LONTONG

LONTONG

Katagori Budaya dan Bahasa

Betawi Depok (21) Oleh: Syamsul Yakin Penulis Buku "Milir" Dosen Fakultas Dakwahdan Komunikasi

Pada bulan puasa lontong jadi primadona. Namanya berubah jadi takjil. Lontong berpasangan dengan gorengan, baik tahu isi atau bakwan. Menu buka puasa ini seperti jadi wajib, khususnya bagi orang Betawi Depok. Tanpa lontong dan gorengan, buka puasa tidak kaci.

Sebenarnya lontong dikenal di mana-mana sebagai makanan berat pengganti nasi. Tentu dengan aneka rasa dan kreasi. Dari sisi isi, lontong di Depok minimal ada empat kombinasi. Pertama, isi kacang tanah yang sudah dibaluri sambal. Ini adalah lontong yang sangat jarang ditemui. Namun bagi saya termasuk yang paling enak, karena aroma kacang berpadu dengan sensasi pedas. Apalagi kalau dimakan dalam keadaan masih hangat.

Kedua, lontong isi sayuran seperti kentang, wortel dan campuran daun seledri. Lontong seperti ini termasuk yang langka dijual di pasaran. Apalagi kalau dicari di pasar kue subuh. Untuk bisa menikmati lontong dengan varian rasa seperti ini, kita bisa saja beli dengan cara ngongkon. Kendati dengan harga yang relatif lebih mahal.

Sekadar informasi saja, hingga awal 2022 di Sawangan Kota Depok masih ada warung yang menjual lontong dengan berbagai varian isi seharga seribu perak. Menjelang puasa naik jadi dua ribu lima ratus untuk dua lontong, alias lima ribu dapat empat. Ini harga lontong yang dijual di kampung. Kalau lontong yang dijual di warung di pinggir jalan, sudah lebih tinggi harganya sebelum pandemi mendera. Tapi berapapun harganya lontong tetap dibeli orang.

Ketiga, lontong dengan isi oncom. Inilah lontong paling favorit. Tak heran kalau permintaan oncom setiap bulan puasa di Pasar Parung Bogor meningkat tajam. Perajin oncom ketiban pulung. Umumnya, lontong dengan isi oncom dijual dengan sambel kacang yang diberikan secara gratis. Saat bulan puasa di sepanjang Jalan Raya Sawangan dari Bojongsari hingga lampu merah Jalan Nusantara banyak meja-meja yang dipasang untuk menjajakan lontong. Saya mengamati, mereka para pedagang dadakan.

Keempat, lontong isi bihun. Sejak puluhan tahun lamanya, baik pada bulan puasa maupun di luar bulan puasa, saya tidak lagi mendapati lontong isi bihun ini. Padahal pada masanya, lontong isi bihun dikenal sensasi rasanya minimal di lidah orang Parung Bingung. Bahkan menurut saya, lontong isi bihun ini yang paling dulu ada dan paling dulu dikenal orang sebelum lontong isi kacang, sayuran, dan oncom. Alasannya, sejak dahulu bihun mudah didapat dan murah. Bahkan bihun kerap dijadikan sambel dengan nama sambel bihun yang dimakan bareng lontong dengan cara dikokoh. Sambel bihun perlahan menghilang kalah saing dengan sambel kacang.

Ada pergeseran menu takjil pada masyarakat Betawi Depok. Pada era 1960-an, menu takjil hanya dikenal ketimus, dongkal, gupe, dan yang seumpama dengan itu. Ada juga yang buka puasa dengan kimpul. Era ini ditandai dengan menu buka puasa berbahan dasar bukan beras. Karena harga beras selangit.

Era 1970-an kolek, roti, sirop, dan tape singkong mulai dijajakan untuk menu berbuka puasa. Namun bahan dasar buka puasa belum beranjak dari umbi-umbian yang ditanam masyarakat Betawi. Singkong bisa diolah jadi beragam makanan. Begitu juga ubi jalar. Sirop sebagai pemanis dengan aneka pilihan rasa seperti ambon, moca, vanila, nanas dikemas dalam botol yang khas dengan harga terjangkau. Orang Betawi umumnya membeli es balok untuk disajikan dengan sirop. Sedangkan roti dan tape singkong biasanya ditutul pada sirop yang dituang di atas piring kecil. Menu takjil seperti ini bertahan hingga awal 1990.

Pada 1990 dan seterusnya menu takjil bergeser ke bahan dasar beras. Pada era inilah lontong dijadikan menu takjil, kendati belum marak seperti sekarang. Lontong juga mengalami pergeseran fungsi konsumsi dari makanan sarapan di pagi hari jadi makanan yang disajikan ketika pengajian, kenduri, dan selamatan. Bahkan akhirnya jadi menu takjil.

Pada era ini, kolak mulai tersaingi oleh kurma yang didatangkan dari Timur Tengah. Saat ini kurma sebagai makanan manis buka puasa menggeser kolak.

Dengan tampilnya lontong sebagai menu utama takjil, diam-diam gorengan menyodok tape singkong, gupe, dan kolek. Padahal hingga akhir 1990-an hampir-hampir tidak ada orang Betawi Depok yang buka puasa dengan gorengan. Diperkirakan lontong akan jadi menu utama buka puasa untuk beberapa dekade lamanya. Alasannya, karena budaya makan berbahan dasar beras masih mendominasi masyarakat Betawi Depok. Hanya saja, orang yang berbuka puasa dengan lontong, tetap saja dia menganggap dirinya belum makan.* (sam)