Menjadi Keluarga Allah

Menjadi Keluarga Allah

Oleh: Dr. K.H. Syamsul Yakin MA: Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Bersumber dari Anas Ibnu Malik, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga di antara manusia”. Para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, ‘Para ahli al-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan hamba pilihan-Nya” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Berdasar sejumlah hadits Nabi SAW dapat didentifikasi para ahli al-Qur’an itu. Pertama, orang yang membaca al-Qur’an. Nabi SAW bersabda, ”Bacalah al-Qur’an, karena sesungguhnya al-Qur’an itu pada hari kiamat akan memberikan syafa’at kepada pembacanya” (HR. Muslim). Tentu di samping dibaca, al-Qur’an juga harus diamalkan.

Nabi SAW bersabda, “Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah utrujah, rasa dan baunya enak. Orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an dan mengamalkannya adalah bagaikan buah kurma, rasanya enak namun tidak beraroma”.

Sambung Nabi SAW, “Orang munafik yang membaca al-Qur’an adalah bagaikan rayhanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzhalah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak” (HR. Bukhari). Jadi, kian terbuka lebar untuk menjadi keluarga Allah.

Kedua, para ahli al-Qur’an adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya. Sesuai sabda Nabi SAW, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari). Sabda serupa, “Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari).

Nabi SAW bersabda, ”Orang yang mahir membaca al-Qur’an akan bersama dengan para malaikat pencatat yang mulia lagi benar. Sedangkan orang yang terbata-bata membaca al-Qur’an dan dia bersusah payah (untuk mempelajarinya), maka baginya pahala dua kali.”(HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i dan Ibnu Majah).

Abdullan Ibnu Umar bercerita, “Aku bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, sebaiknya dalam sebulan aku mengkhatamkan al-Qur’an berapa kali?’ Rasul menjawab, ‘Khatamkan satu kali dalam sebulan’ Aku kembali bertanya, ‘Saya mampu khatam melebihi itu, Ya Rasul.’ Beliau menjawab, ‘Khatamkan dalam 25 hari’.

‘Aku mampu lebih dari itu,’ kataku. Nabi menjawab, ‘Khatamkan dalam 15 hari’. ‘Aku mampu lebih dari itu,’ kataku. ‘Khatamkan dalam 10 hari,’ jawab Rasul. ‘Saya mampu lebih dari itu,’ kataku. ‘Khatamkan dalam 5 hari,’ kata Rasul. ‘Saya mampu lebih dari itu, Ya Rasul,’ kataku’.

Kemudian setelah aku menyatakan mampu mengkhatamkan al-Qur’an kurang dari lima hari, Rasul tidak memberikan keringanan lebih lanjut” (HR. Nasa’i). Jadi, minimal kita dianjurkan untuk mengkhatamkan al-Qur’an sebulan sekali. Bulan yang kita gunakan dalam konteks ini adalah bulan berdasar kalender hijrah.

Saatnya bersama-sama secara semesta kaum muslimin menjadi keluarga Allah di bumi dengan cara membaca al-Qur’an dan sekuat tenaga mengamalkannya. Begitu juga dengan belajar al-Qur’an dan membacanya meski terbata-bata dan mengajarkannya apabila sudah mahir, termasuk juga bagian dari keluarga besar Allah dan menjadi orang-orang pilihan-Nya.

Kian banyak keluarga Allah di bumi, maka tidak ada yang mampu mengalahkannya. Sebab kekalahan itu baru terjadi manakala al-Qur’an tidak lagi dibaca. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang kafir berkata, ‘Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan al-Qur’an ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka” (QS. Fushshilat/41: 26).

Terbit di https://www.jurnaldepok.id/2020/06/12/khutbah-jumat-menjadi-keluarga-allah/ (sam/mf)