Mengetuk Nurani Dunia

Mengetuk Nurani Dunia

Dr Muhbib Abdul Wahab MAg, Kepala Prodi Magister Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dalam beberapa pekan terakhir dunia disuguhi tontonan kejahatan kemanusiaan superbiadab yang dilakukan militer Yahudi terhadap rakyat Palestina. Aksi terorisme paling sadis dan tidak berperikemanusiaan itu benar-benar diperlihatkan pemerintah Zionis Yahudi. Agresi militer, pengeboman, pembantaian, pembunuhan anak-anak dan rakyat sipil takber dosa Palestina, perampasan tanah, dan penjajahan keji seakan menjadi hal biasa.

Dunia pun tampak membisu menyaksikan kekejaman, kebiadaban dan kejahatan kemanusiaan tersebut. Arogansi Zinonis Yahudi semakin semena-mena karena mendapat dukungan politik dan militer dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat. Negara dan pemerintah Yahudi saat ini merupakan rezim teroris sejati. Ideologi Yahudi itu memang ideologi kekerasan, keserakahan, dan kebencian, terutama terhadap umat Islam.

Alquran membenarkan sikap permusahan dan aksi kekerasan yang merupakan watak keras kepala Yahudi. ”Sungguh engkau dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya kepada orang-orang beriman adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang yang menyekutukan Allah...”(QS Al-Maidah [5]: 82).

 Ayat tersebut menunjukkan kepada dunia bahwa Yahudi memang berwatak antipati dan selalu memusuhi kaum beriman, khususnya umat Islam. Dalam sejarahnya, permusuhan Yahudi ditunjukkan, antara lain, dalam bentuk penolakan ayat-ayat Allah, pembunuhan para Nabi yang diutus kepada mereka (QS. Al-Baqarah [2]: 61), pengingkaran janji-janji yang mereka buat sendiri (QS Al-Baqarah [2]: 100), dan persekongkolan jahat untuk melawan kebenaran (QS al-Anfal [8]: 30).

Watak Yahudi seperti itu didasari keangkuhan dan egoisitas komunal karena merasa ”dianak-emaskan” oleh Allah. ”Wahai Bani Israel, ingatlah nikmat Allah yang telah Aku berikan kepada kalian. Sungguh Aku telah memberikan keutamaan kepada kalian melebihi bangsa lain di muka bumi” (QS Al-Baqarah [2]: 47). Padahal keutamaan yang dimaksud dalam ayat itu bersyarat, jika mereka mau beriman kepada Allah, mematuhi syariat,  dan mensyukuri nikmat-Nya.

Ketika hijrah dan tinggal di Madinah, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian atau ”kontrak sosial politik” dengan warga Madinah, termasuk komunitas Yahudi, untuk  hidup rukun, damai, dan bersatu. Tidak lama setelah ditandatangani, kaum Yahudi berkhianat dan mengingkari kesepakatan bersama. Tidak hanya ingkar janji, pimpinan Yahudi juga licik dan bersekongkol memusuhi Nabi SAW dengan menghalalkan segala cara.

Kelicikan Yahudi di Madinah untuk memusuhi Rasulullah seakan tiada henti. Setelah berbagai makar dilakukan tidak berhasil melemahkan Islam dan memecah belah persatuan umat Islam, sekelompok Yahudi seperti Salam bin Ubay al-Haqiq, Huyai ibn Akhtab al-Nadhiri, Kinanah bin al-Rabi’ bin Ubay dari kalangan Bani Nadhir, pergi ke Mekkah untuk memprovokasi kaum Quraisy agar memerangi Nabi SAW.

Kepada kaum kafir Quraisy Mekkah, Salam bin Ubay menyatakan: ”Kami akan bersama kalian memerangi Muhammad hingga kita memperoleh kemenangan.” Pimpinan Quraisy kemudian bertanya: ”Wahai orang-orang Yahudi, kalian adalah ahlul kitab yang pertama. Kalian juga mengetahui bahwa kami berbeda dengan Muhammad. Apakah agama kami lebih baik daripada agamanya (Muhammad)? Orang Yahudi itu menyatakan: ”Agama kalianlah yang lebih baik daripada agamanya, dan kalianlah yang lebih benar!”

Di bawah pimpinan Abu Sufyan, kaum Quraisy pun terprovokasi untuk memerangi Nabi SAW dengan mengerahkan tentaranya untuk mengepung Madinah. Setelah mendengar rencana jahat itu, Nabi menyiapkan strategi perang dengan menggali parit di sekeliling kota Madinah atas usul Salman al-Farisi.  Provokasi licik Yahudi ini kemudian memicu terjadinya perang Khandaq atau perang Ahzab.

Setelah persekongkolan jahat Yahudi dengan Kafir Quraisy gagal memerangi Nabi SAW, beberapa komunitas Yahudi Madinah juga berencana membunuh Nabi. Karena itu, ketika pulang dari perang Khandaq dan meletakkan senjatanya, Jibril menemui Nabi sambil bertanya: ”Engkau letakkan senjata? Demi Allah, kami tidak meletakkan senjata. Pergi dan perangilah orang-orang Yahudi yang berniat jahat itu.” Jibril kemudian menunjukkan Bani Quraidhah. Nabi pun kemudian pergi mengepung Bani Quraidhah.  Karena mereka tidak mau menyerah dan mematuhi piagam Madinah, mereka pun akhirnya diperangi oleh Nabi SAW dan diusir dari Madinah.

Agresi dan aksi terorisme Yahudi superkeji terhadap Palestina harus dihentikan dengan mengetuk nurani dunia. Nurani kemanusiaan tidak boleh mati. Para pemimpin dunia, khusus PBB, harus menyuarakan nurani kemanusiaan untuk menyelamatkan masa depan kemanusiaan yang adil dan beradab. Warga dunia harus bersatu padu menggalang persaudaraan dan solidaritas kemanusiaan universal untuk menghentikan perang yang telah meluluhlantahkan kemanusiaan dan peradaban.

Sudah saatnya dunia Islam bangkit, bersatu, bersimpati, dan berdiri tegak  membela hak-hak asasi rakyat Palestina yang dizalimi penjajah Yahudi. Krisis kemanusiaan di Gaza akibat agresi Yahudi harus dilawan dengan jihad multidimensi: jihad dengan harta, jihad dengan jiwa, jihad dengan doa, jihad dengan pemboikotan produk-produk Yahudi, dan sebagainya. Kejahatan kemanusiaan harus dilawan dan dihentikan dengan mengetuk nurani kemanusiaan yang cinta perdamaian dan keadilan.

Sumber: Hikmah Republika, 18 Mei 2021. (mf)