Literatur Islam Indonesia: Warisan
Prof Dr Azyumardi Azra MA CBE, Guru Besar Sejarah Peradaban Islam Fakultas Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Literatur Islam Indonesia (al-adab al-Islami al-Indunisi) khususnya esai dalam bidang keagamaan, bukan sastra- adalah salah satu warisan (heritage atau legacy) atau khazanah penting Islam Indonesia.
Bermula sejak masa awal penyebaran Islam dan perkembangan intelektulisme Islam, khazanah Literatur Islam Indonesia terus berlanjut dan berkembang pada masa kontemporer.
Dalam koninuitas dan perubahan intelektualisme Islam di tengah lingkungan yang juga terus berubah, belum ada kajian komprehensif tentang berbagai aspek, corak, kandungan, distingsi, dan dinamika literatur Islam Indonesia sepanjang sejarah.
Kajian komprehensif ini sangat diperlukan tidak hanya untuk memahami warisan literatur Islam Indonsia pada masa silam, tetapi juga perkembangan dankecenderungannya pada masa terakhir.
Dalam konteks masa kontemporer, ada presepsi berkembang dikalangan pengamat pemahaman dan gerakan Islam dari dalam dan luar negeri, tentang meningkatnya ekstremisme dan radikalisme dalam Literatur Islam Indonesia.
Dalam pengamatan mereka, gejala itu berkembang setidaknya sejak milenium baru, abad ke 21, yang kini memasuki dasawarsa ketiga.
Persepsi dan asumsi terkait meningkatnya ekstrimisme dan radikalisme yang dapat berujung pada terorisme di tingkat global, regional, dan lokal di barat dan dunia muslim sejak awal abad ini, seberpa benar persepsi tentang literatur Islam mengandung paham dan praksis eksterimisme dan radikalisme?
Dalam kaitan itu, penulis Resonansi ini penting mencatat Internasional Symposium on Religious Literature and Heritage (disingkat Islage).
Simposium ketiga yang diselenggarakan Puslitbang LKKMO Kementerian Agama dan UIN Malang (30 November-1 Desember 2021) mengangkat tama “Religious Culture Heritage and Literature in Facing Global Challenges”.
Penulis Resonansi ini diminta menyampaikan pemikiran tantang “Religious Literature and Challengesof Radicalism”. Selain itu Simposium Islagemengangkat tujuan subtema terkait aspek tertentu Literatur (agama) Islam Indonesia dan wilayah dunia Muslin lain.
Dalam pandangan penulis Resonansi ini, literatur Islam Indonesia (Kepulauan nusantara atau kini juga disebut Asia Tenggara)sejak abad ke-14-15 khususnya sampai masa kontemporer, sangat kaya.
Khazanah literatur terkait keagamaan Islam mencakup berbagai bidang sejak dari fikih, tafsir, tasawuf, akhlak, tauhid, atau kalam sampai sejarah islam.
Berkat wilayah kepulauan nusantara yang fluid atau cair berbgaia benua maritim, khazanah literatur Indonesia yang dihasilkan ulama di tempat tertentu, mislanya Aceh, dengan segera menyebar ke wilayah lain seperti, Jawa, Buton sampai Mindanau dan Sulu.
Transmisi dan penyebaran yang relatif cepat inilah yang membuat corak Islam yang berkembang hampir sepenehnya satu corak, Khazanah literatur islam Indonesia, baik yang masih berupa naskah maupun sudah tercetak, belum banyak diteliti secara komprehensif.
Minat dan kajian sarana, ahli dan mahasiswa/i S2 atau S3lebih terpusat pada intelektualisme Islam di Arabia atau wilayah lain diluar Indonesia.
Sebab itu pula, tak banyak penghargaan atau apresiasi yang sepatutnya pada khazanah intelektulaisme Islam Indonesia.
Bahkan, ada kalangan sarjana Indonesia sendiri yang menganggap ulama dan pemikir Islam Indonesia sejak masa dulu, hanya menjadi konsumen pemikirna Islam yang berkembang di tempat lain, bukan produsen pemikiran dan intelektulisme islam.
Sebagian khazanah literatur yang semula berbentuk naskah (atau manuskrip/MSS) dislain kemudian dicetak setelah tersedianya mesin cetak huruf Arab, yang awalnya berbentuk litograf sejak pertengahan abad ke-19 (1850-an) di Batavia (Jakarta), Surabaya dan Palembang.
Namun masih banyak literatur sejak zaman baheula sampai kiwari, yang tersedia hanya berbentuk naskah yang sering menjadi koleksi pribadi atau komunitas, yang tidak jarang dikeramatkan.
Namun dengan mesin litograf kemudain mesin cetak huruf Arab, literaur Islam Indonesia dalam bahasa Arab menyebar dalam jumlah lebuh banyak untuk digunakan kalangan spesialis, seperti ulamadan santri pesantren.
Sementara itu, literatur islam dalam bahasa vernacular misalnya Melayu, Jamawa, Sunda dan banyak lagi yang tertulis atau dicetak dengan huruf Arab, dapat menjadi bahan bacaan Muslim non-spesialis.
Khazanah literatur Islam Indonesia sejak abad ke-14 dan selanjutnya, memainkan penting dalam konsolidasi Islamuntuk lebih ortodoksi, yaitu paham dan praksisIslam yang dinyatakan jumhur ulama otoritatif sebagai sahih.
Dalam dinamika menuju ortodoksi, Islam secara bertahap mengalami pemurnian karena dalam penyebaran awal becampur atau sinkretis dengan tradisi agama dan kepercayaan pra-Islam lokal.
Sumber: Koran Republika, 2 Desember 2021. (mf)