Mendengarkan Petuah Ulama
Syaikh Zainuddin Ibn Ali Ibn Ahmad al-Malibary dalam karyanya Syu’ab al-Iman melantunkan sebuah syair. “Tuntutlah ilmu. Kemudian ajarkan ilmu itu kepada semua orang. Agungkanlah firman Tuhan. Bersucilah, niscaya kamu akan terjaga”. Dari syair pendek ini minimal ada empat kata kunci, yakni belajar, mengajar, bersuci, dan agungkan al-Qur’an. Keempat kata tersebut menjadi saling-terkait dalam menuntut ilmu. Menurut ulama salaf, seperti dikutip Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam karyanya Qaim al-Thugyan, ilmu itu ada empat macam. Pertama, ilmu fikih untuk mengamalkan agama. Kedua, ilmu kedokteran untuk menjaga kesehatan jasmani. Ketiga, ilmu astronomi untuk menentukan waktu baik hari, bulan, dan tahun. Keempat, ilmu nahwu. Ilmu ini adalah ilmu retorika yang dipergunakan untuk berbicara di hadapan khalayak. Untuk bisa meraih semua itu, menurut Syaikh Nawawi, dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara kasbi, yaitu menghasilkan ilmu dengan cara belajar dan membaca secara kontinu di hadapan guru. Kedua, dengan cara sama’i, yaitu menghasilkan ilmu dengan cara mendengarkan penjelasan ulama mengenai soal agama dan dunia. Hingga saat ini kedua cara menghasilkan ilmu tersebut sangat populer dipraktikkan di madrasah dan pondok pesantren. Menurut Syaikh Nawawi, ilmu sama’i tidak bisa didapat, melainkan dengan mencintai ulama, bergaul dan bercampur-baur dengan mereka. Termasuk duduk di samping mereka dan memohon keterangan soal ilmu dari mereka. Tentang hal ini, Nabi SAW bersabda, seperti dikutip Jalaluddin al-Suyuthi dalam Lubabul Hadits “ …Memandang wajah ulama lebih baik dari menyedekahkan seribu ekor kuda untuk (berperang) di jalan Allah”. Di samping itu, Nabi SAW juga bersabda, seperti dikutip Syaikh Nawawi dalam Tanqihul Qaul al-Hatsits, “Barang siapa yang mengayunkan langkah menuju majelis seorang ulama (untuk belajar), maka ia memperoleh seratus kebaikan dalam setiap langkahnya. Lalu, apabila ia duduk dan mendengarkan petuah ulama, maka ia mendapatkan satu kebaikan dalam setiap satu kata (yang diucapkan ulama itu)”. Lebih jauh hadits ini bisa dibaca juga dalam kitab Riyadus Shalihin karya Imam Nawawi. Oleh karena itu, setiap orang di mana saja harus keluar untuk memandang wajah ulama dan menuntut ilmu. Allah SWT berfirman, “ …Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya” (QS. al-Taubah/9: 122). (sam/mf)