Menag Resmikan Pembangunan Gedung FKIK
Kampus II, UINJKT Online – Menteri Agama Dr (HC) Muhammad Maftuh Basyuni meresmikan pemancangan tiang pertama pembangunan gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta di Kampus II, Kamis (15/01). Hadir dalam kesempatan tersebut Duta Besar Jepang untuk Indonesia Shiojori, Wakil Gubernur Banten Muhammad Masduki MSi, Wakil Bupati Tangerang H Rano Karno, Kepala Kantor Perwakilan JICA di Indonesia Sakamato, dan Rektor UIN Jakarta serta pimpinan universitas lainnya.
Dalam sambutannya, Maftuh Basyuni mengatakan, pemancangan tiang pertama harus dimaknai sebagai peletakan fondasi berpikir dan pijakan bagi UIN Jakarta untuk memulai langkah-langkah besar dan merealisasikan gagasan-gagasan brilian, demi pembangunan kesejahteraan umat dan warga negara.
”Pembangunan FKIK UIN Jakarta ini memiliki peran signifikan bagi kemajuan dan keberhasilan pembangunan Indonesia. FKIK UIN Jakarta memiliki makna ganda sekaligus, yaitu penyiapan sumberdaya manusia di bidang kesehatan yang memiliki integritas keilmuan dan keislaman, dan penyediaan layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat,” kata Maftuh.
Maftuh berharap, UIN Jakarta dapat menunjukan ciri khas sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, yang berbeda dengan universitas-universitas lain. Pembedaan ini, menurut dia, bukan sekadar tampilan fisik atau perubahan nomenklatur, tetapi pada academic performance dan keunggulan kompetitif.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi ini, merasa senang mendengar rencana FKIK UIN Jakarta menfokuskan diri dalam melayani dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Muslim pedesaan dan luar pulau Jawa. ”Dengan membuka akses dan kesempatan tersebut, FKIK UIN Jakarta telah berpijak pada jalan yang benar (shirot al-mustaqim),” tuturnya.
Sebab, lanjut Maftuh, disparitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Inodnesia masih sangat lebar. Penduduk desa kurang memiliki akses dan kesempatan memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai seperti yang dialami masyarakat perkotaan. Ia menegaskan kondisi kurang adil ini harus menggugah UIN Jakarta untuk tanggap dan memberikan respon yang tepat sebagai bagian kontribusi nyata terhadap peningkatan indeks pembangunan manusia Indonesia.
Sementara itu, Duta Besar untuk Indonesia, Shiojiri, berharap proyek ini bermanfaat untuk kemajuan bidang medis di Indonesia. Tak hanya sekadar mencetak ahli medis, lebih dari itu, dapat menghasilkan pemimpin Indonesia yang baik di masa depan.
”Di Indonesia, dokter bukan hanya sebagai penyembuh, tetapi juga sebagai pemimpin para cendikiawan. Contohnya, pada masa awal pergerakan nasional Indonesia, ada seorang dokter pahlawan yaitu Cipto Mangunkusumo, yang sangat aktif terlibat dalam pergerakan tersebut,” ceritanya.
Sedangkan Wakil Gubernur Provinsi Banten, Muhammad Masduki, menyambut baik pembangunan gedung FKIK UIN Jakarta. Ia bangga, karena FKIK UIN Jakarta merupakan satu-satunya fakultas kedokteran negeri di wilayah Provinsi Banten. ”Saya akan mendukung pembangunan fakultas ini agar dapat berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Namun, lanjut Masduki, sebelum pihaknya membantu, FKIK UIN Jakarta harus memberikan manfaat terlebih dahulu kepada masyarakat Banten. Sebab, diakuinya, dalam bidang kesehatan masyarakat Banten sangat membutuhkan perhatian, termasuk dari kalangan UIN Jakarta. [Akhwani/Nif/Ed]
Dalam sambutannya, Maftuh Basyuni mengatakan, pemancangan tiang pertama harus dimaknai sebagai peletakan fondasi berpikir dan pijakan bagi UIN Jakarta untuk memulai langkah-langkah besar dan merealisasikan gagasan-gagasan brilian, demi pembangunan kesejahteraan umat dan warga negara.
”Pembangunan FKIK UIN Jakarta ini memiliki peran signifikan bagi kemajuan dan keberhasilan pembangunan Indonesia. FKIK UIN Jakarta memiliki makna ganda sekaligus, yaitu penyiapan sumberdaya manusia di bidang kesehatan yang memiliki integritas keilmuan dan keislaman, dan penyediaan layanan kesehatan berkualitas bagi masyarakat,” kata Maftuh.
Maftuh berharap, UIN Jakarta dapat menunjukan ciri khas sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam, yang berbeda dengan universitas-universitas lain. Pembedaan ini, menurut dia, bukan sekadar tampilan fisik atau perubahan nomenklatur, tetapi pada academic performance dan keunggulan kompetitif.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi ini, merasa senang mendengar rencana FKIK UIN Jakarta menfokuskan diri dalam melayani dan meningkatkan taraf hidup masyarakat Muslim pedesaan dan luar pulau Jawa. ”Dengan membuka akses dan kesempatan tersebut, FKIK UIN Jakarta telah berpijak pada jalan yang benar (shirot al-mustaqim),” tuturnya.
Sebab, lanjut Maftuh, disparitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan di Inodnesia masih sangat lebar. Penduduk desa kurang memiliki akses dan kesempatan memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai seperti yang dialami masyarakat perkotaan. Ia menegaskan kondisi kurang adil ini harus menggugah UIN Jakarta untuk tanggap dan memberikan respon yang tepat sebagai bagian kontribusi nyata terhadap peningkatan indeks pembangunan manusia Indonesia.
Sementara itu, Duta Besar untuk Indonesia, Shiojiri, berharap proyek ini bermanfaat untuk kemajuan bidang medis di Indonesia. Tak hanya sekadar mencetak ahli medis, lebih dari itu, dapat menghasilkan pemimpin Indonesia yang baik di masa depan.
”Di Indonesia, dokter bukan hanya sebagai penyembuh, tetapi juga sebagai pemimpin para cendikiawan. Contohnya, pada masa awal pergerakan nasional Indonesia, ada seorang dokter pahlawan yaitu Cipto Mangunkusumo, yang sangat aktif terlibat dalam pergerakan tersebut,” ceritanya.
Sedangkan Wakil Gubernur Provinsi Banten, Muhammad Masduki, menyambut baik pembangunan gedung FKIK UIN Jakarta. Ia bangga, karena FKIK UIN Jakarta merupakan satu-satunya fakultas kedokteran negeri di wilayah Provinsi Banten. ”Saya akan mendukung pembangunan fakultas ini agar dapat berjalan dengan baik,” ungkapnya.
Namun, lanjut Masduki, sebelum pihaknya membantu, FKIK UIN Jakarta harus memberikan manfaat terlebih dahulu kepada masyarakat Banten. Sebab, diakuinya, dalam bidang kesehatan masyarakat Banten sangat membutuhkan perhatian, termasuk dari kalangan UIN Jakarta. [Akhwani/Nif/Ed]