Menangislah Sepuasnya

Menangislah Sepuasnya

Prof Dr Nasaruddin Umar MA, Guru Besar Ilmu Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Imam Besar Masjid Istiqlal

Seorang psikolog pernah mengatakan, jika anda berada di puncak kesedihan atau kekecewaan maka jangan memendam keinginannya untuk menangis. Menangislah sepuas-puasnya, karena hal itu bisa membantu melegakan perasan. Ternyata menangis bukan hanya baik secara psikologis, dalam tahun 1980-an, ada dua orang yang pernah menulis disertasi dengan melakukan penelitian terhadap jenis-jenis air mata. Seorang dari Jerman dan seorang lagi dari AS. Keduanya menyimpulkan dalam penekanan yang berbeda bahwa air mata yang keluar dari mata karena terkena bawang atau cabe komposisi kimianya berbeda jika air mata itu keluar karena kesedihan. Keduanya menyarankan, menangislah sepuas-puasnya jika anda sedih karena air mata kesedihan itu berisi toksin atau racun yang bisa membahayakan tubuh jika tersimpan di dalam badan.

Lain halnya dalam perspektif tasawuf, ada tiga jenis air mata yang sangat mahal nilainya dan pemiliknya diharamkan masuk neraka sebagaimana disebutkan dalam hadis, yaitu air mata kerinduan terhadap Tuhan, air mata tobat, dan air mata protes terhadap kebatilan.

Air mata yang keluar karena didorong oleh rasa rindu terhadap Tuhan ini yang paling mahal. Seseorang tidak tahu sebabnya kenapa tiba-tiba mengucur air mata kerinduan itu. Linangan air mata tobat akan memadamkan api neraka. Di dalam Alquran banyak diungkapkan prihal air mata. Antara lain, "Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis" (Q.S. Al-Isra:109), "Mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (Q.S. Maryam/19:58). Kebatilan yang terjadi di sekitar kita dan tidak mampu kita mencegahnya secara fisik karena kemampuan kita tidak ada, lalu menucur air mata protes, ini juga air mata mulia.

Jika seorang hamba merindukan Tuhannya dan Tuhan pun merindukannya maka tanda utamanya adalah keluarnya air mata rindu dari kedua pelupuk mata seseorang. Terkadang memang sajadah tiba-tiba basah tanpa terasa akibat lelehan air mata, terutama saat-saat sujud tahajjud tengah malam. Disebutkan dalam sebuah kitab bahwa ada sejumlah hamba Tuhan yang cacad mukanya karena air mata tak pernah berhenti mengalir di pipinya, karena begitu terharu bercampur rindu dan takut peda Tuhannya. Mata yang tidak pernah menangis karena terharu, rindu, takut, atau rindu kepada Tuhan dikhawatirkan jiwanya kering. Karena itu siramilah jiwanya dengan air mata tobat dan rindu kepada Allah Swt.

Abu Umamah al-Bahili berkata kepada Rasulullah SAW, apakah keselamatan itu?" Beliau menjawab: "Jagalah lidahmu, lapangkan rumahmu, dan tangisilah dosa-dosamu". Dalam hadis lain dikatakan "Ada tiga pasang mata yang diharamkan masuk neraka, yaitu mata yang tidak tidur semalaman dalam perjuangan fi sabilillah dan mata yang menangis karena takutnya kepada Allah". Hadis lain, "Wahai sekalian manusia! Menangislah, sebab jika tidak menangis, maka kalian akan ditangisi". Sesungguhnya penghuni neraka menangis hingga air mata mereka mengalir di wajahnya seperti mengalirnya air sungai. Jika air mata mereka sudah habis, maka yang mengalir lagi dari matanya adalah darah. Andaikata sebuah kapal dilepaskan di aliran darah itu, niscaya kapal itu akan berlayar.

Disebutkan, bahwa Nabi Nuh AS dinamakan Nuh, sebab ia banyak menangis di dunia atas dirinya. Nabi Nuh seakan menyesal karena akibat doanya, sehingga umatnya binasa. Itulah yang membuatnya ia takut menghadap Tuhan di Padang Makhsyar karena ia merasa dirinya pernah bersalah. Ia tidak seperti Rasulullah yang tidak pernah mendoakan umatnya binasa, sekalipun mereka membuatnya berlumuran darah akibat penganiayaannya. Ia bahka berdoa, "Ampunilah mereka karena mereka tidak tahu siapa saya sebenarnya". Menangis di sini tentu juga harus memperhitungkan maslahat dan mudarat di sekitar kita. Menangis di tempat dan dalam waktu yang tepat bisa menambah penyesalan.

Sumber: detiknews.com. (sam/mf)