilantunkan Nabi Yusuf yang terakhir adalah, “Wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang shaleh” Ada yang menarik dalam doa ini. Pertama, Nabi Yusuf tetap memohon dimatikan dalam keadaan Islam kendati itu pasti terjadi pada seorang nabi. Menurut Syaikh Nawawi, inilah figur Nabi Yusuf yang selalu merasa membutuhkan Allah. Kedua, Nabi meminta dibersamakan dengan orang-orang shaleh seperti Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dalam hal pahala dan kedudukan di surga. Menurut Sayyid Quthb, Nabi Yusuf adalah hamba yang mampu membuat kehormatan dan kekuasaan mengalah kepada kebesaran Allah SWT.(sam/mf)