Menyingkap Misteri Multazam

Menyingkap Misteri Multazam

Prof. DR. KH Nasaruddin Umar

 

Ada suatu tempat disekitar kabah yang sangat penting, dan berdoa di tempat itu sangat dianjurkan. Multazam namanya.

Multazam berasal dari bahasa Arab dari kata lazima-yalzamu berarti tetap, pasti, dan wajib, kemudian membentuk kata multazam berarti sesuatu yang dimintai pertanggungan jawab.

Multazam sebagai nama sebuah tempat yang terletak antara Hajar Aswad dan Pintu Ka’bah, dihubungkan dengan hadis Nabi yang mengatakan: “Multazam adalah tempat berdoa yang dikabulkan (mustajabah). Tak seorang pun hamba Allah yang berdoa di tempat ini tanpa terkabulkan doanya”.

Disebut Multazam, karena seolah ada kepastian dan ketetapan, siapapun yang bermohon di tempat itu maka Allah akan mengijabah doa-doanya, insya allah.

Para sahabat dan tabi’in menjadikan tempat ini sebagai salah satu tempat khusus untuk berdoa. Dalam suatu riwayat sebagaimana diungkapkan di Sunan Abi Dawud, dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya berkata:

“Saya (menunaikan) thawaf bersama Abdullah, ketika sampai di belakang Ka’bah, saya berkata: “Apakah kita tidak berlindung?”

(Beliau) berkata: “Kita berlindung dengan (Nama) Allah dari neraka.”

Ketika telah lewat, saya menyentuh hajar (aswad), dan berdiri di antara rukun (hajar aswad) dan pintu (Ka’bah). Maka (beliau) menaruh dada, wajah, lengan dan kedua tangannya begini dan membentangkan lebar keduanya. Kemudian berkata: “Beginilah saya melihat Rasulullah SAW melakukannya”.

Tentu saja tempat ini amat ramai. Di Multazam inilah biasanya kita dianjurkan untuk shalat dua rakaat setelah melakukan thawaf tujuh kali putaran. Dalam buku-buku manasik haji disuguhkan redaksi doa yang sebaiknya dibaca saat kita berdoa di tempat ini setelah melaksanakan shalat dua rakaat.

Hanya saja perlu hati-hati, karena tempat ini sangat terbatas dan di musim haji hampir sulit shalat di pelataran Ka’bah di arah Multazam. Shalat dan doa juga dapat dilakukan dalam garis lurus ke belakang, tempat yang lebih memungkinkan kita shalat dengan lebih aman dan tenang sambil berdoa secara khusyuk.

Di sebelah kanan Multazam, ada tempat air minum Zamzam yang dianjurkan untuk diminum seusai melakukan thawaf. Doa yang banyak dipanjatkan di tempat ini secara turun temurun semenjak dari masa sahabat hingga sekarang ialah adalah:

“Ya Allah, Tuhan kami, sesungguhnya saya adalah hambaMu dan anak dari hamba-Mu, anak budak-Mu. Engkau bawa kami dengan apa yang telah Engkau jalankan kepadaku dari makhluk-Mu. Dan Engkau jalankan diriku dari negeri-Mu sehingga Engkau sampaikan dengan nikmat-Mu ke rumah-Mu. Dan Engkau bantu kami agar dapat menunaikan manasikku.

Kalau sekiranya Engkau ridha kepada diriku, maka tambahkanlah kepadaku keridhaan-Mu. Kalau sekiranya (belum), maka dari sekarang (berikanlah) keridhaan kepadaku sebelum meninggalkan rumah-Mu (menuju) rumahku.

Ini adalah waktu kepergianku, jikalau Engkau mengizinkan kepadaku tanpa (ada rasa) menggantikan dari diri-Mu, juga rumah-Mu, dan (tidak ada perasaan) benci kepada-Mu dan pada rumah-Mu.

Ya Allah, Tuhanku. Sertakanlah kepada diriku kesehatan pada badanku, dan kesehatan di tubuhku serta jagalah agamaku, dan perbaikilah tempat kembaliku, berikanlah rezki (dengan) ketaatan kepadaMu selagi aku (masih) hidup. Dan gabungkanlah untuk diriku kebaikan dunia dan akhirat. Sesungguhnya Engkau terhadap segala sesuatu Maha Mampu". (rm.id/zm)

 

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ushuluddin UIN Jakarta dan Imam Besar Masjid Istiqlal. Artikelnya dimuat Tangsel Pos, Senin 18 Juli 2022.