Mengendalikan Cinta dan Kerinduan
Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Guru Besar Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Imam Besar Masjid Istiqlal
Cinta dan kerinduan seringkali menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan. Namun cinta dan kerinduan juga bisa membangkitkan andrenalin seseorang untuk mencapai suatu tujuannya. Cinta dan kerinduan perlu dimana agar mendatangkan keuntungan dan menghindarkan kerugian.
Sejak dahulu Imam Syafi' pernah menasehatkan agar kita jangan mencintai dan merindukan sesuatu secara berlebihan, sebab jangan sampai di kemudian hari menjadi obyek kebencian kita. Sebaliknya jangan juga terlalu membenci sesuatu karena jangan sampai menjadi obyek paling dicintai di kemudian hari.
Cinta dan kerinduan berlebihan bisa menyebabkan kegelisahan yang tak pernah padam, sehingga mengganggu pekerjaan yang pada akhirnya merugikan karier kita. Rindu dendam bisa menghilangkan akal sehat dan kejernihan pikiran. Hatipun sulit untuk mencapai ketenangan, karena sedemikian jauh tergantung kepada obyek di luar diri kita.
Cinta dan kerinduan kepada makhluk, seperti seseorang kekasih paling dicintai, bisa mengurangi bahkan menghilangkan ruang ketuhanan di dalam batin. Nabi pernah mengingatkan kita bahwa: "Pandangan (mata) itu adalah satu dari sekian banyak anak panah iblis." Anak panah iblis sangat beracun, sehingga bisa mematikan atau mengerdilkan jiwa. Lain halnya jika cinta dan kerinduan itu tercurah kepada Sang Khaliq, maka akan menimbulkan ketenangan dan kedamaian. Rasa cinta dan rindu terhadap Tuhan akan membuat hati menjai bening, pikiran menjadi jerni, prilaku menjadi halus, dan ibadah lebih khusyuk.
Obat mujarab untuk menyembuhkan ketergantungan kepada orang yang paling dicintai dan dirindukan antara lain ialah berusaha untuk mengecilkan obyek dengan membayangkan kemahabesaran Allah SWT. Kita berusaha mengamalkan ajaran-ajaran agama terutama ibadah mahdhah. Kita juga bisa mengecoh diri kita dengan memperbanyak kegiatan fisik, seperti olah raga, kesenian, dan amal-amal sosial lain.
Kita perlu menghindari kesendirian dan kesepian manakala kita dirundung suasana emosi cinta kerinduan sebab bisa mengarahkan kita kepada hal-hal yang destruktif, misalnya menyiksa diri atau nekat bunuh diri atau mendhalimi orang lain. Sungguh bijak nasehat para arifin bahwa jika kita sedang dirundung malang atau didera kerinduan yang sangat mendalam, maka ambillah air wudhu lalu mendirikan shalat. Sesudah itu dilanjutkan dengan membaca ayat Alquran atau wirid-wirid yang selama ini kita ketahui.
Mengobati kerinduan yang cenderung menyiksa dapat pula diobati dengan puasa. Nabi pernah menasehatkan: Shumu tashihhun (Berpuasalah agar engkau bisa sehat). Berpuasa di sini bukan hanya puasa wajib Ramadhan tetapi juga puasa-puasa sunnah, seperti puasa setiap Seni dan Kamis secara konsisten. Puasa juga bisa mengurangi nafsu libido sebagaimana disebutkan dalam hadis lain: Barangsiapa yang belum memiliki kemampuan untuk kawin maka hendaklah berpuasa karena sesungguhnya pusa itu bisa meredam nafsu syahwat.
Salah satu pemicu munculnya rindu dendam itu ialah dorongan nafsu untuk berhubungan mesra dengan orang yang paling dicintai. Orang-orang yang membawa kenangan indah dan mendalam di dalam hati sulit dilupakan dan inilah yang berpotensi membuat seseorang remaja bisa nekat untuk minggat dari rumah atau jatuh ke cengkeraman obat-obat terlarang atau kejahatan lainnya.
Sebelum rasa cinta dan rindu itu mendera diri kita, maka segeralah berusaha untuk merelatifkan hubungan yang cenderung melahirkan rindu dendam.
Sumber: detiknews.com. (sam/mf)