Liputan Peristiwa Tidak Cukup dengan Data Faktual
Gedung Rektorat, BERITA UIN Online – Wawancara dengan narasumber merupakan salah satu syarat dalam meliput peristiwa. Karena tanpa narasumber boleh jadi informasi peristiwa yang disampaikan menjadi kurang akurat dan faktual.
Hal itu dikatakan Pemimpin Redaksi BERITA UIN Nanang Syaikhu saat menjadi pembicara mengenai Teknik Melakukan Wawancara pada Workshop Jurnalistik yang digelar Pusat Karier UIN Jakarta secara virtual, Senin (29/11/2021). Workshop Jurnalistik diselenggarakan sebagai bekal para mahasiswa dalam berkarir di media massa.
“Dalam berita, wawancara dengan narasumber itu sebuah kunci utama untuk mendapatkan informasi. Artinya, informasi peristiwa tidak cukup dengan hanya menyajikan data-data faktual tapi juga harus didukung dengan narasumber,” katanya.
Nanang mengatakan, narasumber adalah orang pertama yang harus dihubungi wartawan jika terjadi suatu peristiwa atau hal lain yang dipandang penting untuk dimintai pendapatnya. Dalam menghubungi narasumber tersebut tentu ada proses wawancara, yakni antara si pewawancara dan orang yang diwawancarai.
Karena itu, menurut Nanang, dalam wawancara tersebut dibutuhkan teknik dan persiapan, baik dari segi cara wawancara maupun alat-alat yang akan digunakan.
Cara wawancara adalah bagaimana si pewawancara, misalnya, memulai mengajukan pertanyaan, sedangkan alat yang digunakan meliputi alat rekam atau buku catatan.
“Jika menggunakan alat rekam elektronik, pastikan alat tersebut berfungsi dengan baik. Begitu pula buku catatan, pastikan alat tulisnya bekerja sempurna,” jelasnya.
Jika semua tidak disiapkan, lanjut Nanang, jangan harap suasana dan hasil wawancara akan memuaskan. Sebaliknya boleh jadi hasil wawancara justru tidak sesuai yang diharapkan.
“Jika mau wawancara, jangan dulu langsung mengajukan pertanyaan. Tapi cobalah ajak dulu ngobrol basa-basi untuk menghidupkan suasana,” ujarnya.
Setelah suasana kondusif, baru ajukan pertanyaan. Namun, mulailah dengan pertanyaan umum dulu sebelum pada masalah inti.
Dalam wawancara khusus, menurut Nanang, si pewawanara sebaiknya menyiapkan daftar pertanyaan. Hanya saja, jika saat wawancara berlangsung, si pewawancara jangan sering melihat daftar pertanyaan karena hal itu dapat mengganggu jalannya wawancara.
“Daftar pertanyaan sebaiknya dihafal. Jangan diperlihatkan di depan narasumber,” saran Nanang.
Selain itu, sambungnya, jika berjanji dengan narasumber untuk wawancara, sebaiknya datang lebih awal dari waktu yang dijanjikan.
“Kita butuh dengan para narasumber, karena itu hargailah waktu mereka,” katanya. (ns/dinda)